2

1918 Words
Gilang pun masuk ke kelasnya bersama dengan teman-temannya itu. Di dalam kelas belum ada guru yang mengajar. Saat ini Raka masih menatap tajam ke arah Gilang karena memang mereka berada di kelas yang sama juga. Gilang sedari tadi diam saja karena ia juga merasa bersalah dengan Raisa. Walaupun ia memang tidak suka dengan Raisa, tapi tidak sampai ingin menyakitinya juga. Justru Gilang tidak ingin Raisa tersakiti karena terlalu berharap dengan Gilang. Karena Gilang tidak akan suka dengan Raisa. Akhirnya guru mereka pun datang. Namun bukan guru untuk mata pelajaran ini, guru tersebut merupakan guru piket. Mereka pun heran kemana guru mereka. "Anak-anak jadi Ibu disini mau mengabarkan tentang tugas kalian untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia ya. Karena Bu Lia kali ini berhalangan hadir" ujar Bu Alda pada mereka. "Emang Bu Lia kemana Bu? Kok ga masuk? Perasaan tadi ada deh" ujar Ina bertanya. "Bu Lia ikut ke rumah sakit ngurusin Raisa juga. Kalian jangan lupa ya do'ain Raisa supaya Raisa cepat sembuh dan cepat bisa pulang" ujar Bu Alda kepada mereka semua. "Aamin" ujar serempak satu kelas mengaminkan doa dari Bu Alda itu. "Bu ini dikumpulkan kapan ya tugasnya?" tanya Raka mewakili teman-temannya. "Aduh Ibu ga dikasih tau masalah pengumpulan tugasnya. Kalian kerjain aja lah ya. Kalo gitu Ibu permisi dulu ya mau ngurusin kelas yang lainnya" ujar Bu Alda. Kemudian Bu Alda pun meninggalkan kelas itu dan karena tidak ada pengumuman bahwa tugas itu dikumpulkan hari ini maka mereka pun tidak mengerjakan tugas tersebut hari ini. Mereka malah membahas Raisa. Sementara saat ini Raisa masih diperiksa oleh dokter Bu Lia, Lini dan Ayu masih menunggu didepan ruangan sembari khawatir kepada Raisa. Mereka takut jika Raisa kenapa-napa. Mereka akanakan merasa sangat bersalah sekali jika itu sampai terjadi. "Kalian tenang ya Raisa pasti ga papa kok" ujar Bu Lia menenangkan mereka berdua. Tak lama kemudian dokter yang memeriksa Raisa pun keluar, membuat Bu Lia, Lini dan Ayu pun langsung mendekatinya dan menanyakan keadaan Raisa kepada mereka. "Dok gimana keadaan Raisa dok? Dia baik-baik aja kan dok" ujar Lini dengan khawatir. "Raisa tidak apa-apa. Untung saja dia tidak makan banyak makanan pedas tadi. Kalo iya mungkin nanti akan berakibat fatal pada dirinya. Raisa sudah bisa dijenguk saya permisi dulu" ujar Dokter tersebut Bu Lia, Lini, dan Ayu pun masuk ke ruangan Raisa. Di dalam, Raisa menyambut mereka dengan senyuman tanda bahwa ia baik-baik saja. Namun siapa yang akan baik-baik saja ketika ia hampir saja menjemput nyawanya. Gilang dan teman-temannya memang sudah keterlaluan kali ini. Mereka tidak berpikir untuk kedepannya apa yang akan terjadi pada Raisa. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri. Lini dan Ayu sangat marah pada mereka berempat. "Raisa gimana keadaan kamu?" tanya Bu Lia kepada Raisa dengan raut khawatir. "Raisa ga papa kok Bu hehe. Maaf ya jadi ngerepotin Bu Lia juga. Bu Lia jadi nganterin Raisa ke sini deh" ujar Raisa tak enak kepada Bu Lia yang baik hati itu. "Kamu kan juga anak ibu di sekolah. Em sebentar ya" ujar Bu Lia karena handphonenya berbunyi dan ia pun mengangkat panggilan tersebut sembari sedikit menjauh. Tak lama kemudian, Bu Lia kembali ke dekat Raisa dan berpamitan kepada mereka bertiga karena Bu Lia ada urusan mendadak. Raisa, Lini, dan Ayu pun mengucapkan banyak terimakasih kepada Bu Lia yang sudah mengantar mereka ke sini. Bu Lia pun pergi meninggalkan rumah sakit. Sesaat setelah Bu Lia pergi, Lini dan Ayu langsung nyerocos panjang lebar mengenai kelakukan Gilang dan teman-temannya itu. "Sa, pokoknya gua mau mulai besok lo ga boleh lagi ngejar-ngejar si Gilang itu" ujar Lini. "Lah kenapa Lin? Kan gua suka sama Gilang" ujar Raisa kepada mereka berdua. "Raisa. Ini itu cuman cinta monyet aja okay. Lo masih SMP kelas 1 dan lo bisa ngelupain Gilang dengan mudahnya. So mulai sekarang jauhin dia, liat lo kayak gini gara-gara Gilang kan Sa. Jangan sampe besok-besok lo rela ngelakuin hal konyol yang ngerugiin diri lo sendiri buat Gilang ya" ujat Lini dengan panjangan lebar dan juga raut kesal. "Ini bukan ulahnya Gilang kok. Gilang tuh ga salah, kalian jangan salah paham gitu dong sama Gilang. Lagian Gilang tadi juga malah nyuruh gua makan kok" ujar Raisa membela. "Iya dia nyuruh lo makan. Dan abis lo makan lo kepedesan kan? Ya karena itu dia nyuruh lo makan Sa. Dia tuh dah tau kalo Danu ngasih cabe di bakso lo makanya dia nyuruh lo makan. Tolong dong Raisa pinteran dikit kalo masalah kayak gini" ujar Ayu gemas. "Ga papa Yu, gua bakalan tetep selalu suka dan cinta sama Gilang" ujar Raisa dengan yakin sembari ia tersenyum membayangkan wajah dari Gilang. "Sampai kapan Sa? Sampai kapan lo bakalan kayak gini?" tanya Lini dengan gemas. "Maybe sampai dimana gua nantinya ga bisa menghembuskan nafas gua lagi. Ya bisa di bilang saat itu terjadi, I'm die" ujar Raisa kepada mereka. "Sa, percaya deh sama gua. Lo sama Gilang itu cuman cinta monyet aja. Hidup lo masih panjang Sa. Jangan pernah bilang kalo sampe mati lo bakalan cinta sama Gilang terus Sa. Lo cantik, pinter, tinggi apa sih yang kurang dari lo. Lo bisa cari yang lain" ujar Lini. "Ga Lin, gua ga bisa cari yang lain. Lo tau apa yang kurang dari gua? Itu Gilang Lin. Gua belum bisa sama Gilang berarti selamanya gua bakalan tetep kurang. Terserah lo berdua lo mau nganggap ini obsesi atau cuman cinta monyet aja yang pasti sampai saat ini Gilang masih jadi alasan gua buat bertahan" ujar Raisa pada mereka berdua. "Oke deh Sa. Kita hargai keputusan lo. Apapun yang terjadi nantinya kita bakalan selalu dukung lo ya Sa. Lo harus inget itu" ujar Ayu kepada Raisa yang diangguki oleh Raisa. "Guys beliin gua makan dong di kantin. Ini makan siangnya masih lama deh. Cepet udah laper ini gua heheh" ujar Raisa meminta tolong kepada Lini dan Ayu. Mereka berdua pun akhirnya pergi ke kantin dan meninggalkan Raisa sendirian di kamar inap nya. Raisa pun sekarang sendiri. Saat ini ia sedang melihat wallpaper handphonenya yang mana di wallpaper itu adalah foto Gilang yang selalu Raisa ambil secara diam-diam. Ia tersenyum melihat foto itu dan mengelus foto itu dari layar handphonenya. Setidaknya baru ini yang bisa ia lakukan karena Raisa belum bisa menggapai Gilang. Sampai kapanpun kamu bakalan selalu ada di hati aku Gilang. Aku selalu cinta sama kamu. Kamu boleh bilang kalo ini cuman cinta monyet atau obsesi kayak yang di bilang lainnya ke aku. Tapi nggak Lang, aku mencintai kamu dengan penuh Lang. Kamu satu-satunya alasan kenapa sampai sekarang aku masih memutuskan untuk hidup Lang. Dan kamu juga alasan kenapa saat ini aku udah ga ngelakuin kegiatan yang melukai diri aku sendiri. Itu karena kamu Lang. Batin Raisa dengan tersenyum. "Woy Raisa. Raisa? Lo mikirin apa sih hey" ujar Lini sembari menggoyang-goyangkan badan Raisa yang tengah melamun tersebut. Raisa pun akhirnya sadar juga. "Eh iya kenapa? Ngagetin aja sih lo" ujar Raisa protes kepada Lini dan juga Ayu. "Ini makanannya udah ada di makan gih cepet ntar lo mati kelaperan lagi dah gegara kelaperan kan ga lucu ya. Udah makan cepet" ujar Ayu sembari memberikan sekotak nasi goreng yang tentunya tidak pedas itu dan buavita jambu kesukaan Raisa "Uuuuuuu kalian baikkk banget sihhh sayang deh sama kalian berdua" ujar Raisa. Raisa pun memakan nasi goreng tersebut dengan wajah senangnya. Ia senang sekali memiliki Lini dan Ayu yang selalu mendukung dan bersama dengan Raisa selama ini. Meskipun mereka baru saja berkenalan saat MOS di SMP N 4, namun mereka sudah sangat dekat sekali satu dengan yang lainnya. Saat Raisa makan, Ayu dan Lini pun juga ikut makan karena tadi mereka juga belum sempat makan. Tak lama kemudian terdengar suara handphone berbunyi. Ternyata itu dari ketiga handphone mereka karena notifikasi tersebut berasal dari grup w******p kelas mereka bertiga. "Ada WA nih di grup kelas. Bentar ya gua buka dulu" ujar Lini. "Kenapa Lin? Ada info apa di grup?" tanya Ayu dan Raisa dengan penuh penasaran. "Pada nanyain lo tuh Sa. Di jawab apaan nih? Jawab lo sakit parah gitu kali ya kan di grup ini juga ada Gilang sama ketiga temennya. Jadi mereka juga bisa baca dan pasti bakalan merasa bersalah banget deh sama lo. Hahaha" ujar Lini dengan rencananya itu. "Jangan. Nanti mereka malah khawatir. Lagian gua juga ga papa kok. Udah lah bilang aja kalo gua udah sembuh gitu" ujar Raisa kepada mereka berdua. "Ah lo mah ga bisa di ajak kerjasama Sa. Kan ini bisa jadi ajang pembalasan" ujar Ayu. "Udah gua aja lah yang bilang di grup kalo gua ga papa" ujar Raisa pada mereka. Raisa pun mengirimkan chat bahwa ia dalam kondisi tidak apa-apa dan setelah itu teman-temannya pun banyak yang membalasnya dengan kalimat cepat sembuh dan kalimat-kalimat penenang lainnya. Namun diantara para pembalas itu, tidak ada nama Gilang, meskipun ketiga temannya yaitu Reza, Abyan, dan Danu mengucapkan maaf dan ucapan cepat sembuh. Tidak dengan Gilang, bahkan mungkin melihat atau membaca grup ini saja Gilang tidak sudi jika itu sedang membahas tentang Raisa. "Uuu anak kelas pada UwU banget sih. Sayang deh gua sama mereka" ujar Raisa. "Btw gua udah bisa pulang kan hari ini" ujar Raisa bertanya kepada mereka berdua. "Iya lo dah boleh balik. Tadi gua dah nelpon Pak Marno sama Bi Marni juga buat jemput lo Sa. Ntar pulang lo pokoknya harus istirahat. Kalo bisa besok ga usah berangkat sekolah dulu. Biar lo di rumah sampe sembuh dulu" ujar Lini dengan sangat cerewet. "Jangan lupa juga makan yang banyak ya lo. Biar lo kuat biar cepet sembuh juga. Awas lo kalo gua dapet info dari Bi Marni atau Pak Marno kalo lo susah makan" ujar Ayu. "Ishhh kalian berdua ya emang cerewet bangett. Tapi gua sayang banget sama kalian. Makasih ya guys. Love you" ujar Raisa sembari berpelukan dengan Ayu dan Lini. "Love you too My Caca" ujar Lini dan Ayu dengan panggilan sayang mereka pada Raisa. Lini dan Ayu pun menemani Raisa di rumah sakit sembari mereka mengobrol bersama. Tadi Dokter berkata bahwa Raisa boleh pulang jika cairan infus sudah habis dan diperkirakan Raisa akan pulang nanti sore. Mereka pun masih mengobrol bersama. Sampai akhirnya cairan infus pun sudah habis dan Raisa sudah diperbolehkan untuk pulang. Pak Marno dan Bi Marni juga sudah sampai di rumah sakit sedari tadi. Setelah administrasi dan segalanya selesai, Raisa pun pulang bersama dengan Pak Marno dam Bi Marni. Sementara Lini dan Ayu pun juga pulang dijemput oleh supirnya masing-masing. Di perjalanan Bi Marni selalu menasehati Raisa dan sangat cerewet sekali. Raisa menjadi teringat dengan Papa dan Mamanya yang tidak pernah seperti ini kepadanya. Padahal jujur saja Raisa ingin seperti teman-temannya, memiliki keluarga lengkap dan hidup bahagia. Udah Raisa, ga papa. Besok lo pasti bisa bikin keluarga lengkap sama Gilang. Terus lo punya anak, cucu, dan hidup bahagia sama Gilang sampai maut memisahkan. Semoga. Batin Raisa dengan penuh pengharapan yang sangat tinggi. Raisa pun akhirnya sampaj juga di rumahnya. Rumah yang sangat sepi sekali, tak ada tanda kehidupan di dalamnya. Mereka pun masuk dan Raisa diantar Bi Marni sampai ke kamarnya. Di kamar, Raisa pun tiduran. "Istirahat yang cukup ya Mba, besok kalo mau ga berangkat sekolah dulu biar nanti Bibi yang buat suratnya terus Pak Marno yang anterin ke sekolah" ujar Bi Marni. "Ga papa Bi, besok Raisa udah berangkat. Udah ga papa kok" ujar Raisa. "Yaudah Mba Raisa tidur ya" jawab Bi Marni. "Iya Bi Makasih ya Bi" ujar Raisa, Bi Marni pun kemudian meninggalkan kamar Raisa. Raisa pun tidak langsung tidur, saat ini ia malah melihat galerinya dan menatap foto-foto Gilang yang ada di handphonenya. "Lang, semoga kita bersama ya" ujar Raisa, kemudian lama kelamaan ia pun tertidur sambil masih menggenggam handphonenya yang sedang membuka foto Gilang itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD