Prolog

722 Words
“Cuma kamu yang bisa kami percaya untuk jadi istrinya Ervan, Fren…” Wanita yang hampir 15 tahun terakhir ia kenal sebagai malaikat yang menjelma menjadi ibu angkatnya tiba-tiba mengatakan sebuah permintaan konyol yang mengejutkan. Frenda masih belum bisa memberikan reaksi apapun selain duduk diam dan menganga kebingungan. “Kami tahu kalau ini terlalu tiba-tiba buat kamu, tapi di usia kamu yang sekarang, bukannya nggak salah kalau Papa dan Mama mulai mencarikan suami buat kamu?” Lagi, Frenda masih belum bisa memberikan reaksi. Satu-satunya hal yang ia lakukan adalah mengerjapkan mata dan menatap kedua orang tua angkatnya dengan rasa tidak percaya. Mereka baru saja mengajukan sebuah perjodohan konyol antara Frenda—anak angkat yang selama 15 tahun terakhir mereka biayai dengan Ervan—putra kandung mereka sendiri. Apakah Frenda sedang bermimpi? Sebab selama ini tidak pernah sekalipun ia berpikir jika orang tua angkatnya sudi mengajukan perjodohan untuk putra sematawayangnya dengan seorang wanita yatim piatu seperti dirinya. Frenda memang sudah diakui sebagai anak angkat, tapi selama ini ia tidak tinggal serumah dengan orang tuanya, ia juga tidak mengenal sosok Ervan yang kini sudah mewarisi usaha ayahnya untuk memimpin sebuah agensi model yang cukup terkenal. Segala hal tentang Ervan terdengar seperti sebuah khayalan tidak masuk akal untuk Frenda. Apalagi ketika ia mengingat statusnya sebagai seorang anak angkat. “Aku…” Frenda kehilangan kata-kata. Ia tidak mungkin menerima perjodohan tersebut, tapi juga tidak memiliki kuasa untuk menolak. Sebab, selain alasan hutang budi atas kebaikan dan belas kasihan orang tua angkatnya, Frenda juga merasa tidak memiliki hak untuk menolak seorang pria sempurna seperti Ervan. Ervan dengan segala kesuksesannya jelas bukan perbandingan yang sesuai bagi Frenda yang saat ini masih bekerja sebagai akuntan di salah satu perusahaan akuntan publik terkemuka atau yang biasa dikenal dengan Big Four Company. “Kami nggak akan memaksa kamu, Fren. Jangan merasa terbeban dengan permintaan ini, kamu boleh menolak kalau memang merasa Ervan nggak sesuai dengan—” “Ma,” Frenda memotong kalimat wanita yang sedang duduk di hadapannya dengan pandangan penuh harap. Ia mengusap punggung tangan wanita itu, merasakan kelembutan kulitnya serta kebaikan hatinya yang terpancar jelas lewat setiap tutur kata halus dari bibirnya, “mana mungkin aku bisa nolak?” “Bisa.” Ayah angkatnya ikut bersuara. “Kalau kamu memang merasa ini nggak sesuai dengan jalan yang kamu mau, kamu bisa menolak, Fren.” Frenda menarik napas singkat. “Jalan apa yang aku mau?” Frenda bergumam singkat. “Aku anak yatim piatu, Pa. Tapi kalian berbaik hati dan bantu aku selama 15 tahun terakhir. Kalau nggak ada kalian, mungkin aku nggak akan jadi seperti ini. Kalian yang selalu mencukupi setiap kebutuhanku. Bahkan sebelum aku sempat meminta, kalian udah penuhin semuanya. Jadi, apa salahnya kalau kali ini aku mencoba memenuhi satu permintaan kalian?” Frenda menerbitkan senyuman di sudut bibirnya. “Jadi kamu mau?” Ibu angkatnya kembali menyorotkan tatapan penuh harap. “Yang jadi masalah bukan aku, tapi Ervan.” Frenda terkikik geli. “Dia mana mau disuruh nikah sama cewek yang biasa-biasa aja?” Harapannya, Ervan menolak perjodohan konyol tersebut karena merasa tidak terima dengan rencana orang tuanya. Sebab, sekalipun Frenda tidak pernah mengenal Ervan secara personal, Frenda cukup yakin jika seorang pria moderat dengan pemikiran bebas seperti Ervan tidak akan mau terjebak dalam hubungan pernikahan dengan seorang wanita tidak jelas yang berasal dari panti asuhan. Apalagi selain anak yatim piatu, status Frenda juga adalah anak angkat dari orang tua pria itu. “Kamu nggak perlu khawatir masalah itu, biar Mama yang mengurus semuanya.” Ibu angkatnya mengusap air mata penuh haru, “Mama senang karena kamu yang akan jadi menantu keluarga kami, Fren.” Katanya sambil menarik Frenda ke dalam pelukan. Frenda memang tidak memiliki kuasa untuk menolak, tapi ia yakin jika Ervan pasti akan menolak dengan tegas ketika orang tuanya mengutarakan rencana mereka. Ya, jelas Ervan akan menolaknya… Sayangnya, tebakan Frenda tentang Ervan salah besar. Sebab, dua tahun kemudian… Frenda justru harus menelan ludahnya dengan susah payah karena kini ia tengah duduk berdampingan dengan Ervan dalam sebuah acara resepsi pernikahan mereka. Ervan tidak menolak, pria itu menerima perjodohan konyol yang awalnya sangat ingin ditolak oleh Frenda. Dan kini mereka berdua harus sama-sama terjebak dalam sebuah janji suci pernikahan yang disaksikan oleh seluruh keluarga besar, juga teman-teman dan rekan kerja. Pernikahan tersebut benar-benar terjadi. Pernikahan tidak sempurna yang membawa mereka pada sebuah kesempatan kedua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD