Bab 2

1119 Words
"Tuan muda Jason, apakah anda membutuhkan teman?" Seorang wanita cantik dengan aura khas seorang wanita mandiri datang ke meja Jason. Jason hanya melirik sekilas, dia sudah bisa menebak bahwa yang datang adalah dia - bos Bar Silver Stone, Linda. "Masalah istri lagi?" Linda merupakan wanita yang dekat dengan Jason, bertiga dengan Jack merupakan teman sejak berada di Kota Raja. Jason tak menjawab, tapi Linda sudah bisa mengetahui hal itu dari Jason yang minum alkohol padahal hari masih sangatlah pagi. "Dia melempar surat cerai kepadaku." Jason meneguk vodka, entah sudah berapa botol dia habiskan sejak satu jam ke belakang. Linda tertawa lirih, membuat Jason menatapnya kesal. "Seorang tuan muda Kota Raja diceraikan oleh istrinya? Benar benar kabar besar." Linda tidak peduli dengan tatapan tajam yang tertuju kepadanya, wanita cantik itu mengulum senyum mengejek. "Dia tidak mengetahui identitasku." Perkataan Jason membuat Linda tersedak. "Kamu benar benar gila, jika kamu tunjukkan siapa dirimu, apakah perlu menanggung malu?" Linda berkata dengan wajah heran. Jason malah tertawa, hal ini membuat Linda tak paham. "Jika seperti itu, maka yang mereka inginkan hanyalah kekayaanku serta identitasku, bukanlah diriku." Linda mengambil vodka di tangan Jason, menjauhkan dari jangkauan pria itu. "Jason, tanpa identitas tidak ada yang bisa berdiri dengan wajah bangga, kamu seharusnya tahu itu. Dunia memang kejam." "Mungkin dulu aku akan menentang pendapatmu, tapi aku setuju dengan apa yang kamu katakan. Tanpa latar belakang, hanya akan menjadi pecundang." Jason mengambil botol dengan paksa, meneguk dengan sembrono. "Jason, kamu minum terlalu banyak. Jika ayahmu tahu, kamu akan mendapat masalah." Linda mengatakan dengan nada memperingatkan. Jason menurunkan botol, kemudian berkata. "Maka jangan biarkan pak tua itu mengetahuinya." Setelah berkata Jason meneguk vodka hingga tak menyisakan setetes pun dalam botol. *** "Bos, kamu akhirnya mengunjungiku. Kamu meninggalkan pekerjaan kepadaku, membuatku tidak bisa beristirahat dengan baik." Pria seumuran Jason, mungkin satu tahun lebih tua berjalan cepat ketika melihat kedatangan tuan mudanya. "Apakah perusahaan baik baik saja?" Jason duduk di kursi CEO, memandang Robin di depannya. Robin mengambil beberapa berkas, menunjukkannya kepada Jason. "Ini adalah laporan keuangan bulan lalu, aku merasa ada yang salah, tapi tidak bisa menemukan letak kejanggalan itu." Jason membalik beberapa halaman pertama, dia tidak menemukan apapun dari itu. Namun semakin lama, terlihat jelas kerutan di keningnya. "Robin, kamu sangat tidak berguna. Sepertinya kamu harus melakukan pelatihan lagi di mension keluarga Smith." Jason meletakkan pembukuan di atas meja, membuka halaman yang sudah dia periksa. "Begitu banyak kesalahan tapi kamu tidak bisa menemukannya, kamu benar benar memakan gaji buta." Jason meraih pena merah, melingkari akun akun yang terlihat tidak masuk akal. Melihat hal ini, Robin dibuat kagum. Bukannya marah karena telah dikatai tidak berguna, pria itu malah menatap takjub terhadap Jason. "Memang seorang tuan muda Keluarga Smith, sekali lihat saja sudah bisa menemukan kejanggalan yang bahkan tidak bisa aku temukan." Robin berseru dalam benaknya. "Robin!" Robin seketika terkesiap, bahkan sikap berdirinya sudah laksana seorang tentara. "Sepertinya kamu benar benar membutuhkan pelatihan ulang." Jason mengetuk pena di meja membuat Robin seketika menggelengkan kepala. "Jangan bos." Robin tidak bisa membayangkan jika harus kembali menjalani pelatihan yang begitu menyiksa. Selain mengharuskan menghadap layar komputer lebih dari dua puluh jam dalam satu hari, saat pelatihan tidak ada kata santai, mentor yang ada juga tidak segan memukul jika ada yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. "Robin, kamu panggil kepala bagian sumber daya." Tidak membutuhkan dua kali perintah, Robin sudah melenggang keluar ruangan. Jason memandang laptop di hadapannya, itu adalah kumpulan bukti transaksi di bagian sumber daya. "Berani mengambil uangku, benar benar mencari masalah!" ... Siapa pria ini, duduk di kursi CEO sedang CEO sendiri berdiri di sampingnya. Mungkin itu yang ada di kepala pria paruh baya bernama Lukas, kepala bagian sumber daya. "Lukas Ginanjar, apakah kamu tahu mengapa kamu dipanggil untuk datang?" Jason meletakkan pembukuan yang semula dipegang dengan dua tangannya. Lukas menggeleng, lelehan keringat perlahan tapi pasti membasahi keningnya. "Tanggal 5, menarik uang perusahaan sebesar dua puluh juta untuk perjalanan bisnis ...." "Tanggal 10, melakukan reparasi peralatan sebesar sepuluh juta. Kamu melakukannya dengan begitu rapi, tapi kamu tidak menyangka hal ini akan terjadi, bukan?" Jason melempar pembukuan ke wajah Lukas, membuat pria paruh baya itu menangkap dengan spontan. "Tuan, tuan, ini salah paham. Sungguh ini salah paham." Lukas meringkuk, bersujud dengan keringat membasahi tubuhnya. Benar benar tidak mengira jika korupsi yang dia lakukan akan ketahuan. Padahal apa yang telah dia lakukan, sudah sangat rapi, bahkan orang ahli pun belum tentu dapat menemukannya. Namun pria ini dapat mengetahuinya, dan dia hanya bisa berseru bahwa ini adalah kesalahpahaman. Menyesal? Tentu dia menyesal, perusahaan JR group merupakan perusahaan terkemuka di Kota Levanya, dia tidak akan berakhir baik setelah masalah ini terbongkar. "Robin, kamu tahu apa yang harus dlakukan terhadap pria sepertinya." Jason mengayunkan tangan, sementara Robin langsung menelfon seseorang untuk mengurus Lukas. Beberapa saat dua pria berbadan tegap berjalan mendekati Jason serta Robin, setelah membungkuk hormat, keduanya membawa Lukas tanpa meminta persetujuan orang yang bersangkutan. "Tuan, anda tidak bisa melakukan ini terhadap saya. Ini adalah negara hukum, ada hukum yang berlaku." Lukas berteriak saat dua pria berbadan tegap itu membawanya dengan paksa. Jason berdiri setelah mendorong kursi, spontan dua pria berbadan tegap berhenti. "Kamu masih berbicara tentang hukum setelah menggelapkan dana perusahaan. Jika hukum berjalan, kamu akan tamat terkena tuntutan." Jason menginjak kaki Lukas tanpa ampun, membuat pria paruh baya itu menjerit kesakitan. "Jangan buat keributan, bawa dia melalui lift khusus." Jason mengayunkan tangan dan menyuruh dua orang itu segera pergi. "Bos, nanti malam ada pertemuan dengan mitra perusahaan asing. Mereka hendak menancapkan kaki mereka di Kota Levanya, tapi mereka memilih dengan cara damai, oleh sebab itu mereka mencari relasi dan tentu saja perusahaan JR group yang mereka pilih." Jason setuju untuk bertemu, dia bersama dengan Robin nanti malam akan menemui klien di salah satu restoran berbintang. "Kamu siapkan semua yang diperlukan, sekarang masih jam empat sore, aku akan pergi ke tempat Linda." Jason melepas jas hitamnya, menaruh di kursi kemudian berjalan pergi melalui lift khusus. Di perusahaan JR group, tidak ada yang mengetahui siapa bos besar mereka sebenarnya, mereka hanya tahu jika perusahaan JR group adalah milik seorang tuan muda dari Kota Raja. Bar Silver Stone... "Kenapa kamu mencariku, hem?" Linda duduk dengan kaki menyilang, pakaiannya yang memiliki belahan tinggi membuat kaki jenjangnya terpoles dengan indah. "Aku merindukanmu." Jason yang duduk di samping Linda, tangannya mulai naik dan meraba punggung Linda. Namun belum sempat bergerak lebih jauh, tangan Linda menepis menghempaskan tangan Jason. "Kenapa kamu dari dulu selalu menolakku, kamu tahu, jika kamu tidak menolakku, aku tidak akan bersama dengan wanita lain." Jason kembali memainkan tangannya. "Karena aku tidak mau menikah." Linda menjawab singkat, tangannya berusaha menyingkirkan tangan Jason yang sudah hampir menginvasi area sensitifnya. Jason memutar mata dengan malas, selalu saja alasan itu yang dikeluarkan. Mungkin itu sudah ke seratus kalinya Linda mengatakannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD