10. BERKENALAN

1424 Words
Digo mengikuti gadis manis penjual kue, bahkan sampai di rumahnya. Itu memang sesuatu yang sangat penting bagi dirinya, karena bisa mengetahui lebih jauh tentang si gadis manis penjual kue warna warni. *** Gadis manis terkejut mengetahui kedatang Digo. "Mungkinkah dia mengikuti aku dari tadi? Mustahil. Pantas aja tadi saat pulang, aku merasakan ada yang mengikuti aku," batin gadis manis sambil menatap tak percaya kepada Digo. Saat itu juga, Digo memberi senyum yang sangat manis kepada gadis itu, akan tetapi malah dibalas dengan wajah kesal dan memalingkan pandangan, Digo pun menjadi sedikit kecewa. "Mas, jadi mau beli gak?" tanya Ibu penjual kue yang terheran mengapa Digo malah tidak segera memilih kue, wanita paruh baya tersebut juga sempat melihat-lihat antara Digo dan anak gadisnya yang saling menatap tidak biasa, tapi tidak memikirkan hal yang berlebihan, menurutnya itu hanya biasa, karena selama ini memang banyak pembeli yang sering melirik anak gadisnya, meski tak berani berkata. "Oh, iya Bu. Maaf," jawab Digo gugup, kemudian segera memilih berbagai macam kue cantik tersebut. Kue tersebut mirip seperti donat, pastinya sangat lezat, empuk dan cukup manis. "Bu, aku mau beli 50 biji," kata Digo. Hal tersebut membuat Ibu penjual terkejut bukan main, sementara gadis manis juga tampak terkejut, namun tidak mau memandang dan berkomentar pada Digo, Ibunya lah yang bertanya. "Ya ampun. Untuk apa kamu beli sebanyak itu? Apa kamu serius?" tanya Ibu penjual. "Apa orang itu sudah gila? Perutnya sebesar apa sih, perasaan sama aja dengan semua orang," batin gadis manis sambil melirik Digo. "Ya gak apa-apa kan Bu. Aku serius mau beli 50 biji, bukankah seharusnya Ibu senang?" jawab Digo. "Ya, senang sih. Tapi ... ya udahlah, mungkin ini rejeki untuk kami." Digo tersenyum melihat itu, kemudian dia melirik sang gadis manis, terlihat gadis manis sedang menahan sesuatu, mungkin ingin berkomentar banyak mengenai ini. "Ma, jangan turuti dia. Mungkin dia orang ...," ucap gadis manis akhirnya berkomentar, namun berhenti sesaat karena tidak berani mengatai orang yang baru dia kenal. "Hey, aku orang yang gimana menurutmu?" tanya Digo. "Kamu ...." Digo terdiam ingin mendengar jawaban gadis manis itu, begitu juga dengan Ibu sang gadis manis. "Ah, terserah kamu aja. Aku gak tau apa tujuanmu membeli sebanyak itu, aneh," lanjutnya, kemudian memilih memperhatikan ponselnya. "Apa mungkin dia ingin minta uangnya dikembalikan, atau minta ganti yang lain sebagai imbalan? Duhh, tapi gimana kalau Mama tau dia sudah membantuku mengatasi masalah uangku yang hilang itu, sebaiknya aku diam aja," gumam gadis manis dalam hati. "Oh, apa kamu ingin tau? Tujuanku ke sini?" tanya Digo. "Gak," jawab gadis manis singkat membuat Digo cemberut, namun Ibunya malah menjadi penasaran, lalu bertanya, "Memangnya apa tujuanmu yang sebenarnya?" "Hehe, ya aku cuma ingin membeli kue ini, soalnya cantik dan indah, pasti sangat enak," jawab Digo sambil terkekeh. "Oh, jadi begitu. Baiklah, dengan senang hati." "Bohong, bohong banget dia. Gak mungkin cuma ingin membeli kue saja, masak sebanyak itu. Pasti ada tujuan lain, sungguh mencurigakan," batin gadis manis aneh-aneh. Saat Ibu penjual mengambil kue untuk Digo, sering kali Digo memperhatikan sang gadis manis, meski sang gadis tidak pernah memandangnya balik, tapi sepertinya dia tahu bahwa Digo sering memperhatikannya. "Betapa manisnya dirimu, siapakah namamu?" batin Digo, dia ingin sekali berkenalan tapi sangat malu dan tidak tahu harus mulai dari mana. "Hana, tolong bantuin Ibu donk! Banyak ini," pinta Ibunya. "Ma ... aduh ...," balas gadis manis yang ternyata bernama Hana, dia merasa kecewa, mungkin karena Ibunya menyebut namanya di depan Digo. "Hana? Wah, jadi nama kamu Hana? Hmm, nama yang cantik. Hana artinya 'Bunga' dalam bahasa Jepang," ucap Digo. "Wah, jadi kamu bisa bahasa Jepang? Iya, memang itu artinya. Kami menamai itu agar anak gadis kami menjadi gadis cantik sesuai namanya," balas Ibu Penjual. "Mama ...," kata Hana berusaha agar Ibunya tidak banyak memberi tahu tentangnya kepada Digo, namun Ibunya tidak mendengarkan itu. Sepertinya Ibunya mulai senang mengobrol dengan Digo, terlihat sedikit akrab karena terkadang berkata sambil tersenyum. Meski begitu, Hana tetap mencoba membantu Ibunya dalam mengemas kue jualan tersebut, karena memang banyak pesanan Digo. "Ya, cuma bisa sedikit kok Bu," jawab Digo. "Terus sebenarnya nama kamu siapa?" tanya Ibu penjual. "Oh, iya. Aku belum berkenalan," jawab Digo baru ingat, padahal ini hal yang sangat penting. "Perkenalkan, nama saya Digo Nicholas, panggil saja Digo. Saya tinggal di apartemen ...," lanjut Digo memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. "Oh, jadi Digo. Nama yang keren. Saya Risma dan ini anak saya, Hana Shafira, biasa dipanggil Hana," balas Ibu Risma sambil menerima uluran tangan dari Digo, dia menghentikan sementara layanan jual kue miliknya. Digo sangat senang bisa berkenalan dengan mereka, Hana hanya terdiam, mungkin dalam hatinya tidak ingin berkenalan dengan Digo. "Hana, sapa sebentar donk dengan tamu kita!" Hana hanya memberi sedikit senyum pada Digo, melihat itu Digo teringat saat pertama kali bertemu dengannya, meski waktu itu senyumnya lebih manis dan mempesona, namun ini sudah lebih dari cukup untuk hari ini, dia berpikir bahwa itu tanda baik untuk ke depannya, meski hanya sedikit senyum. Beberapa saat kemudian, akhirnya semua pesanan kue milik Digo sudah selesai, yaitu sebanyak 5 kantong plastik, itu berarti masing-masing kantong berisi 10 kue cantik. Selanjutnya Digo membayar semuanya, saat ingin menerima kembalian, Digo tidak mau menerima, akan tetapi Ibu penjual memaksanya agar menerima uang kembalian, karena Digo sudah membeli terlalu banyak kue miliknya. Akhirnya Digo mau menerima uang kembaliannya tersebut. Setelah itu, Digo pamit undur diri karena tujuan hari ini sudah selesai. Ibu Risma alias penjual kue sangat berterima kasih kepada Digo, karena dengan itu, kue jualannya akan cepat habis, hanya tersisa 50 biji lagi. Itu berarti setiap hari mereka menjual kue sebanyak 100 biji. "Terima kasih banyak Nak Digo. Semoga kamu suka dengan kue kami dan ...," ucap Ibu Risma, namun perkataannya terhenti karena Hana menyenggol sedikit pinggang Ibunya, dia bermaksud menghentikan perkataan Ibunya agar tidak berlebihan. Sebenarnya Ibu Risma ingin berkata agar Digo kembali lagi ke sini untuk membeli lagi kue mereka. "Ma, sudah cukup. Jangan berlebihan," bisik Hana. Digo tersenyum. "Sama-sama Bu. Aku yakin kue ini pasti enak, mungkin aku akan sering membeli kue di sini," jawab Digo membuat Ibu Risma bahagia, sementara Hana tercengang. Padahal hal itu yang ingin dihentikan Hana, yaitu berharap agar Digo tidak kembali lagi ke sini, tapi Digo malah mengatakannya sendiri. Selanjutnya Digo melangkah pergi, tentunya ingin kembali menuju motornya yang dia tinggal di depan toko. Sebenarnya itu semua sangat bagus, mereka bisa mendapat rejeki dengan datangnya Digo, tapi entah kenapa Hana malah kurang suka dengan kehadirannya, mungkin Hana merasa malu dan belum siap didatangi seorang laki-laki. Karena dengan itu semua, Hana jelas tahu bahwa Digo termasuk orang kaya, sedangkan dirinya hanyalah penjual kue dan anak gadis dari keluarga sederhana. "Digo, apa tujuanmu yang sebenarnya? Gak mungkin kan itu?" batin Hana sambil memandang Digo pergi sambil membawa 5 kantong plastik berisi kue. Terlihat Digo sedikit kesulitan dalam membawanya, itu karena memang terlihat banyak. Hana dan Ibunya terus memperhatikan Digo pergi hingga jauh dan tidak terlihat, muncul senyum di raut wajah Ibunya, mungkin dia berharap lebih kepada Digo, meski dalam hatinya tidak yakin. "Ma, sudah cukup. Dia sudah pergi," ucap Hana menyadarkan Ibunya yang sedang melamun. "Hah, kamu benar Hana." Saat mereka baru saja duduk sambil menunggu pembeli lain yang datang, mereka mengobrol. "Hana, dia adalah pria tampan dan baik hati. Andai saja dia ...," ucap Ibunya. "Ma, please jangan berharap lebih. Mungkin Mama juga tau, Digo adalah orang kaya, sementara kita ...," kata Hana merasa sedih dengan keadaanya. Mendengar itu, Ibunya juga sedikit sedih, tapi berusaha menghibur anaknya agar tidak bersedih dengan semua ini. "Iya, Hana. Mungkin kamu benar, tapi kamu gak perlu sedih. Hidup kita sudah cukup bahagia, karena hampir tidak ada masalah berat yang saat ini menimpa kita." Hana menjadi tersenyum mendengar nasihat dari Ibunya. "Kita juga gak tau, orang-orang seperti mereka punya masalah atau tidak. Tapi, semua orang pasti pernah memiliki masalah, bahkan kita juga gak tau, mungkin saja suatu saat kita juga akan mendapat masalah. Kita hanya bisa berharap, tidak ada masalah berat yang menimpa kita nantinya," lanjut Ibunya. "Iya Ma, aku harap kita selalu baik-baik aja." Mereka berdua tersenyum bahagia. "Andai saja Ayah masih ada," ucap Hana teringat dengan Ayahnya, ternyata Ayahnya sudah tiada. "Sssttt, kamu gak perlu bersedih. Ayah sudah bahagia di alam lain." Hana tersenyum, kemudian memeluk Ibunya dengan erat, dia tidak mau kehilangan Ibu satu-satunya. Terlihat Ibu Risma membelai rambut anaknya dengan lembut, dia mempunyai harapan besar kepada anak gadis satu-satunya itu. Ya, sebenarnya Hana adalah anak tunggal dan anak yatim, tapi kehidupan mereka cukup bahagia dan harmonis. Mungkinkah suatu saat Hana akan menerima kehadiran Digo? Meskipun banyak halangan atau rintangan dari keluarga Digo, jika ada? Ikuti terus kisah mereka. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD