Chapter 12 - Benih Cinta

3283 Words
Chapter 12 - Benih Cinta Dermaga di senja hari. Terlihat sangat indah, dengan lembayung yang menebarkan warna kuning keemasan di langit biru. Setiap detik saat sun rice, mempunyai momen dan cerita masing-masing. Lukisan karya Tuhan yang sangat indah. Betapa bersukurnya hidup di bumi. Bergam keindahan Tuhan perlihatkan, untuk kita bersyukur atas kuasaNya. Tidak akan ada yang bisa menandingi kuasanya. Manusia memang pintar. Tapi ada Tuhan yang maha pintar. Seorang perempuan cantik berjalan menyusuri dermaga. Parasnya cantik bak putri kerajaan. Kulitnya putih bersih, seperti salju. Hidungnya yang bangir memperelok kecantikannya. Tak kalah rambutnya yang panjang, hitam berkilau. Ia biarkan terjuntai begitu saja. Tingginyapun semampai seperti model. Ia bersiul siul dengan ringan. Sepertinya dia sedang bahagia sekali. Biasanya perempuan itu hanya datang dan menikmati rutinitas yabg setiap hari, ia lakukan. Sejak kapan perempuan itu suka bersiul? Kebahagiaan sedang merundung dirinya. Setiap hari, ia selalu sempatkan datang ke dermaga ini. Untuk melihat senja di sore hari. Menikmati detik demi detik, saat matahari mulai terbenam. Padahal setiap hari, matahari terbenam dengan cara yang sama. Tapi perempuan itu, selalu saja ingin selalu menikmatinya. Karena ada kebahagiaan tersendiri, saat di tempat itu. Ia lebih suka menyendiri di tempat itu. Tempatnya sangat damai. Sepi dan sunyi. Sangat cocok sekali, bagi orang yang ingin menenangkan pikiran. Tempat damai dan sunyi, selalu berhasil membuat hati dan pikiran tenang. Karena di saat sunyi. Pikiran kita akan mulai bersih. Seakan beban hidup terangkat sejenak. Tapi kali ini, perempuan itu sedang menunggu seseorang. Seseorang yang berhasil membuat hatinya teduh. Seseorang yang selalu membuat jantungnua deg degan, setiap ada di dekatnya. Seseorang yang membuat dirinya jatuh cinta. Pantas saja sedari tadi ia bersiul-siul riang. "Sayang," bisik seorang lelaki yang baru saja datang. Ia langsung memeluk perempuan itu dari belakang. Sepertinya lelaki itulah yang ia tunggu sedari tadi. Biasanya perempuan itu, hanya sendirian menikmati indahnya senja. Perempuan itu berbalik, "Kamu kemana aja? Aku udah nunggu sejam loh!" protesnya manja. Padahal sebelum bertemu lelaki itu. Perempuan itu, selalu kesini sampai nunggu berjam-jam. Hanya telat satu jam saja mah, engga ada apa-apa. Mungkin dia memang, hanya ingin manja pada kekasihnya sekarang. "Maaf yah. Kamu tahu kan kerjaan aku. Sebagai super hero engga bisa ditinggalkan. Setiap hari kerjaan tidak menentu. Jadi aku juga ga bisa selalu tepat waktu. Kamu harus faham situasi aku sekarang, " ya, lelaki itu memang super hero yang selalu menolong semua orang. Namanya Lexi. Lexi adalah super hero bertopeng, yang saat ini hanya Debora yang tahu. Perempuan yang menunggu di dermaga itu adslah Debora. Debora adalah kekasihnya, baru akhir-akhir ini. Lexi berpacaran dengan Debora. Setalah menolong Debora dari cengkraman monster gurita. Flash back. Saat itu di pusat kota sedang ramai. Karena warga sedang merayakan ulang tahun wali kota. Semua berkumpul di pusat kota. Ada parade bertemakan super hiro. Selain itu ada bazar murah dan pesta kuliner yang membuat memanjakan mata. Selain tampilannya yang menarik. Kulier ini tidak kalah rasanya dengan masakan, hotel berbintang lima. Makanan dan minumannya mampu memanjakan lidah. Sangat lezat dan tak bisa di lupakan. Wali kota yang sekarang itu sangat bijak dalam memakmurkan warganya. Jadi warga sepakat, untuk merayakan ulang tahun sang wali kota. Sayangnya hari itu, yang seharusnya menjadi hari bahagia sang wali kota dan warganya. Hancur seketika, ketika monster gurita mulai heboh menghancurkan setengah kota. Semua orang berhamburan tidak beraturan. Mereka ketakutan dengan datangnya monster gurita. Saat itu moster gurita sedang mencengkram Debora. Debora pasrah saja dengan apa yang di lakukan moster gurita itu. Pikirannya mulai kosong, karena baru saja ia mendapatkan kabar orang tuanya telah tiada. Tadinya ia datang ke pusat kota, bermaksud cari hiburan. Tapi yang ada malah kekacauan yang ia dapatkan. Debora tidak melawan saat monster gurita itu, memegang tubuh mungilnya. Mungkin dia ingin memakan Debora. Debora tidak perduli. Karena ia juga ingin mati, menyusul kedua orang tuanya. Namun keinginan Debora tidak terkabulkan. Lexi datang dengan cepat. Ia melepaskan Debora dari cengkraman monster gurita itu. Setelah menyimpan Debora di tempat yang aman. Lexi langsung menyerang moster gurita itu, hingga kalah. Sejak kejadian itu Debora jatuh cinta pada Lexi. Entah apa yang di pikiran Lexi. Ia juga telah jatuh cinta pada Debora. Sampai rela membuka jati dirinya di depan Debora. Padahal itu adalah identitas dirinya. Yang semua orang tidak tau. Lexi sering menolong seorang perempuan cantik. Bahkan lebih cantik dari Debora. Tapi hanya pada Debora hatinya terpanggil, jatuh cinta pada pemilik rambut panjang itu. "Iya, aku paham Lexi. Monster apa lagi yang sekarang kamu hajar, sayang?" tanya Debora mulai kepo dengan pekerjaan Lexi. Pekerjaan yang sangat unik. Yang belum tentu semua orang bisa. Hanya orang yang mempunyai kekuatan khusus, yang bisa melakukan pekerjaan super hiro seperti Lexi. "Haha, kali ini tidak ada monster. Tapi aku berhasil menangkap bandit buronan kota Liminus. Mereka sekarang sudah mendekam di balik jeruji bes," Lexi malah terkekeh. Entah dari mana monster-monster itu datang ke kota Liminus. Tapi yang jelas. Kota Liminus membutuhkan super hiro baik hati, seperti Lexi. "Good job!" puji Debora. "CUT! Good job! Oke. Fabio, Merlin, kita break dulu. Setelah itu lanjut take tiga belas yah!" seru sutradara Yeni pada Fabio dan. Para crew menyiapkan untuk take selanjutnya. Fabio sudah pulih setelah satu minggu menghilang, ia menjelaskan pada media. Bahwa ada kecelakaan kecil yang menimpanya. Fabio memakai wig, untuk menutupi luka operasinya. Kali ini lawan mainnya adalah Merlin Camira. Merlin berperan sebagai Debora. Dan Fabio berperan sebagai Lexi, sang super hiro. Setelah melalui beberapa pelatihan dan chasting akhirnya, Merlin bisa menjadi peran utama di film terbarunya Fabio. Merlin di bimbing Fabio selama di rumah sakit. Meskipun Fabio sedang mendapatkan perawatan pasca operasi. Tapi ia masih bisa membimbing Merlin. Mencari cara agar kualitas acting Merlin semakin bagus. Dan akhirnya, usahanya membuahkan hasil yang manis. Merlin langsung bisa masuk menjadi peran utama. Mungkin, karena genrenya fantasi romance. Film ini jadi sangat menarik bagi Fabio. Jadi Fabio menyarankan ke sutradara Yeni. Agar Merlin jadi lawan mainnya. "Acting kamu bagus juga," puji Fabio. "Tingkatkan yah, kontrol emosi kamu udah semakin bagus. Bahasa tubuh dan intonasi cara berbicara kamu sudah sangat teratur. Selamat Debora, atas debut pertamamu," Fabio memberikan selamat pada Merlin. "Haha, kamu bisa aja, Fab. Ini semua kan berkat bantuan kamu. Kalo ga di bantu kamu. Mana bisa artis figuran macam aku, langsung jadi peran utama," ujar Merlin. "Eit! Fabio! Kamu jangan panggil aku Debora. Kurang suka ah sama nama Debora. Masih kerenan Merlin Camira, hahah." Merlin tertawa renyah. Ia sangat bahagia sekarang. Akhirnya setelah bertahun-tahun terjun di dunia entertainment. Ia bisa debut. Semua ini akan membuat Merlin lebih dekat dengan impiannya. Yaitu menjadi aktris terkenal seperti Fabio. "Makan dulu yuk!" ajak Fabio. Merlin menggeleng keras. "Loh kenapa?" "Aku lagi diet," bisik Merlin tepat di telinga Fabio. "Hahaha," Fabio malah menertawakan Merlin. "Aku kan pernah bilang. Kamu engga usah diet, dietan. Jangan nyiksa diri kamu sendiri. Kalo entar sakit. Kamu juga kan yang repot. Yang pernting pola makan kamu harus di jaga. Ga musti harus diet. Apalagi kalau sampai diet ekstrim. Sampe engga mau makan," protes Fabio. "Ih kamu itu aneh deh sebagai aktor. Masa engga mentingin penampilan. Kalo kamu nanti jadi gemuk gimana? Mana ada orang yang mau pake kamu jadi aktor lagi," omel Merlin. "Mereka itu pakai kita, bukan cuma lihat dari penampilan aja. Tapi dari kualitas acting kita juga. Percuma kalo cantik atau ganteng. Tapi kualitas actingnya buruk. Ya cape juga sutradara ngarahin kitanya. Kalo kata aku sih ga perlu diet, diet segala. Emang segendut apa sih kamu? Sampai harus diet segala," nasihat Fabio. Selama ini Fabio tidak pernah ikut program diet manapun. Meski ada PH yang meminta Fabio diet. Fabio tidak melakukannya. Makan sehari-hari saja susah. Ini di tambah harus diet. Bisa pingsan Fabio, kalo gitu caranya. Seperti yang Fabio bilang, tidak perlu diet. Yang penting jaga pola makannya. "Iya deh siap pak guru," Merlin menyerah setelah mendapatkan nasihat dari Fabio. "Ya udah yuk, aku lapar! Kita makan dulu, biar ada tenaga lagi. Buat acting di depan kamera. Mana since selanjutnya adegan action. Jadi harus banyak makannya. Tenang aja, aku yang teraktir. Kamu bebas mau makan apa aja. Jangan malu-malu, kalo di depan aku," ajak Fabio lagi. "Serius nih kamu yang teraktir?" tanya Merlin. Untuk memastikan, kalau Fabio memang benar akan meneraktirnya. Secara dengar kata teraktir. Otak Merlin auto langsung seger aja. Mana ada yang mau nolak di traktir. Hehe "Iya, bener. Yuk ah kita makan!" Fabio mengiyakan pertanyaan Merlin. Merlin langsung kegirangan. "Ayo!" seketika jiwa laparnya Merlin meronta. Perutnya langsung keroncongan minta di isi. Nafsu makannya kembali membara. ******** Lionte Cafe. Merlin dan Fabio sudah berada di sebuah cafe di sekitar lokasi shooting. Berhubung breaknya engga lama. Jadi mereka cari makanan ke cafe terdekat saja. Yang penting makan, agar tenganya kembali terisi. "Kamu mau pesen apa?" tawar Fabio. Ia juga masih melihat-lihat menu makanan di hadapannya. Kira-kira makan apa yang harus di makan hari ini. "Kayanya aku pesen ayam bakar nasi pecel sama sop buntut, tiramisu cake, es campur sama jus jambu," pesan Merlin. Buset dah itu makanan. Katanya lagi diet. Tapi pesen makanannya seabrek. Laper apa kesetanan neng? "Serius kamu mau pesen sebanyak itu? Emang habis?" Fabio sendiri bengong, saat Merlin mesan makanan terlalu banyak. "Serius lah! Kamu serius engga mau traktir aku?" "Seriuslah. Kalo habis sih boleh aja. Pesen aja sepuas kamu. Hehehe," Fabio nyengir kuda. "Oke, mbak pesen ayam bakar nasi pecel sama sop buntut, tiramisu cake, es campur sama jus jambu," pesan Merlin pada pelayan. "Kamu mau pesen apa, Fab?" "Aku soto ayam aja sama jus alpukat," ucap Fabio. Jus alpukat memang, jus kesukaan Fabio. "Yakin cuma segitu aja?" tanya Merlin. "Iya, udah cukup kok," Setelah mendengar pesanan Fabio dan Merlin. Pelayan itu pergi ke dapur, untuk menyerahkan pesananya ke pramusaji. Agar pesananya cepat di buatkan. Fabio senyam senyum sendiri. Hal itu membuat Merlin sedikit terganggu. "Kenapa senyam senyum?" tanya Merlin galak. "Galak amet sih. Engga boleh yah aku senyam senyum?" Merlin mengambil kaca kecil di sakunya. Ia mentap kaca itu. Melihat wajahnya di pantulan kaca kecil itu. Apa ada yang salah sama wajah gue? Kenapa Fabio senyam senyum liat muka gue? Tanya Merlin, dalam hati. "Kamu cantik kok. Aku seneng sekarang kamu udah mulai suka dandan," puji Fabio. Jadi maksudnya selama ini Merlin jelek, kalau engga dandan? "Jadi aku jelek gitu, kalo engga dandan?" tanya Merlin sedikit tersinggung. Benar kan? Semua cewek itu akan bertanya seperti itu. Cewek itu paling sensitif, kalau sudah di singgung soal penampilan. "Cantik kok cantik. Tapi lebih cantik lagi, kalo dandan kaya gini," ralat Fabio. Dia tidak mau, kalau sampai Merlin salah faham. "Iya, ngerti. Kalau selama ini aku emang jarang dandan. Dandan selalu seadanya. Makasih yah kamu selalu ngasih aku arahan," Merlin tidak mau lagi berdebat dengan Fabio. Karena ucapan Fabio ada benarnya juga. Bagaimanapun Fabio sudah baik, mau membimbing Merlin. Sampai sejauh ini. Merlin sangat bersyukur bisa kenal dengan Fabio. Ternyata Fabio benar-benar baik. Tidak seperti aktor lain. Baiknya hanya pencitraan saja. Di depan kamera baik. Di belakang kamera mah belangsak. Tak lama makanan pun datang. Merlin langsung melahap ayam goreng nasi pecelnya. Tanpa malu, ia memakannya dengan lahap. Persis orang yang belum makan seminggu. Hihi "Ga jadi dietnya nih?" sindir Fabio. "Mana bisa aku diet. Kalo denger kata gratis," ucapnya sambil terus mengunyah makanannya. Inilah yang Fabio suka. Merlin selalu menjadi dirinya sendiri, di depannya. Merlin tidak pernah malu di depan Fabio. Tidak pernah jaim alias jaga image. Di depan cowok. Biasanya kalo cewek lain. Pasti pesan makanan seadanya. Meskipun sebenarnya perut keroncongan minta nambah. Merlin mah malah seabrek pesan makanan. "Boleh nambah lagi kan, Fab? Nasi pecelnya enak," tanya Merlin setelah tandas, menghabiskan satu potong ayam bakar nasi pecel. Fabio masih bengong. Apa makanan di hadapannya ga cukup? Itu perut apa karung. Perasaan Fabio baru setengahnya makan soto. Ini Merlin sudah makan satu porsi. Malah mau nambah lagi. "Bo.. Boleh, boleh," ujar Fabio sedikit tergagap. Gimana engga gagap. Merlin benar-benar tak tau malu ternyata. Haha. "Mbak pesen lagi ayam bakar nasi pecel. Tambah batagornya satu yah," pesan Merlin pada pelayan. Pelayannya sendiri bengong dengan porsi makan Merlin. Merlin seperti kemasukan setan. Makannya bisa kalap seperti itu. Sepertinya dia sangat memanfaatkan momen gratis ini. Fabio mememperhatikan Merlin. Merlin memang tidak tau malu. Dia makan seakan tidak menemukan makan, selama sebulan mungkin yah. Perasaan engga kenyang kenyang. Bisa bangkrut yang jadi pacar Merlin. Bahkan bisa pingsan, kalau liat cara makam Merlin yang rakus. Untungnya yang naksir Merlin itu Fabio. Aktor muda terkenal. Kalo orang biasa mah auto miskin. "Aaaaaahhhh kenyang banget gue," ucap Merlin setelah tandas melahap makanannya, sampai tidak tersisa. Hanya tersisa piring, mangkok dan gelasnya saja. Sedangkan Fabio tidak mengabiskan soto ayam pesananya. "Udah beneran kenyang? Kalo mau nambah lagi juga engga apa-apa kok," tawar Fabio. "Aku bener-bener kenyang, Fab. Bisa pecah kali perut aku, kalo maksain makan lagi," protes Merlin. "Loh kenapa makanan lo engga di habisin?" tanya Merlin. "Aku udah kenyang ko," sahut Fabio. Padahal masih tersisa setengahnya. "Gue habisin boleh?" Fabio mengangguk. Katanya kenyang, perutnya bisa pecah. Kalau makan lagi. Tapi ternyata liat makanan sisa Fabio malah mau di embat. "Pesen aja lagi, kalo kamu mau soto ayam," "Ga usah, ini aja mubajir kali. Boleh kan?" Lagi-lagi Fabio hanya mengangguk. Salut dia sama nafsu makannya Merlin. Setelah mendapatkan persetujuan dari Fabio. Merlin langsung memakan habis, soto ayam sisa Fabio. "Aku makin suka kamu deh, keren. Kamu engga jaim," ujar Fabio. "Jaim? Kenapa harus jaim. Gue makannnya sama lo kok," engga konisten nih Merlin ngomongnya. Tadi aku kamu, sekarang elo gue. "Ya, biasanya cewek itu suka jaim. Kalo di ajak makan sama cowok. Ternyata aku salah. Engga semua cewek itu jaim. Aku seneng liat kamu makan selahap itu," tunggu! Ini muji apa nyindir Merlin rakus nih? "Gue kelewatan yah makannya?" Fabio menggelengkan kepala. "Engga kok. Kan kata aku juga keren. Bukan berarti aku nyuruh kamu jaim," ralat Fabio. "Lo tenang aja deh. Di depan yang lain gue engga kaya gitu. Cuma di depan elo aja gue kaya gini," Merlin merasa malu. Ia tidak sadar, ternyata dia bisa serakus ini. "Eh jangan gitu. Aduh aku salah ngomong yah. Aku suka kok sama kamu yang kaya gini," Fabio merasa bersalah. Merlin hanya diam. Karena dia memang malu. Bisa-bisanya dia sangat kalap di depan Fabio. "Udah. Udah jangan di permasalahkan. Aku seneng kok kamu makannya banyak. Itu artinya tenanga kamu terisi lagi. Makannya jangan diet, diet lagi yah," hibur Fabio. Yang di hibur malah tambah cemberut. ******** Keesokan harinya. Merlin dan Fabio kembali shooting film Lexi. Shooting berjalan lancar, karena semuanya telah bekerja keras. Di bagiannya masing-masing. Cuaca juga sangat mendukung. Seharian ini cerah. Secerah hati Merlin. Merlin sangat semangat menjalani shootingnya. Di debut pertamanya ini, Merlin harus bisa beracting sebagus mungkin. Ia tidak mau mengecewakan Fabio, yang sudah membimbingnya selama itu. Merlin jadi engga sabar menunggu filmnya tayang. Merlin ingin sekali menonton dirinya sendiri. Yang kali ini tentunya jadi peran utama. Bukan jadi peran figuran yang engga penting. Semakin hari Merlin dan Fabio semakin dekat. Bahkan project pertama Merlin, sepertinya akan terlihat sukses. Shooting seminggu lagi akan selsai. Sutradara sengaja meminta agar teaser film Lexi di upload di you tube. Ternyata responya bagus sekali. Bahkan sampai jadi tranding. Banyak yang sudah tidak sabar ingin menonton film Lexi. Semoga saja, saat film Lexi tayang. Banyak yang nonton dan penonton puas dengan filmnya. Masa depan cerah sudah di depan mata. Tinggal berusaha lagi lebih keras. Merlin sudah akan menjadi aktris. Malah sekarang Merlin sudah mempunyai fans. Merlin jadi tambah semangat. Setelah film Lexi, Merlin medapatkan tawaran untuk film berikutnya. Sayangnya peran utama cowoknya bukan Fabio. Tapi engga apa-apa. Merlin mempertimangkannya setelah raeding. Ceritanya cukup menarik, sehingga membuat Merlin menyetujui. Akan bermain di film itu. Merlin juga sempat meminta pendapat Fabio. Fabio juga setuju, kalau Merlin main di film itu. "Kapan kamu mulai shooting film Janji Palsu? PH itu cukup bagus kok. Dulu juga aku pernah kerja sama dengan mereka," tanya Fabio di sela break shooting film Lexi. "Mulai lusa kayanya, aku masih minta atur jadwal shootingnya. Supaya engga bentokan. Antara sekolah, kelas acting sama shooting film Lexi. Film Lexi baru minggu ini kan selesainya," jawab Merlin. Merlin jadi super sibuk semenjak debut pertamanya. Merlin harus pandai-pandai mengatur waktu agar semuanya tidak keteteran. "Oh gitu. Bener kamu harus ngatur semua itu. Kayanya kamu butuh asisten deh. Kaya aku kan yang ngatur jadwal aku itu, Niyya. Kamu engga akan sanggup, kalo yang ngatur jadwal kamu sendirian. Apalagi harus ngapalin dialog, bisa buyar tar kamu," saran Fabio. "Aku udah obrolin ini kok sama ibu, biar ibu aku aja yang jadi manager aku," sahut Merlin. Soalnya Merlin belum bisa mengaji orang lain. Sebelum mengaji orang lain, mendingan Merlin mengaji ibunya dulu. "Bagus deh, kalo kaya gitu," mereka kemudian saling terdiam. Mereka terhanyut dalam pikirannya masing-masing. Hening. Hening. Hening. Fabio memggeser posisi duduknya. Dia seperti keliatan resah, "Mer, sembilan hari lagi aku harus ke Amerika buat shooting Fast Hunter dua, kamu masih mau nunggu aku kan? Paling sebulan aku shooting disana," ucap Fabio lirih. Akhirnya apa yang ada di benak Fabio terucap juga pada Merlin. Entah ada perasaan apa di hati Merlin. Rasanya ia tidak mau berpisah dengan Fabio. Merlin hanya mengangguk. Memang itu sudah menjadi kewajibannya Fabio. Merlin pernah nonton film Fast Hunter yang pertama. Ternyata seru juga. Ceritanya tentang detektive dan mafia. Meskipun endingnya gantung. Tapi hal itu tidak membuat penonton kecewa. Malah ingin menunggu kelanjutannya. Semoga saja season dua film Fast Hunter. Akan sukses seperti film Fast Hunter yang pertama. "Itu berarti waktu aku memperjuangkan cinta aku, ke kamu berkurang satu bulan. Tinggal sisa satu bulan," Fabio terlihat lesu. "Setelah aku pulang dari Amerika, please pertimbangkan lagi, yah. Pertimbangkan untuk menerima aku jadi pacar kamu. Aku engga tahu lagi gimana caranya buat meluluhkan hati kamu. Berbagai cara udah aku lakukan, bahkan cara romantis aku lakukan untuk kamu. Sampe semua adegan romantis di film, yang pernah lakukan. Aku lakukan juga ke kamu," cerocos Fabio panjang lebar. Merlin menatap Fabio, "Maaf yah Fab, cinta memang engga bisa dipaksain. Biar waktu yang ngejawab itu semua," ucapnya. Entah kenapa, masih saja ada keraguan di hatinya. Padahal sebetulnya Fabio sudah masuk kedalam hatinya. Mana bisa Merlin tidak jatuh cinta pada cowok baik dan romantis, seperti Fabio. Cuma cewek yang bodoh saja, kalau sampai tidak jatuh cinta. Maaf Fab, aku terlalu pengecut buat bilang. Kalo aku mulai jatuh cinta sama kamu. Aku masih merasa belum jadi apa-apa. Aku masih malu bersanding sama kamu. Tapi aku janji akan setia menunggu kamu. Dan suatu saat pasti akan aku balas cinta kamu, gumam Merlin dalam hati. "Ya, Mer. Aku ngerti kok. Cinta engga bisa di paksain. Tapi kamu harus kasih keputusan, yah. Hati aku belum tenang, kalo status kita masih gantung kaya gini," keluh Fabio. Dia memang ingin jelas hubungannya dengan Merlin. Ia tidak mau, kalau hanya sebatas teman saja. Fabio harus bisa mendapatkan hati Merlin. "Baju kali ah di gantungin. Perasaab status kita udah jelas deh. Kita kan teman sekaligus partner kerja," ceplos Merlin dengan wajah tanpa dosanya. Sudah jelas Fabio menginginkan statusnya lebih dari seorang teman. "Teman? Kamu tau kan aku cinta sama kamu. Aku engga mau, kalau cuma jadi temen kamu," Fabio mulai cemberut. Fabio mulai mikir, apa Merlin serius dengan syarat yang di berikan pada Fabio? Jangan-jangan hanya main-main saja. Itu hanya Merlin jadikan alibi. Agar Fabio menyerah, mengejar-ngejar Merlin. Sudah satu bulan Fabio, selalu berusaha membuat Merlin jatuh hati padanya. Tapi Merlin hanya bersikap dingin saja. Seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal Fabio sudah berusaha semaksimal mungkin. Lelah rasanya. Tapi Fabio tetap optimis. Kalau ia mampu menaklukan hati Merlin. "Sabar, kalo kita jodoh engga akan kemana kok," selalu itu yang di ucapkan. Ternyata gini rasanya di gantungin tanpa kepastian. Tidak enak. Berharap salah, berhenti sayang. "Aku selalu sabar kok demi kamu," Fabio benar-benar lesu. Bahkan hampir menyerah, untuk meraih cintanya Merlin. Ternyata Merlin memang cewek yang istimewa. Sangat sulit untuk meraih hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD