Chapter 24 - Pacar Baru

3340 Words
Chapter 24 - Pacar Baru Bukit hijau terhampar luas. Rumputnya yang hijau, bak karpet yang sedang di gelarkan. Terdengar suara burung berkicau yang sangat mendayu-dayu. Kali ini langit begitu cerah. Seakan mendukung semua orang yang sedang jatuh cinta. Merlin dan Fabio kini sedang berada di sebuah bukit. Mereka tidur-tiduran beralaskan kain kotak-kotak khas untuk piknik. Dengan arah terlentang keatas langit. Awan di langit begitu terasa indah. Lukisan yang sangat indah dari sang maha pencipta langit. Saat ini mereka merasa seperti dunia milik berdua. Yang lain ngontrak. Semuanya terasa indah dari sudut manapun. Tangan Fabio mengenggam tangan Merlin dengan lembut. Akhirnya tangan ini bisa bebas untuk di genggam. Karena kini Merlin telah resmi menjadi kekasihnya. Fabio sudah tidak bertanya-tanya lagi tentang perasaan Merlin padanya. Karena memang sudah terjawab semuanya kemarin. "Langitnya indah banget yah, Fab. Aku jadi pengen naik pesawat deh. Katanya kalau kita naik pesawat. Posisi pesawatnya itu di atas awan. Gimana rasanya yah," ucap Merlin sambil membayangkan dirinya sedang ada di dalam pesawat. "Ya udah kita pergi ke luar negeri yuk! Kamu mau ke mana? Jepang?" tanya Fabio. Ia ingin sekali mewujudkan impian Merlin agar bisa pergi ke negeri bunga sakura itu. Seperti yang di janjikan sebelum mereka resmi berpacaran. Fabio akan membawa Merlin ke Jepang. "Mau banget. Tapi sayang, kerjaan kan masih menunggu kita. Minggu-minggu ini kita udah mulai shooting film Seleb Dadakan. Terus bulan depannya kamu ke Amerika kan? Buat shooting lagi film Fast Hunter yang ke tiga. Kayanya beneran engga ada waktu deh," ujar Merlin menjabarkan jadwalnya. Benar-benar sangat padat. Dan untuk liburan, sepertinya belum ada waktu yang luang buat mereka berdua. "Mer, Mer, kamu tenang aja sayang. Kalo sama sutradara Yeni mah gampang. Kita minta settingnya di luar negeri aja. Nanti aku minta settingnya di Jepang. Jadi sambil kita shooting sambil kita liburan," usul Fabio. Loh bukannya sebentar lagi ujian sekolah dan ujian Nasional? Bagaimana bisa mereka shooting di luar negeri? "Bentar lagi kan kita ujian sekolah sama ujian nasional, Fab. Jadi kita engga mungkin lah sampai harus shooting di luar negeri. Aku engga mau nunda ujian. Aku pengen lulus tahun ini. Kalau soal shooting aku yang deket-deket aja. Masih sekitaran Jakarta gitu. Yang masih bisa di tempuh pake mobil atau motor," cerocos Merlin tanpa titik dan koma. Ia komat kamit seperti dukun. Merlin memang tidak terlalu pandai soal akademik. Tapi Merlin juga tidak mau kalau sampai ia tidak lulus tahun ini. Bisa-bisa jadi bahan gosip netizen. Dan ngatain Merlin artis bodoh. Karena ia tidak lulus ujian nasional. Jadi Merlin akan berusaha supya bisa lulus taun ini. "Ujian sekolah minggu ini kan? Setelah itu lanjut ujian nasional, iya kan begitu?" tanya Fabio. Perkataan Fabio agak sedikit ribet. Merlin tidak mengerti apa yang Fabio katakan padanya. "Iya, Fab. Kamu ngomong apa sih?" Merlin masih mencoba mencerna pertanyaan dari Fabio. "Nahh kita shooting di Jepangnya setelah ujian nasional dan ujian sekolah saja, itu bisa aku atur sama sutradara Yeni. Pokoknya kamu tau beres deh, sayang," usul Fabio. Mata Merlin langsung berbinar. Benarkah Fabio akan melakukan hal itu? Jepang. Negeri bunga sakura yang sangat Merlin ingin ke sana. Meski sekarang sudah mempunyai biaya untuk ke sananya. Tapi belum ada waktunya. Tapi kalau sampai Fabio bisa mengatur agar mereka bisa shooting di Jepang. Setelah ujian nasional dan sekolah. Pasti shootingnya akan sangat mengasikan. Shooting di tempat yang Merlin impikan, bersama orang yang Merlin cintai. "Serius kamu? Aku bakalan seneng banget. Kalau hal itu benar-benar terjadi, Fab. Makasih sayang," ucap Merlin meski agak canggung memanggil Fabio dengan sebutan sayang. "Selama aku di Amerika. Aku selalu kepikiran kamu tau. Apalagi pas kamu cerita. Kalo si Reino suka gangguin kamu. Aku malah takut kamu jatuh cinta sama dia. Aku bener-bener was was," ujar Fabio mengungkap rasa kekhawatirannya pada Merlin. "Kamu tenang aja. Dia udah aku kasih pelajaran. Kamu tau teknik banting badan ala judo?" Fabio mengangguk mantap. "Aku lakukan itu sama Reino. Sampe dia sakit pinggang. HHaha," Merlin tertawa mengingat kejadian itu. Habisnya dia menyebalkan. Dia Merlin lemah apa, yang bisa kerayu sama rayuan busuknya. Merlin tidak semudah itu luluh. Apalagi Reino sudah merendahkan harga dirinya. "Wah pacarku hebat ternyata! Kamu serius bisa banting dia? Reino cowok cukup berisi loh. Pasti berat? Iya, kan?" tanya Fabio. Merlin menggelengkan kepalanya. "Engga, Fab. Aku mengandalkan gaya gravitasi bumi. Jadi pas aku angkat dia. Langsung aku banting. Hahahaha rasanya puas setelah melakukan itu. Habisnya dia udah ngehina ku gitu aja," tukas Merlin kesal. Fabio duduk lalu ia membenarkan posisi duduknya. Fabio membiarkan kepala Merlin di tas pangkuannya. Kemudian Fabio mengusap lembut rambut panjang Merlin. "Udah yah kamu jangan terlalu memikirkan kata-kata dia. Kadang di dunia entertainment itu engga semulus yang kamu kira. Buktinya dia kebuktikan, kalau dia nyogok demi mendapatkan peran utama. Dalam dunia entertainment hal itu sudah biasa. Yang jujur akan kalah dengan yang punya banyak uang. Tapi sengga semuanya seperti itu. Meski uang menjadi pemenang di awal. Tapi kejujuran akan menang di akhir cerita," penuturan Fabio membuat Merlin terkesima. Selain baik hati, Fabio juga sangat bijak dalam mengatasi suatu masalah. "Bener sayang. Kamu tau, di film Janji Palsu. Memang Reino yang jadi peran utamanya. Tapi di endingnya, Aura malah nikah dengan cowok lain. Cowok yang lebih baik dari Vito pastinya. Vito hanya jadi tamu di pernikahannya Aura. Di situ Reino keliatan belangnya. Dia protes sama pak Bowo. Katanya dia udah bayar. Nah pak Bowo engga ngerti si Reino itu udah bayar apa. Eh pak Bowo langsung keingetan sama gosip tentang Reino. Tentang dia yang suka nyogok demi mendapatkan peran utama. Pak Bowo kapok engga mau lagi pake Reino jadi aktor di filmnya. Hehehe," curhat Merlin panjang lebar. "Hahaha benar kan apa kata aku. Reino itu tipe yang pengen instan, Mer. Ia ingin mendongkrak pouleritasnya dengan cara kotor kaya gitu. Awalnya aku engga percaya, tapi pas aku liat sendiri. Baru deh percaya," balas Fabio mrnceritakan tentang Reino. "Kamu liat sendiri?" tanya Merlin. Fabio mengangguk mantap. "Iya, kamu tau. Dia awalnya pengen jadi peran utama di film Fast Hunter. Dia sampe nyogok mr. Smith. Tapi engga ngaruh. Karena mr. Shmith melihat aktor bukan karena ia di bayar dengan sejumlah uang. Tapi dengan kemampuan dan bakat actingnya. Dari situ aku tau, kalau Reino itu memang licik," terang Fabio. "Oh ya? Dia ternyata sempet mau ngerebut peran Albert juga dari kamu? Gila yah dia. Haus populeritas banget. Belum tenar aja dia udah selicik itu. Apalagi udah tenar. Dia bakalan lebih keras kepala. Untungnya keburu kebongkar kebusukannya. Hehehe," Merlin puas sekali menertawakan Reino. "Shooting film Fast Hunter itu engga mudah bagi aku. Karena pendalaman karakternya itu harus bener-bener. Mengejar bos mafia gombong n*****a di Amerika. Bagaimana coba? Aku bener-bener harus bisa masuk jadi karakter Albert. Yang gagah, berani dan engga takut sama siapapun," cerita Fabio tentang pengalaman shooting film Fast Hunter. "Iya, Fab. Aku lebih suka kamu yang jadi Albert. Aku udah nonton film Fast Hunter yang pertamanya loh. Keren banget kamu di situ. Yang jadi cewek kamu di situ cantik banget. Ada adegan kiss pula. Nyebelin!" protes Merlin. "Hahahhaha," Fabio malah tertawa melihat Merlin cemburu. "Kamu percaya itu beneran ciuman?" Merlin bingung dengan pertanyaan Fabio. Iya, itu pasti adegan ciuman. Merlin liat ko adegannya itu di film Fast Hunter. "Kamu pikir apa?" tanya Merlin dengan nada jutek. "Hahahaa, Merlin. Merlin. Sayang, itu namanya teknik kamera. Aku cuma mendekati dan membelakangi kamera. Seakan kita sedang berciuman. Padahal engga sama sekali. Sebelum aku shooting sebuah film. Aku pastikan dulu engga ada adegan seperti itu. Apa lagi adegan ranjang. Hahaah," dari mata Fabio nampak jujur sih. Tapi engga tau kenapa Merlin masih merasa cemburu di buatnya. "Masa sih? Kamu pasti bohong! Ayo ngaku udah berapa artis yang kamu cium?" tanya Merlin serius. Fabio mendekati Merlin dan.. Cups! Fabio mencium bibir mungil milik Merlin. "Baru satu kali. Tuh tadi," Pipi Merlin langsung berubah menjadi merah padam. Rasanya malu sekali sudah di perlakukan seperti itu sama Fabio. "Beneran kamu? Engga boong kan?" "Iya sayang. Ngapain aku bohong sama kamu sayang. Kamu adalah cinta pertama dan sekaligus akan jadi cinta terakhir aku. Karena aku tipe orang yang setia pada satu cewek," pengakuan Fabio membuat Merlin berpikir. Kalau Merlin ternyata memang tidak salah memilih Fabio sebagai kekasihnya. Karena ternyata Fabio begitu mencintainya. Mereka saling menatap satu sama lain. Dari mata mereka menyimpan rasa cinta yang begitu mendalam, hingga terpaut sampai hati yang paling dalam. Mereka terhanyut dalam lautan asmara. Sehingga tak terasa. Bibir mereka saling bertautan. Saling merasakan indahnya cinta. Bibir Merlin yang mungil menjadi daya tarik Fabio. Ia terus melumutinya. Merasakan keindahan mulut Merlin, yang terlihat seksi di depan Fabio. ******** Okasima Restauran. Akhirnya mereka ke restoran Okasima lagi. Sekarang dengan status yang sudah berbeda. Mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih yang sedang berbahagia. Kali ini tidak sepi pengunjung seperti saat pertama Merlin masuk ke restoran ini. Memang dulu itu, Fabio yang booking semua restorannya. Jadi sepi. Kalau sekarang Fabio hanya memesan satu meja makan VIP yang berada di ruangan khusus. Irasshaimase! (Selamat datang)" sapa pelayan restoran Okasima saat Merlin dan Fabio masuk. "Nanmei sama deshouka? (Reservasi untuk berapa orang?)" tanyanya pada Fabio. Seakan de javu mereka juga dulu di tanya seperti ini oleh pelayan restoran ini. "Ninin desu (Dua orang)," balas Fabio dengan menggunakan bahasa Jepang juga. "Dewa, kochira e douzo.(Jika begitu, mari kesebelah sini)." pelayan itu mengajak Fabio, ke meja yang memang sebelumnya sudah di pesan Fabio. Meja VIP di mana telah Fabio ubah dengan dekorasi ke inginan Fabio. Fabio dan Merlin masuk ke ruang VIP itu. Suasananya sangat romantis sekali. Di tambah ada hiasan pohon bunga sakura di ruangan itu. Bunganya asli bunga sakura. Sepertinya memang Fabio telah mempersiapkan semua ini khusus untuk Merlin. Ia memang selalu ingin tampak romantis di depan Merlin. Merlin yang dulu tidak suka dengan berbau romantis. Sekarang malah terhanyut dalam ke romantisan yang di buat oleh Fabio. "Menyuu de gozaimasu. Gochuumon ga kimarimashitara, oyobi kudasaimase. (Silahkan menunya. Jika sudah ingin memesan, silahkan panggil saya,)" ujar si pelayan ramah. "Hai," sahut Fabio. Setelah baca beberapa menu. Fabio dan Merlin mesannya dengan menggunakan bahasa Jepang. Lagi-lagi Merlin yang memesan dengan menggunakan bahasa Jepang. Setelah mencatat pesanan Merlin dan Fabio. Pelayan itu pergi untuk memberikan pesanan itu ke pramusaji. "Baik sayang. Gimana kamu suka tempatnya?" tanya Fabio begitu lembut. "Suka banget sayang. Kamu ini kaya jin yah. Bisa mengabulkan semua yang aku ingin kan hehe," puji Merlin. "Enak aja aku di samain sama jin. Aku itu Fabio Gunawan. Aktor sekaligus pacar dari artis Merlinda Camira. Hehehe," ucap Fabio bangga. "Emmmhh sekarang mulai sombong yah kamu jadi aktor haha," ledek Merlin. "Aku sombong di depan kamu aja kok. Hehehe engga lebih dari itu," ralat Fabio. "Serius aku. Kamu niat banget sampe ngelakuin hal kaya gini. Aku udah jadi pacar kamu aja udah sangat bersyukur. Ini terlalu romantis sayang," oceh Merlin manja. "Tapi kamu suka kan?" "Sukaaaa banget malah. Tapi kan sayang buang-buang uang, Fab," Merlin masih terbawa hemat. Karena dulu memang Merlin hidup dengan cara berhemat. Sedangkan Fabio yang cukup boros. Demi kepuasannya. "Engga apa-apa kok. Aku boros demi kamu juga. Lagian aku pernah bilang sama kamu. Aku engga perduli berapapun uang aku habisnya. Sampai aku miskinpun aku engga perduli. Asal bisa dapetin cinta kamu. Itu udah cukup bagi aku," ucap Fabio jujur dari hatinya. Merlin selalu terharu dengan setiap perkataan Fabio. Merin begitu sangat di cintai Fabio. Hal itu membuat Merlin merasa di spesialkan oleh Fabio. Harusnya Fabio yang menjadi spesial bagi Merlin. Karena Fabio, hidupnya berubah derastis. Baik dari segi ekonomi maupun alur kehidupannya. Yang terus bahagia sampai sekarang. Sayangnya mereka sepakat, untuk menyembunyikan hubungan mereka dulu dari publik. Soalnya mereka tidak mau sampai harus terjadi kekacauan gara-gara status pacaran mereka. Merlin juga sudah mewanti-wanti Gloria dan Novia. Agar tidak membocorkan hubungan Merlin dan Fabio ke siapapun. Karena hanya si kembar yang jadi saksi. Resminya hubungan Fabio dan Merlin. Biarlah waktu yang mejawab semua tentang hubungan mereka. Belum saatnya kabar baik ini muncuk ke permukaan media. Fabio memang sangat romatis. Merlin selalu di perlakukan seperti tuan putri. Baik dalam kenyataan, maupun di dalam hatinya. Setelah makan, mereka kembali berdansa dengan romantis. Ini lah yang membuat iri semua orang yang melihatnya. Karena pasangan ini begitu sangat romantis. Sama seperti dalam layar kaca, saat mereka berperan di suatu film. "Mer, terimakasih yah. Karena kamu sudah memilih aku jadi kekasih kamu. Kamu adalah alasan aku untuk tetap di sini. Kamu adalah alasan aku untuk tetap memperjuangkan cinta aku sama kamu. Kamu juga adalah orang yang selalu ada di dalam detak jantungku," ucap Fabio sangat romantis. Merlin langsung kelepek-kelepek di buat Fabio. Perkataan Fabio bagaikan puisi yang sudah ia susun. Padahal mungkin ucapannya itu, murni dari lubuk hati Fabio yang paling dalam. "Iya sayang, makasih juga karena kamu terus berjuang demi mendapatkan cinta aku. Tanpa lelah dan berhenti terus membuat aku terkesan. Sampai kamu mulai menumbuhkan rasa cinta itu. Yang awalnya benci karena kamu selalu unggul dari aku. Berubah menjadi cinta. Yang juga ingin selalu berada di sisi kamu," balas Merlin tidak begitu romantis. Hehe "I Love you, Merlinda Camira," ucap Fabio. "I Love you to," sahut Merlin. Mereka berdua benar-benar terhanyut dalam buaian cinta. Mereka selalu berharap waktu berhenti di saat seperti ini. Katanya agar bisa menikmati kebahagiaan ini, untuk selama-lamanya. Padahal, memulai cinta adalah babak awal dari ujian cinta. Cinta mereka akan di uji nantinya. Jika di uji kesetiaannya mereka akan bersabar. Berarti mereka akan lolos dan menempuh ujian-ujian cinta berikutnya. Hingga naik level sampai pernikahan. Level pernikhan ini justru puncak ujian cintanya. Mungkin ujian cinta akan berakhir, jika maut memisagkan mereka. Karena cinta adalah ujian yang membahagiakan. Ujian yang akan indah pada waktunya, jika kita mampu melewati itu semua. Karena cinta, bisa membuat orang bahagia. Bahkan bisa gila di buatnya. Cinta itu ibarat h****n bagi penikmatnya. Ketika cinta itu hilang, maka akan terus mereka cari. Hingga sampai mendapatkannya. ******** Merlin mengemasi barang yang akan bawa ke sekolah. Hari ini adalah hari pertama ujian nasional. Merlin harus berangkat pagi-pagi sekali. Agar bisa mampir ke perpustakaan dulu. Untuk belajar bersama lagi dengan Leon. Apa Leon udah nyampe yah? tanya Merlin dalam hati. Waktu mssih menujukan pukul setengah enam pagi. Ia tadi sempat janjian dengan Leon. Semoga saja ia tidak terlambat. Di lihatnya, ternyata perpustakaan masih tutup. Mungkin bukanya pukul enam tepat. Merlin masih harus menunggu tiga puluh menit lagi. Sambil menunggu, Merlin mebuka-buka buku yang ada di tasnya. Tentunya buku yang menjadi bahan ujian hari ini. "Belum buka ya, perpusnya?" tanya seorang cowok. Merlin menengok ke arah suara. "Hei Leon! Gue baru aja duduk. Iya, kayanya perpusnya buka jam enam deh. Kita masih harus nunggu tiga puluh menit lagi," ujar Merlin. "Sayang sekali kalo waktunya kebuang sia-sia. Ya udah sini. Gue ajarin lo. Apa yang belum lo pahami?" tanya Leon bersemangat menjadi guru Merlin lagi. Guru mulitifungsi. Yang mengajarkan semua bidang study. "Rumus pitagoras ini loh Leon," jawab Merlin. Ujian hari pertama ini adalah mata pelajaran Matematika. Leon dengan sabar mengajari Merlin. Perlahan tapi pasti. Sampai Merlin benar-benar faham dengan soal dan jawabannya. "Mer, maaf yah waktu itu gue engga jadi ngajak elo belajar di rumah guenya. Malah ngajak lo belajar bareng di perpus lagi," sesal Leon. "Engga apa-apa kok Leon. Kebetulan juga waktu itu gue ada perlu," sahut Merlin. "Ya udah kalo gitu. Gimana kalau hari ini kita berlajar bareng di rumah gue aja gimana?" usul Leon. "Hari ini yah? Nanti gue kabarin deh. Soalnya gue belum cek jadwal ke ibu. Semoga aja hari ini gue ada jam kosong. Jadi gue bisa belajar di rumah elo," ucap Merlin. Sebetulnya ia ingin belajar di rumahya Leon. Sekalian ingin tau rumahnya yang selama ini, ia tutup-tutupi terus dari Merlin. "Semoga bisa yah. Nanti kabarin gue aja yah. Lagian kata lo bukannya, elo hanya menerima shooting yang pendek-pendek aja. Kaya iklan atau talkshow. Itu kayanya engga makan waktu lama deh," Leon teringat kata-kata Merlin waktu itu. Yang menejelaskan, kalau Merlin akan lebih fokus dulu dengan sekolahnya. Jadi Merlin hanya menerima shooting yang tidak memakan waktu yang banyak. "Iya, Leon. Tapi kalo engga salah hari ini ada pemotretan sepulang sekolah. Coba gue tanyain ibu dulu ya," Merlin mengetik sesuatu di ponselnya. Merlin menuliskan pesan untuk ibunya melalui w******p. Isi whatsaap Merlin dan Laras. Merlin : Bu, hari ini jadwal pemotretan Merlin jam Berapa? Laras : Di ubah jamnya, Mer. Merlin : Jadi jam berapa bu? Merin mau belajar bersama dulu soalnya. Laras : Jam tujuh malam sepertinya. Sekalian wawancara talkshow di tivi swasta. Merlin : Oh gitu. Baiklah, Merlin izin belajar sama Leon yah, bu. Paling sorean Merlin udah pulang ke rumah. Buat siap-siap pemotretan. Laras : Oke "Leon, kayanya gue bisa deh hari ini belanjar di rumah lo. Soalnya pemotretannya di undur jadi jam tujuh malem. Sekalian ada talkshow kata ibu," ucap Merlin bersemangat. Akhirnya Merlin bisa tau rumah Leon juga. "Syukur deh kalo kaya gitu. Gue seneng, akhirnya kita bisa belajar bareng di rumah gue," terlihat sekali dari wajah Leon. Kalau ia sangat senang sekali. "Eh, Leon. Itu perpusnya udah buka. Kita belajar di perpus aja yuk! Sekalian ada buku yang mau gue pinjem," ajak Merlin. Saat pustakawan membuka perpustakaannya. Ternyata bukan hanya Merlin dan Leon yang menunggu, ada siswa siswi yang lainnya yang menunggu. Mereka sama-sama ingin belajar tentang materi ujian nasional hari ini. Leon dan Merlin langsung masuk ke perpustakan. Mereka langsung duduk di meja pojok perpustakaan. Merlin sengaja memilih bangku itu. Supaya tidak ada yang menganggu saat belajar. Karena kadang ada saja fans yang di sekolah minta selfie sama Merlin. Merlin jadi inget Fabio dulu yang di kejar-kejar fansnya. Bahkan ada yang fanatik banget, sampai nekat minta foto bareng di toilet cowok. Merlin juga dulu sempat membantu Fabio lari dari fansnya. Merlin membawa Fabio ke rumah pohon rahasianya. Dan di situlah di mana syarat untuk mendapatkan Merlin. Terucap dari bibir Merlin. Dan sampai akhirnya kini mereka sudah menjadi sepasang kekasih. ******** Bel sekolah berbunyi tanda masuk kelas. Semua orang yang ada di perpustakaan langsung pergi bergegas menuju kelasnya masing-masing. Wajah mereka terlihat tegang. Karena setelah masuk kelas. Mereka akan di hadapkan soal ujian nasional matematika. "Semangat yah!" seru Leon memberikan semangat. "Pasti dong! Kan tadi udah lo ajarin. Elo juga semangat yah! Nanti pulangnya tunggu gue di depan perpus aja. Kita berangkat bareng ke rumah lo. Kan gue belum tau rumah lo," saran Merlin. "Oke deh. Ya udah gih masuk kelas. Selamat mengerjakan soal!" ujar Leon berapi-api penuh semangat. Setelah itu ia masuk ke dalam kelas. Merlin juga langsung masuk ke dalam kelas. Ternyata kelasnya sudah hampir penuh dengan siswa yang akan ikut ujian nasional. Siswanya berkurang setengahnya. Karena satu bangku hanya di isi oleh satu siswa saja. Karena ini ujian nasional, maka untuk antisipasi. Mereka sengaja membuat satu meja hanya untuk satu orang. Untuk menghindari saling mencontek. Mereka harus sportif dong dalam ujian. Sudah di atur seperti itu saja, kadang masih ada yang badel buat contekan juga. Meskipun ada guru pengawas. Tapi ada saja yang lolos tidak ketahuan mencontek. Itulah suka duka di dunia putih abu-abu. Yang akan teringat hingga nanti dewasa. Karena di dunia putih abu-abu para remaja mulai mencari jati dirinya, untuk menjadi siapa? Dan menjadi apa? "Dari mana kamu, Mer? Kok baru masuk kelas? Hape kamu engga aktif lagi," tanya Fabio saat Merlin duduk di bangku, yang tidak berada jauh dari Fabio. "Oh iya, hape memang aku matiin tadi. Sempet di aktifin tadi pas mau masuk perpus aku matiin. Aku tadi belajar di perpus," jelas Merlin. "Oh pantesan engga aktif. Aku kira kamu engga akan ikuta ujian nasional. Hehehe. Ternyata belajar di perpus. Udah siap buat ujian hari ini?" tanya Fabio tak kalah semangat. "Siap dong!" seru Merlin percaya diri. Karena ia memang sudah belajar sungguh-sungguh. Jadi Merlin lebih percaya diri. "Semangat banget sih kamu. Kayanya bakalan dapet nilai bagus nih!" goda Fabio. "Pasti! Soalnya semaleman aku bener-bener belajar. Sampe tadi pagi juga masih belajar di perpus. Jadi aku siap sekali buat ngerjain soal," ucap Merlin sangat berapi-api. Kepercayaan dirinya sangat meningkat. Merlim yakin bahwa ia bisa mengerjakan soalnya dengan baik. Tak lama guru pengwas datang. Kemudian ia membagikan lembar soal dan lembar jawaban. Ini lah saatnya mereka bertempur dengan soal-soal ujian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD