Part 20

2140 Words
***** " Zeus…." Panggil Danen dari luar kandang hewan besar tersebut. Zeus masih diam di tempatnya ketika Danen memasuki kandangnya. Namun hewan dengan berat lebih dari 130 kg itu berbinar ketika ia mendekatinya. Danen mengusap badannya dengan gemas. Diam-diam ia menyatukan tali dari besi pada tali yang melingkari leher Zeus. “ Ayo, aku tahu kau bosan dalam kandang.” Zeus hanya diam mengikuti langkah Tuannya itu. Ketika ia keluar dari kandang, Zeus berjalan sedikit lebih cepat membuat Danendra sedikit kewalahan namun senyum tak lepas menghiasi bibirnya. “ Tenang lah, kita akan berenang setelah ini,” Danen menaiki badan Zeus dan mengarahkan Zeus pada Danau buatannya. Saat Danau sudah terlihat di depan mata, Zeus langsung berlari kencang menuju tempat favoritnya itu. Beruang hitam Amerika itu memang sangat senang bermain air. Bahkan di dalam kandang Zeus, Danen menyediakan penampungan air yang besar agar Zeus bisa memasukinya dan berendam di sana. “ Kau senang?” Danen melebarkan senyumnya ketika aungan Zeus menjawab pertanyaannya. Sesenang itulah Zeus ketika bermain dengannya. Bahkan mereka bermain seolah bertengkar saja. Namun bukannya takut, tawa keras Danen lah yang justru akan terdengar. “ Ayo kita berenang,” Danen melepas kaos miliknya, menyisakan celana training yang melekat pada tubuhnya yang kekar. Kemudian pria itu berlari memasuki danau diikuti Zeus di belakangnya. Danen tertawa ketika Zeus menangkap ikan dari Danau dan memakannya dengan lahap. Hal sederhana yang selalu tak mau Danen lepaskan adalah melihat anak-anaknya bisa merasakan kebebasan dan perkembangan kesehatan yang baik. **** “ Bagaimana, Alex? Apa kau sudah mendapat apa yang aku minta?” Danen duduk di atas singgah sananya dengan beberapa dokumen yang sangat menumpuk di atas mejanya. “ Sudah, hanya saja di dalam file file yang tersembunyi hanya ada beberapa sertifikat palsu dari semua kekayaan yang ia curi darimu.” “ Sangat aneh, tak mungkin sertifikat itu tidak ada jika isinya hanya dokumen dokumen palsu. Pasti dia menyembunyikan semua kejahatan-kejahatannya di suatu tempat.” Alex mengangguk menyetujuinya, ”Ya, benar-benar mencurigakan. Ah… aku juga sudah melenyapkan semua dokumen-dokumen palsu tanah yang ada di Lombok. Mungkin setelah ini si Tua bangka itu akan kelabakan mencari dokumennya,” Ujar Alex dengan tersenyum bangga. “ Bagus. Dan soal ayah Jivar, apa kau sudah tau orangnya?” Alex menggeleng pelan, “Benar-benar tak berjejak.” Danen mengernyitkan dahi. “ Tetap cari tahu, pasti dia punya motif tertentu sehingga bekerja sama dengan Augra untuk proyek itu. Apalagi Chandra juga terlibat.” “Kau benar, beberapa hari yang lalu tanpa sengaja aku juga bertemu dengan Jivar dan Augra di Black Rose. Dan tak berselang lama Chandra juga datang ke restoran tersebut,” Alex menyilangkan kakinya dengan angkuh tanpa tatapan tajam Danen. “ Awasi terus keduanya, mereka pasti merencanakan sesuatu untuk menyerangku.” “ Sepertinya begitu.” Tanggap Bram yang hanya diam saja dari tadi, menyambut obrolan mereka. “ Ah….. dan in tentang perempuan yang di Midnight Bali. Beberapa minggu terakhir ini salah satu anak buahku mengatakan jika perempuan itu sering keluar masuk pada apartemen mewah milik Chandra.” Ternyata tebakan Danen benar. Dalang dari masalah di Midnight memang si b******n itu. Namun kenapa perempuan itu juga mendekati Jivar? Bahkan pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu juga terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. “ Apartemen milik Chandra? Apa kau yakin itu bukan milik Jivar?” “ Bukan, bukan apartemen milik JIvar. Itu milik Chandra.” Ternyata selain tak sadar diri dengan levelnya, Chandra juga tak sadar dengan usianya. Pria tua yang terlalu berambisi. Drrtt...drrtt… Bunyi telepon pada handphone mengalihkan perhatiannya ketiga pria yang sedang tampak serius itu. “ Heem..?” “ Tuan, ada seseorang yang ingin bertamu.” Laporan itu membuat Danem mengernyitkan dahi. “ Siapa?” “ Seorang pria yang berbadan sedikit kurus, Tuan. Katanya namanya Jivar, Tuan “ “Jangan perbolehkan masuk. Suruh saja Aludra menemuinya di luar gerbang.” Perintah Danen. “ Baik, Tuan.” Danen menutup panggilan. Danen langsung bergegas membuka komputer miliknya dan melihat tampilan CCTV yang terpasang di dekat gerbang mansion miliknya. Matanya menangkap Aludra yang keluar gerbang dengan mood yang jelek. Mendekati sang kekasih hatinya yang sedang bersandar di atas kap mobil. Aludra berdiri dengan jarak yang membuat Jivar mengerang tidak suka. Melihat wajah Aludra, Danen dapat membaca jika Aludra masih sedikit takut dengan perilaku kekasihnya di Midnight. “Kenapa, Sayang?” Tanya Jivar. Aluda hanya menggelengkan kepalanya tanpa bersuara. Wajahnya sangat datar ketika menatap Jivar. “ Aku tak akan menyakitimu, Aludra. Aku berjanji.” Namun semua hanya janji yang telah mati. Faktanya Aludra masih bisa merasakan tamparan Jivar pada pipinya semalam. Ia masih tidak menyangka Jivar bisa berlaku kasar padanya. Karena selama ini Jivar yang ia kenal adalah Jivar yang penyayang. Kekasih hatinya yang tidak pernah bertindak keras padanya meskipun marah sekalipun. “ Aku hanya ingin minta maaf atas kejadian semalam, Aludra. Maafkan aku,” Jivar seperti menjilat muka nya. “ Aku hanya meminta padamu untuk melepas kontrak dengan Si Danendra itu.” Jivar berjalan mendekati Aludra yang masih diam di tempatnya. Jivar menyingkap helaian rambut Aludra ke belakang telinga Aludra. “ Aku terikat kontrak dengannya, Jivar. Kau tahu bukan jika aku tidak bisa melepas kontrak itu begitu saja, tapi kenapa kau selalu menyuruhku berhenti bekerja dengan Danen. Dia bahkan tak pernah melukaiku sedikitpun.” Bela Aludra membuat bibir Danen tanpa sadar tersenyum melihat itik buruk rupa yang mengumpulkan keberanian untuk melawan diktator di depannya. Ia sangat merasa bangga mendapat pembelaan dari Aludra. Jivar menggeram pelan. “Apa susahnya kau mengikuti kemauanku, Aludra?” Tekan Jivar. Aludra mendengus. Laki-laki yang beberapa menit lalu itu meminta maaf kepadanya kini dengan cepat membentak perempuan itu. Danen semakin curiga, kenapa Jivar terlihat sangat takut jika Aludra berhubungan dengan Danen. Padahal keduanya hanya bekerja secara profesional saja. Apalagi nanti ketika Danen berhasil merebut Aludra, entah apa yang akan dilakukan Augra. Bahkan tatapan yang diberikan Jivar dulu padanya saat bertemu sangat memperlihatkan pancaran kebencian. “ Kau sudah berani membantah ya?” Jivar mendekati Aludra secepat kilat dan menarik rambut Aludra sehingga wajah gadis itu menghadap langit. “ Le.. lepaskan tanganmu, Jivar,” Aludra memohon. Tempat yang sepi membuat Jivar dengan berani menunjukkan kemarahannya. Ia tak akan segan-segan lagi untuk berbuat kasar pada kekasihnya itu. “ Kau seharusnya memahamiku, sayang. Jangan membantah, kau tahu aku tidak suka pemberontak bukan,” Desis Jivar tajam. Matanya berkilat penuh amarah yang membara. Aludra hanya bisa mendongak dengan air mata yang merebak di kelopak matanya. Untuk kedua kalinya ia mendapat kekerasan dari sang kekasih. “ Bram utus seseorang untuk pergi ke depan gerbang! Suruh mereka menghentikan perbuatan b***t Jivar pada Aludra.“ Danen mengepalkan tanganya melihat kejadian itu semua secara live dari CCTV miliknya. Dan hanya dengan melihat tekad kuat Jivar untuk menyuruh Aludra berhenti menjadi dokter hewannya membuatnya semakin yakin jika ada sesuatu yang ditutupinya. “ Wah…… tak kusangka se tempramen itu kekasih Dokter Aludra.” Alex bergidik ketika melihat Aludra hampir terjatuh di jalan dengan Jivar yang menjambak rambut indah Aludra. Namun terselamatkan ketika seorang pengawal membuka gerbang mansion Danen dan dngan cepat pria itu menangkap tubuh lemah Aludra. “ Apa anda baik-baik saja, Nona?” Tanya pengawal itu. Aludra hanya terdiam dan ia tersentak kaget ketika mendapat tarikan keras Jivar pada lengannya. Sang pengawal dengan sigap melepas cekalan Jivar. “ Ada apa ini?” Tanya pengawal itu, menghentikan aksi Jivar yang semakin ingin melukai kekasihnya. “Ini sama sekali tidak ada urusannya denganmu, sialan.” Desis Jivar kesal. Menunjuk wajah pengawal itu dengan jari telunjuknya. “ Dokter Aludra tidak apa-apa?” Tanya pengawal itu lagi pada Aludra. Sedangkan perempuan itu hanya berusaha beringsut mundur. Menjauh sejauh-jauhnya dari Jivar. Ia tida ingin Jivar kembali menyakitinya. “ Tak apa, Pak,” Bohong Aludra. Danen mendengus mendengarnya, apanya yang tidak apa-apa. Jelas sekali perempuan itu disakiti dengan Jivar sialan itu, tapi kenapa masih berkata tidak apa-apa selagi hatinya hancur karena sifat b***t Jivar. Kenapa perempuan itu sangat naif. “Katakan saja, Nona. Apa laki-laki ini menyakiti anda?” “Aku tidak apa-apa.” “Nona…” “Aku sungguh tidak apa-apa, Pak. Kami hanya sedikit bertengkar dan itu wajar bukan dalam sebuah hubungan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Danen berdecih mendengar ucapan Aludra ya terdengar masih melindungi kekasihnya yang telah menganiaya dirinya. Apakah cinta benar-benar membuat akal manusia hancur? Bagaimana mungkin perempuan itu berkata baik-baik saja meskipun sudah jelas Aludra telah dianiaya oleh kekasihnya itu. Apa salahnya berkata jujur, bukankah itu juga akan membantunya menyelesaikan masalah yang ada di antara keduanya. Pengawal itu menghela nafasnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya pada Jivar yang hanya terdiam menatap Aludra. Entah apa yang ada dipikiran pria itu, ia tidak tahu dan tidak ingin tahu. Yang harus ia lakukan hanya mencegah pria itu untuk menyakiti Dokter hewan Sang Tuan. “Pergilah tuan.” Usir pengawal itu. “ Kau siapa berani mengusirku, huh?!.” Desis Jivar dengan tajam. “ Tuan Danen yang menyuruh saya untuk mengusir anda, jadi saya berhak mengusir anda untuk pergi dari mansion Tuan saya. “ “‘ Wah.. tak kusangka pria b******k itu berani mengusirku.” “Anda hanya perlu pergi dari sini, Tuan. Dan kami tidak akan menerima keluhan anda.” Jivar membulatkan mata, “Apa kau bilang?!!” “Silahkan pergi dari sini.” “Sialan, berani-beraninya kau mengusirku.” “Saya tidak akan takut berlawanan dengan musuh Tuan Danendra, Tuan. Dan tugas saya hanya menuruti perintah beliau. Jadi bisakah anda pergi dari sini sebelum saya menyeret anda untuk pergi. Saya tidak akan segan menyeret anda dengan cara yang tidak hormat.” “Huh, kalau begitu kau bisa menyuruhnya kemari. Ada sesuatu yang akan kukatakan dengannya.” “Saya tidak berhak menyuruh atasan saya, Tuan.” “Kenapa? Apa kau takut?” Dengus Jivar. “Tidak bukan seperti itu.” “Kakau begitu kenapa kau tidak mencobanya saja, jika kau dipecat pun aku akan dengan sigap menampungmu untuk menjadi pengawalku. Melihatmu bersikap setia pada Tuan mu itu membuatku yakin jika kau layak untuk menjadi pengawalku. Aku juga membutuhkan orang yang setia.” “Tapi maaf, Tuan. Saya tidak bekerja dengan seorang penjahat.” “Sialan, berani-beraninya kau berkata seperti itu padaku!!” Murka Jivar. “Lagipula kenapa anda membutuhkan orang yang setia jika anda saja tidak bisa setia.” “Kenapa pengawalmu itu sangat pandai berbicara, Danen. Ck..ck aku benar-benar tidak menyangka dia berani berkata seperti itu.” Ujar Alex tertawa. Danen tersenyum miring, benar-benar kagum mendengar penuturan pengawalnya itu. Bolehkah ia merasa bangga karena memiliki pengawal yang setia. Dan ya, itu adalah sesuatu yang sangat membanggakan baginya. Ia berharap tidak ada lagi orang-orang kepercayaannya yang berkhianat padanya. “b******k kau!!” Jivar mengayunkan pukulan pada wajah pengawal Danen, namun dengan sigap pengawal itu menghindar dan balas memukul wajah Jivar dengan pukulan kerasnya. “Hentikan!!” Aludra menangkap tangan Jivar yang kembali hendak memukul pengawal Danen. Perempuan itu mendorong Jivar menjauh dari pengawal Danen dengan susah payah karena tubuhnya yang lebih kecil dari kekasihnya itu. “Hentikan, Jivar.” “Hentikan? Apa kau tega membiarkan kekasihmu ini dicaci maki dengan pria sialan itu?!!” “Saya hanya berbicara fakta, Tuan. Kenyataannya memang anda tidak setia.” “Tutup mulutmu, b******k!!” Jivar memajukan tubuh hendak kembali menyerang, namun Aludra menahannya dengan tubuh kecil perempuan itu. Membuatnya kesusahan karena tubuhnya terhalang. “Minggir kau, Aludra.” “Tidak, hentikan, Jivar. Bisakah kau pergi saja dari sini.” “Apa kau bilang? Kau mengusirku?” Jivar menatap tak percaya pada Aludra yang melemparkan tatapan memohonnya. Aludra menggeleng, “Aku hanya tidak ingin ada keributan.” “Berani-beraninya kau berbicara seperti itu, Aludra!!” Geram Jivar. Plakk… Dalam sedetik wajah Aludra langsung tertoleh ke kanan ketika Jivar melayangkan tamparan yang sangat keras di pipinya. Danen menggeram marah melihat Aludra yang kembali mendapat tamparan dari kekasih brengseknya. “Suruh beberapa pengawal untuk menyeret pria b******k itu, Bram. Sekarang!!” Pintahnya. Ia benar-benar muak dan tidak tahan melihat kelakukan b***t yang Jivar lakukan pada Aludra. “Nona!!” Pengawal itu langsung menarik lengan Aludra dengan lembut, menjauhkannya dari Jivar dengan menyembunyikan tubuh mungil itu di belakang tubuhnya. “Bisakah anda tidak bertindak kasar dengan perempuan, Tuan. Dimana harga diri anda sebagai pria jika anda berani melakukan tindakan memalukan ini?” “Diam kau, b******k. Kembalikan kekasihku.” “Tidak akan.” Tidak lama kemudian beberapa orang pengawal berlari keluar dari gerbang mansion. Para pengawal itu langsung menyeret Jivar tanpa berkata satu katapun. Mengabaikan pemberontakan Jivar. “Sialan!! Lepaskan aku, b******k!!” “Berani-beraninya kalian melakukan ini padaku!! Keluar kau, Danendra. Jangan menjadi pengecut yang hanya bersembunyi di balik pengawal-pengawal sialanmu itu!!” Pengawal yang masih berdiri di depan Aludra itu menggelengkan kepala, “Benar-benar, gila.” “Apa anda baik-baik saja, Nona?” Pengawal itu berbalik, menghadap Aludra yang masih terdiam melihat bayangan Jivar yang dengan perlahan menghilang. “Aku baik-baik saja. Terima kasih telah membantuku.” “Tidak masalah, Nona. Itu sudah menjadi tugas saya.” Danen menatap sejenak layar komputernya sebelum berdiri dan keluar dari ruangan kerjanya. Mengabaikan tatapan heran yang Bram dan Alex tujukan padanya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD