EP 1

1023 Words
Cinta itu bikin ribet dan pusing. Hal seperti itu selalu dipikirkan oleh Belva Amitra Anjani perempuan 28 tahun, seorang introvert kulit kuning Langsat, gigi gisul, tinggi 163 cm, pecinta K-Pop. Perempuan satu ini tidak suka mikirin cinta, Belva lebih suka nongkrong bareng sahabatnya. Belva tidak suka dandan paling-paling keluar pakai kaos make up bedak dan lip ice. Dikala suntuk suka pergi ke minimarket untuk lihat dan membeli produk makanan maupun minuman yang stok habis, diskon, atau produk baru yang unik. Seperti hari ini niatnya belanja di minimarket buat ngilangin stress justru bertambah gara-gara ada cowokyang nggak dikenal tiba-tiba melamarnya. Hidup ribet dan aneh. Ditengah kegalauan Belva pun menonton Barbie yang sudah didownload di ruang tengah. Saat asyik nonton film Arini Pertiwi masuk langsung ke rumahnya. Wanita bertubuh sedang, tinggi 160 cm, suka ceplas-ceplos, kulit khas jawa, sahabat Belva sejak SMA. Arini langsung melangkah ke ruang tengah tempat Belva berada. "Assalamualaikum" salam Arini "Wa'alaikum salam" jawab Belva "Boleh masuk nggak nih" ucap Arini "Bukannya sudah masuk" ucap Belva santai "Iya, kamu lagi nonton apa?" tanya Arini "Barbie Rock n Royal" jawab Belva "masih doyan lihat itu" ucap Arini yang menyaksikan Belva menatap laptop "Iya masihlah secara film lucu, bagus, dan terkadang ada inspirasi baru" ucap Belva "Aku kadang nonton animasi juga ada yang mendidik ditimbang film jenis lainnya" ucap Arini "Tuh kan bukan hanya cocok untuk anak-anak tapi juga untuk dewasa menghilangkan penat" ucap Belva "Benar juga sih, ngomong-ngomong aku nggak ditawarin minum nih" ucap Arini "Ambil sendiri di dapur, pilih yang di kulkas atau seduh sendiri bisa kali ya" ucap Belva santai "Ok, kamu mau mau minum apa?" tanya Arini "Coklat panas" ucap Belva "Kenapa jadi kebalik ya, siapa tamu siapa tuan rumah" ucap Arini "Entahlah" ucap Belva santai "Yaudah, aku ke dapur dulu say" ucap Arini "ok" ucap Belva yang setuju Arini melangkah ke dapur dan membuat minuman teh telang kesukaannya dan coklat panas untuk Belva. Semuanya dilakukan dengan mudah karena sudah hafal tata ruang dapur dan tau minuman kemasan yang biasa Belva simpan, secara dia terbiasa ke rumah Belva untuk santai atau menghilangkan stress begitu pula sebaliknya. Hanya ruang privat yang tidak diketahui karena keduanya selalu menjaga privasi masing-masing termasuk masalah yang sulit diungkapkan. Setelah itu Arini membawa nampan berisi minuman ke ruang tengah. "Ini coklatnya jadi" ucap Arini memberikan minuman untuk Belva "Makasih" ucap Belva "Iya, kenapa kamu kok kelihatan bete, Ada masalah? kalau aku bisa bantu aku pasti bantu" ucap Arini. Dalam hati "Ini masalah pekerjaan, uang, atau jangan-jangan cinta. Tapi nggak mungkin soal cinta secara dia kan biasanya santuy" "Kamu memang sahabatku" ucap Belva yang menikmati kudapan. Arini salah satu sahabatnya yang memahami perasaan meski kadang cekcok tapi setelah itu baikan. "Dari dulu kali, mau cerita apa nggak. Masalah apa? Dikejar deadline komik atau ribetnya olshop" ucap Arini yang menebak kegundahan hati Belva "Kalau itu masih bisa ku handle" ucap Belva yang masih ragu untuk bercerita tentang lamaran dadakan atau tidak "Terus apa dong?" ucap Arini yang kepo "Jadi ceritanya gini aku kan ke minimarket untuk membeli produk sekalian refreshing" ucap Belva Belva punya kebiasaan kalau lagi senggang atau bosan biasanya pergi ke minimarket untuk membeli produk yang habis ataupun produk baru yang unik ataupun promo. Melihat ataupun membeli produk baru memberikan sensasi tersendiri senang dan bisa merilekskan pikiran. "Terus apa yang terjadi? Kartu anda limit tidak bisa melakukan transaksi pembayaran" ucap Arini memikirkan yang terjadi "Bukan" ucap Belva dengan nada serius "Lalu apa?" ucap Arini yang kepo maksimal "Saat aku mau pulang dari minimarket aku dihadang oleh cowok yang nggak dikenal, dia berlutut menyodorkan cincin dan melamar ku" ucap Belva sambil mengingat kejadian itu "Apa??? sweet banget, kamu menerima apa menolak" ucap Arini yang tak percaya kalau sahabatnya yang jomblo tiba-tiba dilamar padahal dari dulu nggak ada yang berani serius dengannya "Menolak secara aku nggak kenal dia" ucap Belva santai "Emangnya orangnya gimana?" tanya Arini sambil memakan snack di meja "Lumayan dia pakai kemeja putih, celana panjang seperti bermerek, mobil Mercedes Benz hitam, kelihatannya orang kelas atas" ucap Belva menerangkan "wow amazing sahabatku bisa dilamar orang konglomerat" ucap Arini "Oh memangnya hebat ya" ucap Belva "Hebat sih tapi juga oon secara orang seperti itu kamu tolak" ucap Arini menyayangkan keputusan sahabatnya "Keputusan bukannya sembarang tapi memikirkan segala kemungkinan secara aku nggak kenal dia, kalau dia jahat gimana?" ucap Belva mencoba menjelaskan apa yang dipikirkan "Iya juga, tapi tampangnya jahat ya" ucap Arini "Nggak dia kelihatan campuran Korea Indonesia wajahnya mirip Lee Jong suk" ucap Belva "Tuh kan kamu mikirnya gimana? cowok tampan plus tajir kok ditolak padahal banyak wanita yang ingin mendapatkan pasangan seperti itu, lagian kamu kan jomblo akut kok berani nolak" ucap Arini mencoba untuk mempengaruhi pikiran sahabatnya dia ingin sahabatnya mendapatkan pasangan yang mumpuni tapi disisi lain juga merasa keputusan sahabatnya benar, rasanya runyam "Kamu sendiri sahabat macam apa? Hanya modal tampang dan duit nggak menjamin kita bahagia, yang penting dia bisa ngertiin dan menerima kekurangan maupun kelebihan kita" ucap Belva membenarkan keputusannya "Banyak maunya jadi jomblo" ucap Arini. Dalam hati "benarkan aku serba salah" "Semua keputusan terserah ku, kenapa kamu sewot" ucap Belva agak kesal "Ya jelaslah, aku itu maunya punya cowok romantis tapi dapatnya datar banget. Kamu dilamar romantis malah menolak, kalau aku sih pasti menerima" ucap Arini asal. Dalam hati " ya kalau pacarku yang melamar tapi kalau orang lain jadi bingung juga" "Kamu kok kelihatan iri sih" ucap Belva. Dalam hati "Apa yang diirikan dilamar romantis oleh cowok benefit padahal kenal nama saja nggak" "Emang iri tapi juga merasa aneh jika dia punya segalanya kenapa harus melamar orang secara acak" ucap Arini kebingungan "hari gini kok masih ada cowok benefit yang lamar orang secara acak padahal dia bisa melamar orang yang dikenalnya" gumam Arini dalam hari "Hooh, aku juga nggak ngerti" ucap Belva yang tidak memahami segala hal yang terjadi "Hmm tapi kayak di novel aja" ucap Arini yang suka membaca cerita novel apalagi kalau tokohnya CEO tampan pasti betah lama-lama di kamar hingga kadang ditegur lupa waktu "Ya kalau menerima, tapi kan aku menolak" ucap Belva santai "Nggak nyesel tuh nolak" ucap Arini yang tak percaya Belva mudah menolak pria benefit dan tanpa penyesalan pula "Nggak" ucap Belva mantap
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD