25. Restu

2355 Words

Pagi-pagi sekali, Rania sudah terbangun. Seulas senyum tulus terukur di bibirnya yang ranum. Dafa, prianya masih tertidur pulas sambil memeluknya. Wajahnya terlihat begitu damai, seperti tak memiliki beban hidup sama sekali. Padahal, banyak beban yang mendiami pundak kukuhnya. Hanya saja, Dafa tidak pernah menunjukkannya pada orang lain, apalagi pada Rania. Karena mengingat papanya bisa datang kapan saja, Rania terpaksa membangunkan Dafa yang lelap tertidur. Dia mengusap surai gelap kekasihnya itu pelan, berharap segera terjaga. Tak berhasil, Rania menepuk bahu Dafa berulang kali hingga terdengar lenguhan kecil disusul mata Dafa yang perlahan menyipit terbuka, menampilkan matanya yang tajam memerah. "Bangun, nanti kita digrebek kalau papi dateng,” Bukannya bangun seperti yang seharusnya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD