Bertemu Aunty Sari

1075 Words
"SARI" Seorang wanita paruh baya memanggil anaknya yang saat ini tengah memetik sayur di perkebunan sayur milik suaminya. "Itu Ada yang nyari." Lanjutnya tetap berteriak kencang, mengingat jarak perkebunan dengan tempatnya berdiri saat ini cukuplah jauh. "Siapa ?" Tanya Sari sambil menyimpan topinya dan menghampiri sang ibu. "Kagak tahu, udah mending di cek aja sana ! Ganteng orangnya, bawa anak kecil juga mungkin anaknya." Ucap ibu lagi sambil mendorong bahu anaknya untuk segera bergegas menghampiri tamu mereka. "Cepetan sono temuin ! Gak enak udah di tungguin dari tadi soalnya." Lanjutnya lagi mengambil air kemudian memasukan jari tangan anaknya tanpa permisi. Ibu Sari mencuci tangan kotor putrinya dan mengelapnya menggunakan kain sarung yang ada di pinggangnya. Sari pun mendelik kan kesal bola matanya. "Kebiasaan deh buk. Bau terasi entar tangan sari. Udah tahu Sari mau ketemu tamu, malah tangannya di lap di situ." Gerutu Sari. Menunjuk sarung ibunya yang biasa di pakai lap serba guna oleh ibunya. Sari wanita usia dua puluh dua Tahun itu melangkahkan kakinya, sambil terus menggerutu pelan pada ibunya. Dia menghampiri teras rumahnya. Terlihat di sana seorang pria tampan bertubuh tegap dengan setelan kemeja dan celana bahannya tengah menggendong seorang anak kecil sambil membelakangi punggungnya. Seketika Sari pun mengerutkan keningnya. Merasa familiar dengan setelan yang biasa di gunakan oleh kedua orang di depannya. Ditambah tubuh anak kecil dan rambut kritingnya yang saat ini tengah menunjuk ke arah depan, entah sedang menunjukan apa pada ayahnya. Sari pun kembali mendekatkan langkahnya. Dia mencoba berdehem sebelum menyapa kedua tamu agung di depannya. "Maaf." Ucapnya setengah berdesis. Dia mencoba memperhalus suara dan mempertahankan kesopanannya mengingat sepertinya kedua orang tersebut bukanlah orang sembarangan terlihat dari kendaran yang mereka pakai dan outfit yang mereka gunakan saat ini. "Ada yang bisa saya bantu ?" Tanya-nya lagi mulai memasang senyum lima jarinya, waspada jika saja sewaktu-waktu orang tersebut berbalik dan Sari pun sudah menyambutnya dengan senyuman terbaiknya. Firdaus adalah orang pertama yang menolehkan kepalanya. Terlihat raut wajahnya yang begitu senang. Dia bahkan memukul girang pundak ayah sambungnya. Firdaus meminta turun dan Alex pun dengan sigap menurunkan dirinya. Dia berlari ke arah sari sambil merentangkan tangannya meminta di peluk. "Aunty Sali, aunty sali, peluk !" Pintanya dengan nada heboh dan pijakan kakinya yang tidak seimbang akibat jalanan rumah sari yang di penuhi batu kerikil. "Daus." Hap_ Sari pun langsung menerima tubrukan bocah di depannya. Dengan perasaan bingung dan juga bahagia, dia menggendong anak mungil di depannya sambil mencium gemas pipi bulatnya. "Daus kok di sini ? ngapain ? Aunty sampe syok loh lihat daus di sini." "Daus juga kesini nya sama siapa ? Ada yang nganter kan ?" Tanya-nya belum ngeh jika orang yang tadi menggendong firdaus sudah menolehkan wajahnya bahkan sudah berputar arah dan melihat kelakuan mereka sambil bersidekap d**a. Alex mengerutkan keningnya. Sementara firdaus membuka mulutnya lebar-lebar, bersiap-siap untuk menjawab pertanyaan Aunty cerewetnya. "Samal Papa." Sari mengerutkan alisnya. "Samal ?" Ulangnya masih belum terbiasa dengan bahasa tidak sempurna anak di gendongannya. "Sama kali bukannya samal." Ralat sari sambil tertawa gemas di ikuti firdaus yang juga ikut tertawa sambil menutup rapat wajahnya. Anak itu entah kenapa jika dengan Sari terlihat sangat pemalu berbeda dengan saat bersama Maira yang terlihat lebih urakan dan juga nakal saat bersamanya. "Apa sih ? belajar bahasa coba ! kalo guru lagi ngajarin bahasa indonesia tuh dengerin makanya jangan tidur." Lanjut Sari sambil membuka pelan tangkupan tangannya yang sejak tadi menutup rapat wajahnya. "Malu-malu. segitu biasanya malu-maluin juga." Gurau sari lagi semakin membuat daus merapatkan wajahnya ke dalam ceruk leher sang wanita. Firdaus memasukan kepalanya dan memainkan rambut sari yang sengaja dia ikat sanggul agar dapat mempermudah pekerjaannya. "Daus eh kan aunty tadi nanya daus ke sini nya sama siapa ?" Tanya-nya lagi malah jadi lupa dengan jawaban yang di ucapkan anaknya tadi karena saking sibuknya dia menggoda. Alex yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, Akhirnya lama kelamaan kesal juga saat kehadirannya juga di abaikan oleh mereka berdua. "Sama saya, kan tadi dia udah bilang." Ucapnya dengan suara berat dan penuh wibawa. Sari yang saat itu tengah asik menjahili keponakan dadakannya seketika menoleh menatap balik wajah tampan yang saat ini tengah menatap dalam manik legamnya. "Aaah. HAHA ... " Tawanya canggung tiba-tiba kehilangan kata-kata setiap kali berpapasan muka dengan pria tampan mantan penggemar sahabatnya. Sari Adalah teman Maira. Dia juga sedikit banyaknya tahu bagaimana masa lalu Alex dan cerita cintanya pria tersebut dengan sahabatnya Maira. Alex juga merupakan ayah sambung dari Firdaus. Keterikatan mereka, Antara Maira dan juga Alex pun akibat ikut campur dari putranya yang begitu menyukai Maira. "Anda juga di sini ternyata. Emm. mau masuk atau mau gimana ya baiknya ?" Tanya Sari. Entahlah dia juga bingung ingin mengatakan apa ? Sari hanya mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya, dia sudah terlalu terpesona dengan tampang Alex yang dingin dan penuh kharisma. "Masuk. Ibu kamu juga tadi suruh saya masuk cuman saya nya aja yang gak mau." Tuturnya. Entah ini sebuah penolakan ataukah permintaan. Sari yang bingung pun hanya menganggukkan kepala canggung sambil terus tersenyum cengengesan. Dia mempersilahkan Alex masuk dan duduk di sofa miliknya. "Silahkan ! Maaf kalau rumah saya tidak sebagus rumah kalian." Tuturnya sambil menurunkan Firdaus di sampingnya ayahnya. "Daus tunggu sebentar ! Aunty buatin minum dulu ya ! Daus mau apa ? s**u, teh atau air putih ?" Tanya-nya langsung memfokuskan pandangannya pada bocah lucu di sampingnya. Firdaus dengan sejuta harapan di matanya. Menatap wajah Sari sambil mencium gemas pipinya. "Ail putih ajah. Kakak tantik bilang ail putih sehat." Jawabnya. mengarah pada Maira. Daus terbiasa memanggil istri Christ tersebut dengan sebut kakak cantiknya. "Oke." Jawab Sari sambil melebarkan langkah hendak meninggalkan tempat mereka. Dari arah samping tiba-tiba saja Alex mengerutkan alis nya saat di rasa Sari tidak menawari minum juga untuknya. "Kamu cuman nawarin dia doang ? Saya enggak ?" Tanya Alex Setengah menyindir dengan raut dingin dan nada juteknya. Seketika sari yang sudah berjalan setengah langkah pun kembali menolehkan badannya dan menatap Alex dengan pandangan yang tidak terbaca. "Apa saya belum bertanya ?" Tanyanya dengan raut polos namun geli juga saat melihat Alex cemberut tidak ubahnya firdaus saat sedang merajuk padanya. "Kalian itu lucu. Meskipun tidak sedarah tapi sifat kalian sama." Gumamnya, melangkahkan kembali kakinya untuk menghampiri mereka berdua. "Baiklah. Tuan muda ingin minum apa ? Perlu saya sebutkan menu yang ada di rumah saya ?" Godanya membuat Alex seketika mengulum gemas bibirnya. Alex mendorong pelan wajah yang saat ini menunduk menatap ke arahnya. Dia menoleh kearah atas sambil menyebutkan pesanannya. "Air putih aja." Jawabnya sambil terus mengulum senyumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD