Dua

2040 Words
Happy Reading. * Aliya terbangun saat merasakan sinar mentari yang menusuk Indra penglihatannya. Menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk kedalam retina matanya. Melenguh pelan dan berhenti saat merasakan lengan kekar yang memeluk pinggangnya dari belakang. Memejamkan matanya sesaat saat ingatan semalam kembali berputar difikirkanya. Melepaskan pelan lengan tersebut dan Aliya bisa merasakan pergerakan dari Jimin. "Pangeran ini sudah pagi" ujar Aliya lirih dan Jimin bisa mendengarnya dengan jelas. "Lalu?" Tanya Jimin acuh dan kembali memejamkan matanya. "Yang lain pasti sudah menunggu untuk sarapan" Jimin tidak menggubris perkataan Aliya dan semakin mengeratkan pelukannya dan Aliya dibuat meringis karena kontak tubuh mereka yang belum terlepas dari semalam. "Pangeran~~~" "Diam" Aliya mengigit bibir bawahnya saat mendengar ucapan dingin Jimin. Aliya tidak berani membantah ucapan Jimin. Lagi pula ia seorang istri sekarang. "Jangan banyak bicara dipagi hari" cetus Jimin dingin dan membuat Aliya mengangguk pelan. "Aku akan tidur dan jangan menggangguku" desis Jimin dan Aliya hanya bisa pasrah. * "Dimana pangeran mahkota dan istrinya?" Tanya Taeyeon yang tidak melihat anak dan menantunya. "Pangeran belum bangun Yang mulia ratu" jawaban Pelayan Hwang membuat Taeyeon tersenyum. "Sepertinya mereka kelelahan. Dayang Kang nanti antarkan sarapan ini kekamar pangeran mahkota nde? Kau kan suka mengantar sarapan pangeran" ujar Taeyeon lembut tapi penuh dengan makna. Jelas Taeyeon menyindir Seulgi dan pelayanan Hwang tau hanya bisa menahan senyumnya. "Ah nde yang mulia ratu" ujar Seulgi kikuk dan membuat Taeyeon tersenyum. "Dimana pangeran yang mulia ratu?" Tanya Jung Soo yang baru datang. "Pangeran kelelahan yang mulia" mendengar jawaban istrinya Jung Soo hanya bisa tersenyum. "Baiklah. Kita mulai sarapan tanpa pangeran" * "Uh!" Desahan Aliya kembali terdengar saat Jimin kembali memasukinya. Mereka tidak keluar dari kamar dari tadi pagi. Dan ini sudah siang, entah apa yang difikirkan semua orang mengenai tindakan mereka. Ini bermula saat Aliya berhasil lepas dari pelukan Jimin dan itupun sudah siang. Aliya berjalan kearah kamar mandi dan saat baru mencelupkan tubuhnya dalam bak mandi tiba-tiba Jimin sudah muncul didepannya tanpa Aliya sadari. Jimin bergabung masuk kedalam bak mandi dan kembali melanjutkan percintaan panas mereka. "Pangeran~~~" Aliya memeluk erat kepala Jimin dan meremas rambut tebal Jimin sebagai pelampiasan kenikmatan yang tengah ia rasakan. Rasanya masih nyeri tapi tidak senyeri semalam. Ini cenderung nikmat dan memabukkan. "Hah!" Jimin semakin dalam menghentakkan tubuh mereka dan semakin membuat Aliya mendesah keras. "Ahhh!" Tubuh keduanya lemas saat kenikmatan itu datang. Kepada Jimin terkulai di dada Aliya dan Aliya hanya diam dengan tangan yang masih meremas rambut Jimin. "Huh kenapa pangeran melakukan ini?" Tanya Aliya dengan suara terengah-engah. "Apa aku punya alasan untuk menyentuh ratuku?" Jawaban Jimin membuat Aliya tersenyum tipis. "Ratu? Pangeran bahkan akan jadi penyebab penderitaan ku dimasa mendatang" Jimin terdiam mendengar ucapan Aliya. Lembut tapi penuh dengan duri. "Apa yang kau bicarakan?" Tanya Jimin yang melepaskan pelukannya. "Pangeran tidak menginginkan pernikahan ini dan kenapa bisa pangeran menganggap saya ratu? Sepertinya bukan saya yang akan menjadi ratu, tapi orang lain" Jimin menatap mata Aliya yang terlihat berbagai macam fikiran. Mata indah Aliya memancarkan segalanya dan Jimin tau jika Aliya mengetahui sesuatu yang akan terjadi dimasa depan. "Tidak selama semua akan baik-baik saja. Pernikahan kita hanya pernikahan perjodohan. Bahkan dulu pangeran menolak pernikahan ini dan apa yang akan terjadi kedepan semua pun tau" Aliya melepaskan pelukannya dan bangkit dari posisi menduduki Jimin. "Saya permisi pangeran" Aliya berjalan keluar dari bak mandi dan mengambil handuk dan berjalan keluar kamar mandi. Sementara Jimin masih diam ditempat. Fikirannya diisi berbagai macam hal yang akan terjadi dimasa mendatang. "Pangeran bahkan akan jadi penyebab penderitaan ku dimasa mendatang" perkataan Aliya terus terdengar ditelinganya. "Benar. Akan akan menjadi penyebab penderitaan nya" * Aliya tersenyum dan mencoba menahan malu saat Taeyeon yang dengan gamblangnya mengatakan jika sebentar lagi kerajaan akan mendapatkan pewaris. Tentu saja ini mengarah dikejadian pengantin baru yang tidak keluar sampai siang. "Aku berharap cucuku nanti adalah laki-laki. Bukan begitu Putri mahkota?" Aliya semakin menunduk dengan wajah memerah karena ucapan Taeyeon. Jika hanya ada mereka tidak masalah tapi ini ada para dayang juga dan Aliya bisa melihat dengan jelas jika dayang mentertawakan dirinya. "Ibu ratu biasakan berhenti membahas itu. Saya sedikit merasa tidak nyaman" ujar Aliya canggung. "Hei apa yang putri mahkota katakan? Bagaimana bisa tidak nyaman jika menyangkut masa depan kerajaan. Aigoo jangan malu nde? Anggap saja aku ibu kandung mu sendiri?" Dalam hati Aliya benar-benar bersyukur mendapatkan Taeyeon sebagai ibu mertuanya. Taeyeon penuh kasih sayang dan sangat lembut. "Saya mengerti ibu ratu" Taeyeon tersenyum lembut dan meraih tangan Aliya. "Aku berharap banyak padamu putri mahkota. Dan kuharap kelak kalian akan menemukan masa depan yang cerah dan bisa terlepas dari kekhawatiran yang kalian rasakan saat ini" dalam hati Aliya mengamini ucapan Taeyeon. Aliya juga berharap semua akan membaik kedepan. "Putra mahkota sedang latihan. Kajja kita melihatnya" ajak Taeyeon yang langsung merangkul Aliya. * "Bagaimana jika putri mahkota belajar pedang?" Aliya kaget mendengar ucapan Taeyeon. Sontak matanya membulat sempurna dan menatap tidak percaya kearah Taeyeon. Dan Jimin melihatnya dengan jelas. "Benar. Mendiang Panglima Kim bukankah dulu mengajarimu pelajaran pedang putri mahkota?" Pertanyaan yang dilontarkan Jung Soo membuat Aliya langsung membantahnya. "Aniya yang mulia raja. Itu sudah sangat lama dan saya tidak bisa mengingat nya" jawab Aliya sopan. "Jika kau lupa biarkan pangeran mahkota yang mengingatkan semua. Benarkan pangeran?" Jimin melirik datar ibunya. Jelas Jimin tau jika ini hanya akal-akalan ibunya untuk membuat nya latihan dengan Aliya. "Pelayan~~~" Aliya menatap aneh Jimin yang memanggil pelayan. "Saya pangeran?" "Bawa putri mahkota untuk berganti pakaian. Dia akan latihan pedang" Aliya kaget mendengar ucapan Jimin. Apa-apaan ini? Aliya tidak bisa bermain pedang. "Ikuti pelayan Hwang putri" akhirnya Aliya mengikuti pelayan Hwang yang akan membantunya berganti pakaian untuk latihan pedang. * Jika tadi Jimin fikir Aliya akan merepotkan dirinya tentang latihan pedang fikiran Jimin meleset sempurna. Aliya begitu piawai memainkan pedang ditangannya dan bahkan Jimin juga kewalahan menghadapi Aliya. Tadi Jimin meminta Aliya untuk menunjukkan latihan dasar pedang, Aliya sempat menolak tapi karena paksaan Taeyeon akhirnya Aliya setuju. Dan saat melihat bagaimana kehebatan Aliya memainkan pedang Jimin menjadi tertarik untuk mencobanya dan saat benar-benar merasakan kepiawaian Aliya bermain pedang Jimin jadi kagum. Keringat yang membasahi dahi Aliya membuat Jimin semakin ingin mengalahkan Aliya dan saat Jimin menahan pedang Aliya dengan pedangnya lalu mendorongnya kebelakang pedang Aliya jatuh dan Jimin dengan mudah mengarahkan pedangnya keleher Aliya. "Kau kalah" Aliya mengontrol nafasnya dan membiarkan Jimin mengarahkan pedang keleher nya. "Tentu saja saya kalah. Pangeran berlatih setiap hari dan saya sudah lama tidak menyentuh pedang" jawaban Aliya membuat Jimin tersenyum dan menurunkan pedangnya. "Kurasa hari ini cukup" Aliya membungkuk membungkuk hormat pada Jimin dan berlalu dari hadapan Jimin. "Bukankah putri mahkota menarik pangeran?" Jimin melirik pelayanan Hwang yang baru saja memuji Aliya. "Simpan pedang ini" cetus Jimin dingin dan melemparkan pedangnya pada pelayan Hwang. "Saya mengerti pangeran" ujar pelayanan Hwang sambil menahan senyumnya dan berjalan meninggalkan Jimin. "Sekarang aku tau kenapa semua memujinya" cetus Jimin dan berlalu sementara dayang Kang Seulgi melihat itu hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat. "Aku tidak akan membiarkan ini terus berlanjut" desisnya sambil berlalu. * Aliya terlihat tersenyum saat Taeyeon menunjukkan beberapa gambar mendiang raja terdahulu. Aliya memang tertarik dengan sejarah dan apa yang dilakukan Taeyeon membuat ketertarikan Aliya muncul lagi. "Yang dikatakan mendiang Panglima Kim benar. Kau tertarik dengan sejarah putri mahkota" ujar Taeyeon dan mendapat balasan senyum manis dari Aliya. "Harabojie selalu menceritakan tentang kisah raja terdahulu dan saya selalu tertarik dengan ini semua. Kehebatan dan keberanian mereka membuat saya merasa ingin sekali merasakan itu" Taeyeon tersenyum lembut pada Aliya dan mengusap rambut hitam panjang Aliya. "Kuharap kedepannya kau yang akan menjadi ibu suri dan memberikan pewaris dikerajaan ini putri mahkota. Rasa ingin tahumu, ilmumu, kehebatan dan pendidikan mu membuat aku merasa kerajaan ini punya keberuntungan karena memilikimu sebagai menantu" Aliya tersenyum dan mengangguk. "Saya akan berusaha untuk tidak mengecewakan yang mulia ratu" janji Aliya dan disambut baik oleh Taeyeon. "Aku percaya padamu" keduanya saling melempar senyum manis dan berjalan untuk meneruskan perjalanan. "Kau ikut kejamuan untuk para rajakan putri?" Aliya menoleh saat mendengar pertanyaan Taeyeon. "Apa harus ibu ratu?" Tanya Aliya dan langsung ditatap oleh Taeyeon. "Harus putri. Sekarang pangeran sudah menikah dan seharusnya putri ada disamping pangeran saat jamuan itu. Semua orang harus tau jika putri adalah calon ratu dikerajaan ini" Aliya mulai memikirkan ucapan Taeyeon. Apa dirinya harus ikut? Tapi Jimin tidak mengajaknya, tapi benar juga yang dikatakan ibu ratu. Apa bedanya status Jimin jika Aliya tidak ikut. "Lebih baik putri kembali kekamar dan bersiap. Pangeran akan berangkat sebentar lagi, lagi pula kalian tidak perlu menginap. Hanya sampai malam dan kalian bisa pulang" * "Apa pangeran keberatan saya menyiapkan baju pangeran?" Tanya pelayan Kang Seulgi sopan pada Jimin. "Kenapa kau harus bertanya sesuatu yang sudah sering kau lakukan?" Jawab Jimin datar dan membuat Seulgi tersenyum. "Saya mengerti pangeran" Seulgi tersenyum manis dan meraih satu baju kerajaan Jimin yang berwarna merah. "Gumawo" Seulgi tersenyum manis mendengar ucapan Jimin. "Boleh saya membantu pangeran berpakaian?" Baru saja Jimin akan menjawab pertanyaan Seulgi, Aliya lebih dulu masuk kedalam kamar. "Apa saya menganggu?" Tanya Aliya yang seperti menyindir Seulgi hanya saja Aliya menampakkan wajah polosnya hingga Jimin yang sadar dan menyuruh Seulgi keluar dari kamarnya. "Keluar dari kamarku Pelayan Kang" Seulgi sempat akan protes tapi tatapan mata Aliya membuat Seulgi akhirnya keluar. Seulgi tidak ingin terlalu dipermalukan disini. "Bukankah seharusnya kau melakukan tugasmu?" Tanya Jimin dingin yang melirik bajunya yang tergeletak di ranjang. "Saya mengerti" jawab Aliya dan meraih baju Jimin lalu memakaikanya pada Jimin. "Bukankah pangeran akan menghadiri jamuan untuk para raja?" Tanya Aliya. "Kau sudah tau rupanya" cetus Jimin yang sedikit mendongak keatas. "Apa saya harus ikut?" Jimin melirik datar Aliya dan tidak menjawab pertanyaan Aliya. "Ibu ratu mengatakan jika saya harus ikut tapi apa pangeran nyaman dengan kehadiran saya?" Tanya Aliya yang tidak menyembunyikan kekhawatiran yang tengah ia rasakan. "Jika kau tidak ikut? Lalu apa artinya pernikahan ku?" Pertanyaan Jimin membuat Aliya bungkam. Akan sama saja seperti Jimin yang belum menikah jika Aliya tidak ikut. "Saya mengerti. Tolong tunggu saya beberapa saat. Saya akan segera bersiap" ujar Aliya dan hanya dibalas tatapan datar dari Jimin dan langsung berlalu. * "Bukankah rusa itu cantik?" Aliya mengangguk antusias saat putri Hwang Ye Ji menunjukkan beberapa binatang yang dipelihara oleh istana. "Nde putri. Rusa itu sangat cantik" memang para putri lebih memilih pergi ke taman dari pada ikut bergabung kedalam acara. Hanya akan dibahas cara untuk memakmurkan kerajaan dan hukum-hukum yang lain. Dan itu bukan tugas mereka untuk hadir didalam sana. "Saya dengar putri mahkota akan segera naik tahta menjadi ratu?" Aliya menoleh kearah putri Hwang Ye Ji. "Masih belum putri. Harus ada penobatan yang mulia pangeran dan itu masih belum menjadi ratu. Bukankah harus menjadi permaisuri dan saat sudah memberikan yang mulia pewaris tahta baru akan ada pengangkatan ratu kerajaan" jawab Aliya dan dibalas anggukan dari Hwang Ye Ji. "Putri benar. Tapi ngomong-ngomong soal ratu. Sepertinya putri akan segera memiliki momongan" Aliya sontak menatap Hwang Ye Ji terkejut. "Bukan maksud saya memberitakan apa yang belum terjadi tapi saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya lihat. Putri akan menghadapi berbagai tantangan kedepan ini dan putri akan bertahan untuk beberapa saat. Sebenarnya putri bisa bertahan dengan semua itu tapi karena sesuatu alasan yang hanya putri sendiri yang tau putri akhirnya memilih mundur" Aliya menatap Hwang Ye Ji dengan pandangan yang tidak bisa dimengerti. "Sebenarnya saya tidak tega memberitahukan ini tapi putri harus tau jika semua ini berasal dari pangeran. Dia adalah sebab utama masalah ini" lanjut Hwang Ye Ji yang terus menatap iris indah Aliya. "Tapi selalu ada pelangi yang datang setelah awan mendung dan itu akan putri alami. Saya tidak tau apa akhir dari semua ini tapi yang pasti pangeran akan mengemis diakhir pada putri dan itu akan benar-benar terjadi. Jawaban dari semua ini hanya putri yang tau. Karena disini putri adalah kunci dari semuanya. Kejayaan, kekayaan, kemakmuran, keadilan dan Sember kebahagiaan hanya putri yang bisa mengendalikan semuanya" Aliya bungkam mendengar ucapan Hwang Ye Ji. "Maaf jika saya lancang tapi ini adalah masa depan putri. Saya berharap putri diberi kesabaran menghadapi semuanya. Yang pasti suatu saat nanti akan ada titik dimana pangeran benar-benar membutuhkan putri dan saat itu putri tidak ada dan pangeran akan diliputi perasaan kosong yang begitu menyakitkan. Itu adalah hukuman bagi pangeran dan tidak ada yang bisa mencegahnya" dan Aliya hanya diam menerawang kedepan. Awan pekat sudah terlihat dari sekarang, benar yang Aliya firasatkan. Hidupnya akan penuh masalah. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD