Alya memeluk batu nisan ibunya, air matanya sejak tadi tak berhenti mengalir di pipinya, gadis yang memakai gamis berwarna putih serta kerudung berwarna putih itu terus saja bergantian memeluk tanah yang masih basah itu.
"Ibu, Ayla ...kenapa kalian meninggalkan aku sendiri, aku sekarang hidup sebatang kara," tangis Alya tak kunjung berhenti sambil terus merengek.
Para Pelayat yang merupakan tetangga mereka sebagian berbisik-bisik, terutama para kaum ibu-ibu.
"Lihat tuh si Alya, denger-denger dia itu kupu-kupu malam," bisik Lastri seorang ibu-ibu paruh baya kepada Marni yang seumuran dengan dirinya.
"Iss ...kamu ini Las, orang lagi tertimpa musibah masih aja digosipin," ujar Marni sambil memukul pelan lengan Lastri.
Lastri hanya bisa mendengus kesal melihat Marni yang tak melayani perkataannya, padahal selama ini Marni di kenal Ratu gosip.
Tentu saja hal itu dapat di dengar oleh Alya, ia semakin merasa bersalah kepada Ibu dan Adiknya karena di akhir hidup mereka, para tetangga masih saja menggunjing keluarga mereka karena perbuatannya.
Padahal selama ini, Alya selalu berusaha menyembunyikan pekerjaan kotornya, namun tetap saja ada orang yang berusaha untuk mengusik hidup mereka.
Alya hanya bisa menangis di dalam hatinya saat mendengar para Pelayat membicarakan dirinya yang sedang berduka.
Para Pelayat akhirnya satu persatu mulai meninggalkan Alya.
"Saya permisi ya Nak Alya, yang sabar ya," ucap seorang pria paruh baya yang merupakan tetangga sebelah rumah Alya.
"Iya Pak Bejo, makasih ya Pak sudah membantu pemakaman ibu dan adik saya sampai selesai," jawab Alya.
Pak Bejo pun menganggukkan pelan kepalanya, semua Pelayat mulai meninggalkan Alya sendirian di pusara Ibu dan adiknya.
Rasanya kakinya belum mau meninggalkan kedua orang yang ia sayangi itu.
Alya terus menangis dan meratapi hidupnya di atas pusara sang Ibu, ia bahkan sampai tak berdaya karena terlalu lama menangis.
Mami Monic yang melihat pemakaman mulai sepi, keluar dari mobil mewah berwarna hitam.
Wanita paruh baya yang biasanya terlihat dengan pakaian sexy dan perhiasan yang berlebihan, kali ini menggunakan baju dan rok berwarna hitam, bajunya juga terlihat tertutup, tak lupa Mami Monic meletakkan selendang di pundaknya.
Mami Monic berjalan mendekati Alya.
"Kristal! sebaiknya kita pulang," ujar Mami Monic.
"Mami, aku belum siap berpisah dari Ibu dan Ayla Mi," rengek Alya.
Mami Monic menghembuskan pelan nafasnya, ia tahu betul bagaimana kasih sayang gadis kesayangannya ini kepada keluarganya.
"Kamu harus kuat Kristal, kalau kamu begini terus kamu bisa sakit, Mami gak tega lihat kamu sakit," bujuk Mami Monic.
Alya menggelengkan kepalanya "Aku akan bahagia bila aku sakit Mi, biar aku mati dan bisa berkumpul bersama Ibu dan Ayla," ujar Alya yang tak mau melepaskan pelukannya dari batu nisan sang Ibu.
"Kenapa bicara begitu Sayang, kamu itu harus tegar dan melanjutkan hidupmu, ingat Kristal kamu masih punya Mami, kamu masih bisa menghasilkan banyak uang untuk dirimu sendiri sekarang, lagipula Ibumu telah tiada, sudah tidak ada lagi orang yang akan menghabiskan uangmu hanya untuk biaya berobat," pekik Mami Monic yang kesal dengan ucapan Alya, ia sungguh tak rela bila Alya mati, itu artinya dia akan kehilangan salah satu pekerja yang paling banyak menghasilkan pundi-pundi rupiah untuknya.
Alya yang kesal dengan ucapan Mami Monic langsung berdiri dan berhadapan dengan Mami Monic.
"Apa maksud Mami? selama ini aku rela menjual tubuhku untuk lelaki hidung belang demi kesehatan Ibu dan juga pendidikan Ayla, sekarang aku sudah tidak butuh uang haram itu!" bentak Alya yang sudah tersulut emosi.
Mami Monic menelan salivanya, ia akhirnya sadar kalau ucapannya menjadi bumerang untuk dirinya sendiri, sejak awal dia tahu kalau Kristal terpaksa melakukan pekerjaan itu demi keluarganya.
"Ma-maaf Sayang, Mami gak bermaksud begitu, Mami cuma ingin kamu semangat melanjutkan hidupmu, kamu masih muda, dengan uang yang kamu hasilkan, kamu bisa menjadi wanita yang hidup dengan kemewahan," ujar Mami Monic.
Tangan wanita paruh baya itu berusaha meraih tangan Alya, namun Alya menghempaskan tangan Mami Monic.
"Maaf Mi, aku akan berhenti dari pekerjaan kotor itu, maafkan aku Mi," ucap Alya.
Mata Mami Monic membulat sempurna, akhirnya apa yang ia takutkan terjadi juga, gadis yang menjadi sumber penghasilannya kini benar-benar akan berhenti menjadi anak buahnya.
"Tidak bisa! kamu tidak boleh berhenti!" bentak Mami Monic.
Pemakaman kini kembali ramai, karena ada jenazah lain yang akan di kubur tidak jauh dari pemakaman Ibu dan adik Alya.
"Aku sudah memutuskannya Mi, aku tidak akan melanjutkan pekerjaan menjijikkan itu lagi, mungkin yang telah terjadi kepada Ibu dan Ayla karena kesalahanku karena memberi mereka uang haram!"
Mami Monic yang kesal mengangkat tangannya dan hampir saja menampar wajah cantik Alya.
Namun karena ramai pelayat yang mulai memasuki pemakaman, Mami Monic tidak jadi menampar Alya.
"Lalu bagaimana kamu membayar hutangmu padaku!" umpat Mami Monic tersenyum sinis.
"Aku akan bayar Mi, aku akan menjual rumah peninggalan Ibu dan Bapak," jawab Alya.
Mami Monic menggertakkan giginya, ia tak menyangka Kristal akan melawan dirinya, sebenarnya ia ingin menyuruh para Bodyguard di dalam mobilnya untuk menculik Kristal, namun apa daya di pemakaman itu kembali di penuhi banyak orang.
"Kalau begitu terserah kamu, kamu akan menyesal karena sudah berhenti menjadi anak buahku!" umpat Mami Monic berlalu meninggalkan Alya.
Alya menarik nafasnya, ia akhirnya bisa bernafas lega, sejak dulu Alya memang ingin segera berhenti bekerja menjadi wanita malam, namun keadaan yang membuatnya tak bisa berhenti mengingat biaya cuci darah sang Ibu sangatlah besar, belum lagi biaya sekolah Ayla.
Alya berdiri dan menatap kedua kuburan di depannya.
"Alya minta maaf kepada kalian berdua, maafkan Alya karena sudah memberi Ibu dan Ayla uang haram, Alya berjanji akan memperbaiki hidup Alya," ucap Alya sebelum meninggalkan pemakaman itu.
Dengan mata bengkak dan sembab, Alya menaiki ojek online menuju kerumahnya.
Alya yang kini sudah sampai di depan rumahnya melihat ada beberapa tetangga yang berkumpul di depan halaman rumah mereka.
"Ada apa ini?" tanya Alya dengan nada suara yang sumbang karena terlalu lama menangis.
"Kamu harus pergi dari kampung ini! kamu pikir kami tidak tahu kalau kamu ini kupu-kupu malam!" bentak Lastri.
Mata Alya langsung berkaca-kaca, ia tak menyangka orang-orang yang selama ini hanya berani menggosip di belakang kini terang-terangan menghujat dirinya.
"A-apa maksud ibu-ibu?" jawab Alya berusaha untuk menyembunyikan jati dirinya.
Lastri tersenyum sinis "Kamu itu gak usah sok suci Alya, satu kampung juga tahu pekerjaanmu, selama ini kami diam karena kami masih menghargai Ibumu, sekarang Ibumu telah tiada, kamu harus meninggalkan kampung ini, jangan buat kampung kami kotor karena ulahmu!" teriak Lastri.
Para ibu-ibu yang lain juga ikut menghina Alya.
"Dasar p*****r!" teriak salah seorang ibu-ibu.
Alya menutup kedua telinganya dengan tangan.
"Aku bukan p*****r!" teriak Alya yang terbangun dari tidurnya, keringat bahkan mengucur deras dari pelipisnya.
Alya akhirnya terbangun dari mimpi buruknya, mimpi buruk itu terus menghampiri dirinya padahal kejadian itu sudah terjadi sekitar dua tahun yang lalu.
Alya mengambil segelas air putih di atas meja nakas yang ada di samping tempat tidurnya.
Ia meminumnya dan mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.
"Kenapa mimpi buruk ini terus saja menghantuiku," ujar gadis cantik yang kembali menangis itu.