8. BERTEMU LAGI

1352 Words
Digo dan Zein memanfaatkan hari libur untuk melakukan aktifitas yang dia suka, itu semua untuk membuat pikiran mereka fresh, sementara Rion lebih memilih untuk bersantai, bahkan tidur di kamar apartemen, sungguh enak dan nyaman sekali Rion. *** Digo masih di toko buku besar, dia segera membeli novel romantis pilihannya, sebenarnya dia hanya tidak ingin bertemu lagi dengan gadis berkacamata itu, padahal dia cantik, sedangkan temannya yang bernama Mela mungkin sudah punya pacar, karena tadi yang merayu hanyalah si gadis berkacamata bernama Sindy. Digo segera ke tempat kasir untuk melakukan pembayaran. "Totalnya Rp 520.000 Mas," ucap seorang kasir perempuan. "Oke," jawab Digo sambil mengambil uang yang pas dengan total nominal harga 2 novel terebut. "Wah, suka baca novel romantis ya Mas. Lagi kasmaran nih pasti," ucap kasir tersebut. "Hehe, cuma buat hiburan dan mengisi waktu saja." "Oh, jadi begitu. Makasih sudah berbelanja di sini, jangan sungkan datang kembali." Digo hanya memberi senyum manis pada kasir perempuan itu, kemudian melangkah pergi. "Manis sekali cowok itu, apa dia masih jomblo ya?" gumam kasir tersebut sambil terus memandang kepergian Digo. Setelah semua beres, Digo meninggalkan toko buku tersebut, selanjutnya ingin kembali ke apartemen atau entah ke mana. Di tempat Zein, dia sedang olahraga angkat beban berat bernama Dumbbell, alat yang harus diangkat menggunakan kedua tangan. Dia cukup mudah mengangkatnya, otot-otot tangannya terlihat kekar dan seksi. Terlihat ada seorang gadis berpakaian seksi melirik Zein yang sedang fokus olahraga, tapi segera pergi karena harus olah raga juga. Sekian menit berlalu, Zein istirahat sebentar dan mengambil air minum yang sudah dibelinya. "Ah, segar," ucapnya setelah menenggak air mineral tersebut. Zein memandang ke sekitar ruangan fitness, berharap ada seorang gadis yang menarik perhatiannya. Setelah mencoba mencari-cari, dia hanya menemukan satu gadis yang tidak membuatnya tidak tertarik, kebanyakan yang dilihatnya adalah seorang laki-laki, sedangkan gadis seksi tadi tidak terlihat dari pandangan Zein. "Huft, sepertinya gak ada harapan untuk hari ini mendekati cewek," gumam Zein. Dia memilih untuk melanjutkan olahraga dengan berpindah ke alat fitness lain, dia memilih alat Treadmill, alat lari di tempat untuk membakar lemak di tubuh. Memperlihatkan kembali Digo, dia baru saja berhenti di sebuah toko. Memarkirkan motor Vixion tepat di pinggir, kemudian mencopot helm. Rambutnya yang agak panjang di depan bergerak keren karena tertiup angin yang kebetulan agak kencang, Digo terlihat sangat tampan saat rambutnya tertiup angin hingga seluruh wajahnya terlihat. Digo melangkah dengan santai menuju pintu toko, membuka perlahan pintu tersebut. Sesampainya di dalam, dia segera mencari keperluan yang ingin dia beli, entah itu apa, tentunya keperluan untuk seorang pria. Beberapa gadis bahkan Ibu-ibu sempat melirik ketampanan Digo. "Ehh, gantengnya. Tapi kok sendirian? Mungkinkah dia masih jomblo," batin gadis berbaju kuning dan memakai rok bermotif bunga. "Ada cowok ganteng sedang sendirian. Kasian ... pengen aku samperin, tapi gimana dengan anakku ini, hihihi," batin tante-tante yang berbelanja bersama anak laki-laki yang tampaknya sudah SD. dia memperhatikan Digo dengan tatapan terpikat. Hal tersebut membuat Digo merasakan bahwa ada yang memperhatikannya, Digo sempat melihat wanita itu, tapi hanya sebentar karena tidak mau terjadi hal yang aneh-aneh. "Mama ngapain sih melamun? Aku mau beli ini Ma," tanya anak laki-lakinya sambil menarik baju Ibunya. "Ehh, iya Nak. Yang mana sayang?" jawab Ibunya kaget dan sedikit gugup. Dia segera fokus menuruti anaknya dan melupakan kehadiran Digo, itu memang lebih baik kerena dia sudah berkeluarga, atau mungkin malah single parent? Tidak ada yang tahu. Terlihat Digo memilih tisu kotak dan minyak rambut, setelah itu beralih ke tempat lain untuk mencari keperluan lainnya. Saat sedang memilih sesuatu, dia mendengar suara yang agak ribut-ribut tidak jauh darinya. "Maaf Mbak, ini semua sudah dihitung di komputer saya, jadi kamu harus membayar semuanya. Makanya besok lagi kalau memilih belanjaan dikira-kira dulu ya, agar tidak terjadi seperti ini lagi," ucap seorang kasir perempuan. "Iya maaf. Aku gak sengaja dan tidak menyangka. Mungkin uangku terjatuh di jalan," jawab gadis pembeli. Sepertinya dia sedang mengalami masalah, yaitu uangnya kurang untuk melakukan pembayaran semua belanjaannya. Mungkin uangnya memang ada yang terjatuh di jalan, karena seharusnya uangnya sisa untuk membeli semua belanjaannya tersebut. Gadis itu merasa sedih dan bingung. "Jadi gimana sebaiknya, apakah boleh dikembalikan sebagian?" tanya gadis pembeli. "Duhh, maaf Mbak. Ini sudah tidak bisa, sistem komputer sudah menghitung dengan tepat. Ini sangat merepotkan, dan nanti saya yang akan dimarahi atasan jika terjadi kesalahan. Jadi gimana caranya, kamu harus membayar semua ini." Gadis itu benar-benar sangat bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia berniat untuk pulang dulu mengambil uang, tapi rumahnya agak jauh, apalagi belum tentu kasir tersebut mau menunggunya. Digo mendengar percakapan mereka meski tidak terlalu jelas, dia mendekat dan ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi. Saat sudah dekat, terlihat gadis yang mendapat masalah tersebut, menunduk bingung. "Maaf, ada masalah apa ya Mbak?" tanya Digo pada penjaga kasir. "Oh, Mbak ini belanja tapi uangnya kurang banyak. Dia minta dikurangi belanjaannya, tapi semua sudah terhitung di komputer dengan benar, jadi saya tidak bisa memenuhi permintaanya," jawab kasir. Sebenarnya itu juga kesalahan kasir, karena dia agak egois dan tidak melayani pembeli dengan baik, meski pembeli yang bersalah. Mungkin sang kasir sedang kacau juga pikirannya, entah ada masalah di rumahnya atau hal lain, seharusnya masalah pribadi tidak boleh dicampur adukkan dengan pekerjaan di perusahaan. Meskipun kekurangan uang gadis itu memang agak banyak, jadi memang merepotkan sang kasir. Kasian juga gadis itu yang kehilangan uangnya di jalan. Digo ingin membantu gadis itu dengan menyelesaikan semua kekurangan uangnya, dia akan membayar semuanya dengan ikhlas. "Berapa Mbak kekurangannya?" tanya Digo pada kasir. "Kekurangannya Rp 150.000 Mas," jawab Kasir wanita tersebut. "Oh, jadi cuma segitu. Ini, aku yang akan membayar semua kekurangannya," ucap Digo sambil mengulurkan uang miliknya kepada kasir. Melihat itu, sang kasir tersenyum dan menerima uang dari Digo yang pas untuk memenuhi kekurangan gadis itu. "Terima kasih Pak, aku akan ganti semua uangmu nanti," ucap gadis yang mendapat masalah tersebut. Ucapan gadis itu membuat Digo kurang enak mendengarnya, karena dipanggil dengan sebutan Pak, terlebih dia ingin membantu gadis itu dengan ikhlas tanpa minta diganti. "Maaf, aku ingin membantumu dengan iklhas, jadi gak perlu diganti," ucap Digo kemudian menengok untuk melihat wajah gadis terebut, karena sebelumnya gadis itu selalu menunduk, pasti sedang bingung dan bersedih. "Kamu ...," ucap Digo sangat terkejut hampir tidak percaya. Gadis tersebut juga terheran mengetahui Digo tampak terkejut melihatnya. Digo masih ingat jelas wajah manis yang belum lama ini membuat hatinya selalu tidak tenang, pikirannya selalu ke mana-mana. Ya, ternyata dia adalah gadis manis penjual kue warna-warni sore itu. Digo sungguh tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya di sini. "Nona, se-sepertinya aku pernah melihatmu," ucap Digo terbata-bata karena saking terkejutnya. Gadis itu juga tampak terkejut, karena mendengar Digo mengatakan itu, tapi gadis itu tidak ingat dengan wajah Digo, apalagi memang hanya memberi senyum dan sekilas melihatnya. Sementara Digo terus memandangnya waktu itu, pasti karena sangat terpana dengan wajah manisnya. "Maaf, mungkin kamu salah orang. Sekali lagi, makasih sudah menolongku, jika sempat aku akan mengganti uangmu nanti," jawab gadis itu, lalu buru-buru mengambil barang belanjaan miliknya dan bergegas pergi. "Tunggu!" pinta Digo, akan tetapi gadis itu terus melangkah pergi. Digo ingin langsung mengejarnya, tapi dia belum menyelesaikan barang belanjaannya. "Mbak berapa total belanjaan saya? Tolong cepat sedikit!" pinta Digo. "Totalnya segini Mas," jawab sang kasir. "Oke." Digo segera memberi uang pembayaran, mengambil berang belanjaannya, lalu bergegas pergi untuk menyusul gadis manis tadi. "Mas, kembalian nya belum," teriak sang penjaga kasir perempuan. "Kembaliannya buat kamu aja," balas Digo sambil teriak juga. "Hah?" ucap sang kasir hampir tidak percaya, tapi sesaat kemudian dia tersenyum, pasti karena mendapat rejeki dari Digo, meski tidak seberapa. Digo tampak berlari untuk mencari gadis manis itu. "Duhh, di mana dia? Jangan sampai aku kehilangan jejaknya lagi, mungkin gak ada kesempatan selanjutnya," gumam Digo sambil berlari. "Ke mana dia? Ya Tuhan, jangan sampai aku kehilangan dia lagi." Digo sangat panik dan merasa takut kehilangan jejak gadis manis itu. Sesaat kemudian, dia melihat gadis berbaju orens dan rok putih yang sedang berjalan agak cepat sambil membawa barang belanjaan. "Itu dia," ucap Digo. Ya, dia memang gadis manis itu, karena dia memang memakai baju warna orens dan rok putih, dia baru saja membuka pintu keluar toko ini. Digo buru-buru menyusulnya, dia benar-benar tidak ingin kehilangan jejak yang kedua kalinya. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD