First Day

1764 Words
Suara ketukan pintu kamar Kinan membuat gadis yang sedang tertidur pulas itu sedikit menggeliat. Kinan mengucek matanya membukanya sambil mengerjabkan matanya beberapa kali. Kinan menatap pintu yang terus di ketuk oleh seseorang yang membuatnya merasa kesal. Kinan menarik bantal menutup wajahnya agar tak mendengar ketukan pintu tersebut. Setelah kemarin menghabiskan waktu bersama kedua sahabatnya. Kinan akhirnya tidur hingga dini hari. Gadis itu masih mengantuk karena ini masih pukul 06.00 pagi. Tapi suara ketukan pintu itu masih juga terdengar membuat Kinan langsung duduk menatap sengit kearah pintu kamarnya. Kinan berjalan sambil menguap mendekati pintu kamarnya lalu membuka dengan kasar menunjukkan wajah sangarnya di hadapan pria yang pasti sudah rapi dengan setelan jasnya. "Apa an sih? Gak bisa apa loe buat gue tenang sedikit aja Romi!" ucap Kinan dengan wajah kesal. Kinan itu selain tomboy dan cuek, ia juga tidak begitu memperhatikan penampilannya. Meskipun di depan Romi, pria tampan yang sayangnya kaku dan jarang tersenyum. Kinan tidak perduli meskipun itu dihadapan Romi. Kinan tidak memperhatikan wajahnya yang ileran, rambutnya yang berantakan, serta bau mulut yang akan Romi cium. Kinan tidak perduli, baginya Romi sudah seperti teman yang tidak perlu harus menutupi kealamian hidupnya. "Nona, ini sudah hampir setengah tujuh pagi. Nona akan terlambat ke kampus kalau tidak segera bersiap-siap." Romi menunduk tidak menatap Kinan di hadapannya. Meskipun tundukan Romi masih lebih tinggi dari Kinan karena tubuh Romi yang lebih tinggi di banding Kinan. Menunduk pun tetap bisa melihat Kinan di hadapannya. "Iya aku tahu, tapi gak mesti pagi-pagi dong, aku capek Romi. Masih ngantuk!" jawab Kinan sambil menggaruk kepalanya. "Ini hari pertama Nona, Nona jangan sampai terlambat, lebih baik datang di awal waktu!" ucap Romi lagi sambil menunduk di hadapan Kinan. Kinan menepuk keningnya merasa lupa. Dirinya kan juga mahasiswi pertama harus datang cepat. Kinan berjalan cepat kearah kamar mandi dan menutupnya rapat. Romi hanya bisa menahan tawanya melihat Kinan terburu-buru. Romi kembali ke dapur melanjutkan untuk menyiapkan makanan sarapan Kinan. Gadis itu langsung bergerak cepat menggunakan kemeja dan celana jins berjalan mendekati Romi yang tengah sibuk di dapur. "Romi!" panggil Kinan membuat Romi terkejut. Kinan terkekeh melihat keterkejutan Romi di hadapannya. "Sudah siap Nona?" tanya Romi yang hanya berwajah datar. Padahal Kinan tengah menertawakannya. Kinan menghentikan tawanya lalu menatap Romi. "Udah lah, ayok buruan nanti terlambat. Aku gak mau jadi tontonan mereka di kelas nanti!" ucap Kinan mencoba mengajak Romi cepat. Pria itu malah menyibukkan diri di pantry kembali. "Sarapan dulu Nona!" Romi menyodorkan sandwich kedalam mulut Kinan. Gadis itu menolak tapi mengunyah roti tersebut. "Apaan si Romi, aku gak mau ah, tapi kok enak!" ucap Kinan saat merasakan gigitan pertama di mulutnya, sambil menggigit kembali sandwich ditangannya. Romi hanya melirik sekilas apa yang Kinan lakukan lalu berjalan mendekati sepatunya. Kina. mendekati Romi yang tengah menggunakan sepatu. "Kamu ini sekolah di bidang apa sih? Kenapa serba bisa?" tanya Kinan sambil mengunyah roti di dalam mulutnya membuat wajahnya terlihat lucu. Saus mayones terlihat menempel di sudut bibirnya. Romi hanya menghedikan pundaknya menjawab pertanyaan Kinan. "Hidup sendiri mengajarkan aku harus serba bisa, termasuk memasak makanan!" jawab Romi kali ini terdengar tidak kaku. Pria itu menunjuk saus di mulut Kinan membuat Kinan menggeleng tak mengerti. "Apa sih?" tanya Kinan merasa kesal. "Saus ada disini!" ucap Romi menunjuk bibirnya sendiri agar Kinan mengerti. "Oh," Kinan mengusapnya begitu saja dengan tangannya lalu berjalan melewati Romi yang cukup terkejut. Kinan ini sejenis cewek yang tidak terlalu mementingkan penampilan. Gadis itu bahkan mengusap telapak tangannya yang terkena saus di celana jins nya. Romi hanya bisa geleng kepala saja. Kinan mengambil sepatu kets putih lalu menggunakannya sambil berjongkok sebentar. Setelahnya Kinan bangkit dan terkejut saat ia berdiri dekat dengan Romi membuat keseimbangannya terganggu dan jatuh kebelakang. Tapi tunggu, bukan jatuh, Kinan tidak merasakan kerasnya lantai menyentuh bokongnya. Gadis itu membuka wajahnya menatap iris cokelat dan tajam, Kinan bisa melihat keseriusan dan ketegasan disana. Romi menahannya agar tidak terjatuh. "Hati-hati Nona!" ucap Romi lalu menjauh dari Kinan dua langkah. Kinan mengerjabkan matanya merapikan rambutnya, ada yang berbeda disini. Mengapa jantungnya berdegub kencang. Kinan melirik Romi yang sudah berdiri menunggunya keluar. Pria itu bahkan tidak menatapnya lagi. Kenapa bisa begini, kok perasaan gue gak enak. Batin Kinan menggerutu. "Kamu sih, kenapa berdiri di dekat gue, buat gue terkejut aja!" gerutu Kinan merasa terganggu. Romi menatapnya lalu menunduk hormat. "Maaf Nona!" hanya itu yang keluar dari mulut pria yang ada di hadapan Kinan. Dan Kinan merasa kesal dengan hal itu. Kinan mengusap rambutnya lalu mengambil perlengkapannya dan berjalan lebih dulu dengan langkah lebar, menjauhi Romi yang terlihat kaku tapi mendebarkan. Romi mengikuti langkah Kinan sedikit jauh takut jika terjadi tabrakan seperti tadi. Kinan mendengus sebal, mengapa ayahnya malah memberikan pengamanan seperti ini. Membuatnya merasa risih, kalau tidak memberi Kinan izin untuk kuliah di luar negeri kenapa tidak katakan saja. Menyebalkan. Batin Kinan ngedumel. *** Naya dan Mira masih berada di negara Itali tempat Kinan menimba ilmu. Hari ini adalah hari terakhir bagi Naya berada di kota Italia. Dan hari pertama untuk Kinan memulai sekolahnya. Naya mendekati suaminya yang tengah memegang gadget di tangannya. Ankara tampak fokus dan semangkin tampan jika di lihat dalam keadaan serius seperti ini. Membuat Naya jatuh cinta kembali. Naya meletakkan kopi instan yang ia seduh sendiri untuk suaminya. Untuk menemani pekerjaan Ankara meskipun Naya sudah protes agar tidak menangani pekerjaan dulu dalam tiga hari ini. Tapi karena sebuah tuntutan, Naya harus rela untuk berbagi. Kopi panas dengan asap mengepul di hadapan Ankara, dengan aroma kopi instan Indonesia membuat Ankara melirik istrinya yang duduk di sampingnya saat ini. Ankara tersenyum lalu meraih kopi tersebut, ia menyeduh kopi tersebut sedikit demi sedikit karena masih sedikit panas. Lalu meletakkannya kembali, Naya beringsut mendekati suaminya merangkulnya dengan manja. Ankara tersenyum lalu mencium kening istrinya. "Kamu mau sesuatu?" tanya Ankara membuat Naya mengerutkan dahinya. "Ingin sesuatu? Apa?" tanya Naya merasa aneh. "Biasanya kalau wanita nempel-nempel begini ada sesuatu yang mereka inginkan!" jawab Ankara, Naya mencebikkan bibirnya mendengar ucapan suaminya. "Aku gak butuh apapun, aku hanya butuh kamu Mas, tapi kamu malah kerja terus, kita sedang di Itali loh ini, bukan di Indonesia!" jawab Naya sambil memasang wajah cemberut. Ankara terkekeh lalu menjauhkan ponselnya dan menarik istrinya untuk di peluk. "Ya udah iya, Mas gak pegang kerjaan lagi. Mas cuma mengecek email yang masuk aja. Gak lebih, ada yang lebih menarik disini, masak Mas gak tertarik!" Naya memainkan jari-jarinya di dadaa bidang suaminya. Ia mengusap lembut kesana kemari, membuat Ankara merasa terganggu, pria itu menggenggam tangan istrinya lalu mengecupnya. "Benarkah, apa yang menarik disini?" "Kamu!" jawab Ankara membuat rona merah di wajah Naya seketika. Naya menunduk malu-malu. Ankara terkekeh melihat istrinya yang tengah malu-malu di hadapannya saat ini. "Oh sekarang udah pinter ngerayu ya?" ucap Naya sambil memukul kecil d**a suaminya. "Engga ngerayu sayang, kan memang begitu, jangan seperti ini ah, kamu mancing-mancing yang sedang tidur!" ucap Ankara membuat tangan Naya yang hendak memukul suaminya terhenti. "Ihh, Mas mupeng ya?" ucap Naya menunjuk wajah suaminya. "Kalau iya kenapa?" Ankara menggelitik Naya membuat gadis itu tertawa lepas. "Mas, Mas perhatikan gak sih, kalau Romi itu pria yang baik?" ucap Naya di dalam pelukan suaminya setelah tertawa dan bercanda bersama. Ankara memainkan rambut panjang istrinya dan berpikir apa yang di katakan oleh istrinya. "Ya, Mas rasa juga begitu!" jawab Ankara menatap Naya di pelukannya. "Kira-kira Kinan dan Romi mungkin gak saling suka?" ucap Naya tanpa menatap suaminya. Naya memainkan kancing baju Ankara. "Semua bisa saja terjadi, tapi kamu tahu sendiri, Kinan kan gadis keras dan juga cuek, Mas rasa tidak mungkin semudah itu ia melupakan Satya. Bisa jadi hanya Satya yang ada di hatinya!" Naya menghela nafasnya berat. Ia bangkit dan menatap suaminya. "Aku sudah tidak berharap dengan Satya Mas, sekarang yang terpenting Kinan bahagia aja gitu, biarkan dia melupakan Satya dengan caranya. Jika ada yang lebih baik dari Satya, aku dukung Kinan sepenuhnya!" Ankara mengangguk mengusap pipi istrinya yang semangkin hari semangkin cantik di hadapannya. Cantik secara fisik dan hatinya. Ankara beruntung memiliki Naya di hidupnya. Bahkan semua tuduhan yang terjadi padanya semua itu nyata hanyalah fitnah. Karena Ankara sudah buktikan sendiri, Naya hanya menyerahkan mahkotanya dengan Ankara. Dan semua itu menjadi jawaban dari segalanya. Ankara tidak bisa membendung rasa bahagianya saat itu, dan saat ini ia semangkin mencintai istrinya lebih dalam lagi. Indonesia Satya masuk kedalam sebuah restoran karena memiliki janji dengan ibu Sarah. Pria itu berjalan mendekati wanita paruh baya yang sedang duduk sendiri di restoran yang mereka janjikan. Satya tidak mengerti mengapa ibu Sarah mengajaknya bertemu. Satya duduk di hadapan Wina setelah menyalim tangan Wina di hadapannya. "Maaf Ma, sudah membuat Mama menunggu!" ucap Satya merasa sungkan. "Tidak apa-apa Satya, Mama juga baru kok!" ucap wanita yang masih terlihat cantik itu. Satya mengangguk sopan lalu memesan minuman untuknya. "Sebenarnya Mama hanya ingin bertanya satu hal denganmu, tapi kamu harus jawab dengan jujur Satya, Mama ingin memastikan dengan mata kepala Mama sendiri. Agar Mama tidak salah menilai!" Satya merasa bingung dengan ucapan Wina. Kemana arah pembicaraan ini, tapi Satya mengangguk sopan di hadapan Wina. Minuman Satya tiba membuat mereka menjeda percakapan itu. "Maksudnya gimana Ma, Mama mau bicara sesuatu?" tanya Satya. "Mama kamu kemarin menemui Mama Satya!" ucap Wina tanpa menatap kearah Satya. "Mama, kenapa Mama aku menemui Mama Wina?" tanya Satya ingin tahu. "Dia, dia membatalkan pertunangan kamu dengan Sarah. Dia meminta Mama untuk bicara sendiri dengan Sarah, apa itu semua keinginan kamu? Mama kamu juga mengatakan bahwa kamu akan meneruskan pendidikan kamu di Itali, apa itu benar?" Satya merasa bingung menjawabnya. Pasalnya ibunya adalah orang yang sangat mendukung hubungannya dengan Sarah. Lalu apa ini? Kenapa ia malah membatalkan pertunangannya oleh Sarah dan berbohong tentang sekolah ke Itali. Satya meremas tangannya, ia bingung harus menjawab apa. Mengapa sang ibu tidak menghubunginya. "I-itu, maksud Satya, Satya memang mau melanjutkan pendidikan lagi Ma, tapi tidak sekarang!" jawab Satya sebisa mungkin. Pikirannya berkelana memikirkan ucapan ibunya. "Kamu tahu? Jika Kinan juga berada di Itali?" tanya Wina membuat tatapan Satya terkejut menatap kearah Wina. "Kinan, di Itali? Sejak kapan?" tanya Satya merasa terkejut dengan kabar yang ia dengar. Wina menunduk mengusap dadanya yang terasa sesak. "Satya!" panggil Wina membuat Satya menatap lekat kearah Satya. "Ya, Ma!" "Apapun yang terjadi, jika memang benar kamu akan pergi ke Italia, tolong jaga Kinan disana, tolong jaga Kinan untuk Mama Satya, dia putriku satu-satunya!" tangis Wina pecah di hadapan Satya. Satya sendiri masih belum bisa mencerna apa yang Wina katakan, Italia, putrinya satu-satunya, pertunangan, pendidikan di Italia, semua ini membuat Satya seperti orang gila. Ia harus menemui ibunya dan meninta penjelasan pada ibunya. "Maksud Mama, putri bagaimana?" tanya Satya lebih pada rasa penasaran dengan ucapan yang Wina lontarkan. "Putriku, Kinan putri kandung Mama Satya!" jawab Wina dengan tegas membuat raut wajah Satya syok mendengarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD