Part 43

2203 Words
*** Danen terus melahap sarapannya dengan santai ketika melihat kedinginan yang tiba tiba menerpa ruang makan di mansion. Karena perutnya sudah meronta-ronta sedari tadi pagi meminta makan. "Ini sangat enak, Danen. Coba lah." Alma meletakan sepotong bagel and lox di atas piring Danen. Danen menatap roti yang diisi dengan potongan ikan salmon yang di asapkan dan di beri krim keju dan potongan bawang bombay serta tomat dengan datar. Merasa tidak tertarik namun makanan itu sudah terlanjur mengisi piringnya. "Terima kasih." Ujarnya kemudian. Danen mengambil potongan tersebut, sayangnya belum sempat garpu serta pisaunya menyentuh makanan itu, Aludra sudah terlebih dahulu mengambil potongan bagel and lox itu secepat kilat dan memasukan kedalam mulutnya dengan cepat. Danen mengangkat satu alisnya. Sedangkan Aludra hanya mengunyah makanan itu dengan tenang. Bahkan terlihat tidak peduli karena sudah mencuri makanan yang telah Alma berikan pada Danen. "Apa kau tidak mual, Aludra?" Tanya Danen memastikan. Aludra menggeleng pelan namun sedetik kemudian ia berusaha menutup mulutnya menahan rasa mual yang tiba-tiba menyerangnya. Danen berdecak dan memberikan minum pada Aludra, kemudian menarik piring makan Aludra dan mulai menyuapi Aludra. Aludra menerima suapan dari Danen dengan senyum di bibirnya. "Apa semua wanita hamil semanja itu?" Sindiran Alma membuat Aludra menghentikan kunyahnya. Wanita hamil itu seketika tersulut emosi mendengar apa yang dikatakan wanita baru di hadapannya. "Aku memang semanja ini semenjak hamil tapi itu bukan masalah besar bagi Danen. Karena kemanjaanku ini juga karena anak kami." Alma menarik senyumnya dengan penuh keterpaksaan, "Ah….begitu. Maafkan aku, Aludra. Aku tidak tahu jika wanita hamil seperti itu. Jadi…." "Jadi sebaiknya tutup mulutmu rapat-rapat jika kau tidak tahu apa-apa. Sebelum aku yang akan membantumu untuk menutup mulutmu." "Aku hanya bertanya, Aludra. Sama sekai tidak bermaksud apa-apa." "Ya, kuharap memang seperti itu. Tapi lain kali kau harus bisa menjaga sikapmu pada suamiku, Alma. Terutama jika berada dihadapanku." "Apa maksudmu, Aludra? Apa kau kira aku menggoda Danen?" "Mungkin menurutmu tidak, tapi aku bisa melihat sendiri jika kau berusaha menggodanya dengan perlakuanmu pada suamiku. Seperti tadi, kau tiba-tiba memberinya sepotong bagel and lox mu pada Danen dihadapanku, istrinya. Sebenarnya dimana letak sopan santunmu, Alma?" "Aku tidak tahu apa tujuanmu datang kerumah kami dengan tiba-tiba. Tapi kuharap kau tidak memiliki rencana buruk yang akan membuat hubunganku dengan suamiku hancur." Alma membuka nutup mulutnya tidak percaya mendengar perkataan telak dari wanita hamil yang ia ketahui bernama Aludra itu. Ia mengeluarkan tawa garingnya yang ia yakin akan sangat terlihat begitu t***l di hadapan semua orang yang ada di meja makan. Tapi bagaimana lagi, ia bahkan sudah kehilangan kata-kata nya. Alex mengulum senyum melihat ketegangan itu. Dengan mata yang memberi sinyal pada Danen untuk melihat Aludra. Wanita hamil itu hanya terus melihat wanita cantik di depannya dengan pandangan membunuh. Belum lagi dengan tangannya yang terkepal di atas meja yang membuat keadaan menjadi semakin panas. Sepertinya Alex mempunyai beberapa rencana untuk membalaskan dendam terpendamnya pada Danen. Alex berdecak kagum, mencairkan suasana panas itu dengan tatapan berbinar yang ia arahkan pada Aludra. Membuat mereka semua yang ada di ruang makan mengalihkan pandangan mereka pada pria itu. "Kenapa kau semakin terlihat cantik jika marah seperti ini, Aludra." Danen memelototkan mata, "Apa kau ingin garpu ini mengenai matamu, Alex." Desisnya tajam. Mengacungkan garpu pada tangan kirinya. "Tenanglah, Danen. Aku hanya memuji istrimu, lagi pula apa yang kukatakan benar bukan. Aludra terlihat seribu kali lebih cantik semenjak dia hamil dan akan semakin meningkat ketika sedang marah seperti tadi. Bahkan aku melihatmu tersenyum saat melihat Aludra marah tadi." "Diam kau, sialan!!" Teriak Danen dan Aludra secara bersamaan. Kemudian keduanya saling melempar tatapan membuat Alma yang melihatnya memalingkan muka dengan mendengus. "Kompak sekali pasangan suami istri ini." Ejek Alex. "Hentikan bualanmu, Alex. Kau semakin membuatku mual." Ujar Aludra sambil menutup mulutnya. Danen dengan sigap berdiri dari duduknya dan menghampiri Aludra. Mengusap punggung wanita itu dengan gerakan teraturnya. "Pergi kau, Alex. Makan di pantry saja, kau membuat istriku mual dengan bualanmu." "Memangnya ada apa dengan wajah tampanku. Kenapa kalian selalu menistakan aku yang sama sekali tidak bersalah ini." "Jika kau tidak banyak bicara, Aludra tidak akan mual, Alex. Lagipula dia juga sudah mengingatkanmu sebelum kau duduk disana untuk diam agar tidak membuatnya mual. Tapi kenapa kau masih membual, jika sudah begini bukan salah Aludra yang tiba-tiba ingin mual mendengarkan bualanmu." "Ck, sialan. Tidak bisakah kau sekali saja berbaik hati padaku, Alex." "Tidak, sekarang pergi." "Kau saja yang pergi." Hoekk…. Danen menangkupkan tangannya pada mulut Aludra. Ia mengumpat keras pada Alex sebelum membawa Aludra pergi dari ruang makan untuk menuju wastafel dan membantu Aludra memuntahkan cairan pahit itu. Setelahnya ia membantu Aludra berdiri dan mengusap keringat yang membasahi kening wanita itu, serta menyingkirkan helaian rambut Aludra yang menutupi wajah wanita itu. "Apa sudah terasa lebih baik?" Aludra menggeleng lemah, "Kepalaku sedikit pusing, Danen." Ujarnya sambil memegang kepala. Danen ikut memegang kepala Aludra dengan pelan, "Lebih baik kau beristirahat dikamar, Aludra." Aludra mengangguk setuju. Ini yang ia inginkan. Ia tidak ingin Danen menghabiskan waktunya dengan wanita baru itu. Ia tidak rela Danen harus menghabiskan waktunya dengan wanita lain, jadi lebih baik pria itu menghabiskan waktu dengannya meskipun hanya di dalam kamar. "Apa kau mau menemaniku?" "Tapi aku sedikit ada pekerjaan. Aku akan menemanimu sampai kau tertidur, bagaimana?" Aludra memasang wajah sedihnya dengan mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh perutnya, "Aku ingin kau menemaniku sampai aku terbangun, Danen. Tidurku tidak nyaman jika kau tidak ada di sampingku. Dan baby ini jika ingin kau menemaninya." Danen menghela nafas sejenak, jika sudah seperti ini ia tidak mempunyai cara lain selain menuruti keinginan Aludra. Tapi itu lebih baik karena itu artinya Aludra sudah mulai tidak ingin jauh lagi darinya. "Baiklah, kutemani kau sampai bangun. Tapi setelah itu aku harus mengurus pekerjaaku dan kau tidak boleh mengganggu lagi. Apa kau mengerti?" Aludra mengangguk dengan sedikit kecewa. Setelah ia terbangun ia tidak boleh lagi mengganggu waktu kerja Danen. Yang itu artinya rayuannya tidak akan lagi mempan karena Danen begitu konsisten dengan apa yang pria itu katakan. "Aku akan menemani Aludra, kalian pergi ke kantor saja terlebih dahulu aku akan menyusul." Ujarnya kemudian berjalan keluar ruang makan dengan merangkulkan tangannya pada tubuh Aludra. "Kau lihat, Alma. Kedatangan Aludra membuat Danen sedikit demi sedikit berubah. Pria itu tidak se profesional dulu, bahkan Danan pernah meninggalkan meeting hanya karena Aludra yang mengidam. Sangat tidak profesional bukan." Ujar Alex dengan tersenyum. Alma hanya bisa memandang pedih dengan kepergian Danen. Hatinya serasa diremas dengan kuat oleh kenyataan membuatnya merasakan sakit hati yang amat sangat. Alex berdiri sambil merapikan setelah kemejanya setelah menandaskan segelas air putih. "Sebaiknya kita berangkat sekarang." "A...aku berangkat nanti saja dengan Danen. Kau bisa berangkat terlebih dahulu, Alex." "Tapi Danen menyuruh kita untuk berangkat terlebih dahulu, Alma." "Ya, tapi ada beberapa hal yang harus kulakukan, Alex. Jadi kau berangkat saja." Alex mengangguk, "Baiklah, sampai jumpa." **** "Kenapa belum berangkat, Alma?" Tanya Danen ketika melihat Alma yang masih setia duduk di teras mansion. Alma terjengit kaget mendengar suara Danen yang memecah lamunannya. Kemudian wanita itu berdiri dari duduknya. "Ada beberapa hal yang harus kulakukan, jadi aku menyuruh Alex berangkat sendiri." "Apa selama itu." Danen mengangkat tangan dan melihat pada jam tangan mewah yang melingkari pergelangan tangannya. Pukul sepuluh lebih sembilan belas. Ia tahu apa yang sebenarnya membuat Alma belum berangkat sampai jam segini. Namun ia membungkamnya untuk menghindari sesuatu yang sangat tidak ia suka dari wanita itu. "Ya, lama. Dan darimana saja kau, Danen?" "Aludra memintaku untuk menemaninya tidur jadi aku baru bisa berangkat sekarang. Apa kau mau pergi bersama?" Alma mengangguk dengan semangat, "Tentu saja." Danen langsung berjalan ke carport dan menaiki mobilnya. Disusul dengan Alma yang duduk di bangku samping. Kemudian ia melajukan mobilnya keluar halaman mansion dan membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Tidak lama kemudian mobil Danen berhenti tepat di depan pintu gedung Gunadhya Group, Danen keluar mobil di ikuti Alma di sampingnya. Kedatangan keduanya mencuri perhatian semua orang yang melihat. Tubuh tinggi Danen dengan wajah tampannya berdampingan dengan Alma yang cantik dan memiliki body seperti model terkenal. Membuat siapa saja kagum melihat keduanya. "Jadi masalah apa yang harus aku selesaikan?" "Tunggu kedatangan Pras terlebih dahulu, Alma," Wanita itu mengangguk dengan senyum di bibirnya. "Boleh aku bertanya sedikit, Danen?" Danen mengangguk kepalanya pelan dengan mata yang terus tertuju pada dokumen diatas meja kerjanya. "Apa yang membuatmu tertarik dengan dengan Aludra?" Danen seketika mengangkat kepalanya melihat Alma yang terduduk di sofa ruang kerjanya. Danen melihat Alma dengan pandangan bertanya. "Apa ada yang salah? Dia istriku." Penekanan Danen pada kata istri. Membuat Alma memandangnya dengan pandangan terluka. Danen tahu, teman kuliahnya saat di luar negeri itu memiliki perasaan kepadanya. Namun Danen tak pernah memikirkan soal percintaan. Baginya mempersiapkan diri untuk balas dendam pada musuhmya adalah hal yang lebih penting daripada apapun. Danen menghabiskan masa mudanya hanya untuk belajar, belajar dan mempersiapkan balas dendamnya. Tak ada waktu baginya untuk bermain dan bersenang senang seperti teman temannya yang lain. Bahkan memikirkan nga pun tidak. "Kau tahu Danen aku tak suka basa basi. Dan kau juga tahu jika aku menyukaimu." "Dan kau tahu aku benci dengan orang yang tidak profesional, Alma. Tujuan awalmu disini hanya membantuku untuk menyelesaikan masalahku, Alma. Bukan untuk soal cinta. Dan kau tahu setidak menarik apa cinta di depanku." Sinis Danen. Alma terdiam sejenak. "A…aaku…." Ucapan Alma berhenti tatkala terdengar ketukan dari luar pintu ruangan Danen. Keduanya menoleh kearah pintu. "Masuk." Dan muncul kedatangan Alex, Bram dan juga Pras. Danen berdiri dari kursi kerjanya dan berjalan menuju sofa. "Berikan dokumennya pada, Alma." Pintahnya pada Bram yang dengan sigap mengangguk. Alma menerima dokumen dari Bram. Dan membacanya dengan teliti. "Masalah cukup besar, Danen." Alma meletakan dokumen di atas meja dengan pelan. "Sertifikat tanah ini ada dua, tidak mungkin Qatar Croup masih mau memberikan tender ini pada Kendrick group dan Wijaya properti jika sertifikat tanahnya palsu. Dan soal sertifikat milikmu ini juga asli, dari yang aku lihat seharusnya tanah itu sudah resmi menjadi milikmu tepat di hari kau menikah dengan Aludra. Benar bukan, pak Pras?" "Be….benar, Bu Alma." Danen melihat ke arah Pras dengan tajam. "Saya tidak mau tahu, Bram cari tahu soal sertifikat tanah yang ada pada Kendrick dan Wijaya. Dan anda Pak Pram saya yang akan memegang sertifikat dan juga surat wasiat ini mulai sekarang. Dan Alex, cari tahu di mana pembuatan sertifikat tanah ini dibuat. Aku mau secepatnya karena proyek itu tidak boleh berjalan." Ketiga nya mengangguk dengan sigap mendengar titah Danen. Setengah jam kemudian hanya ada Danen dan Bram di dalam ruangan kerjanya. "Bram, cari tahu semua hal tentang Pram. Sekecil apapun." "Baik." Danen melihat jam pada tangannya sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Saatnya pulang. Ia berjanji pada Aludra untuk tidak lama-lama dan ia harus menepati janjinya untuk tidak membuat istrinya itu tenang tanpa pemikiran buruk tentangnya yang pulang terlambat. Danen berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu ruangan nya. "Pulang?" Tanya Bram. "Menurutmu?" " Ah… iya ada nyonya Gunadhya yang menunggu orang untuk menyuapinya. Yakin belum memiliki perasaan pada Aludra?" "Jangan memulai, Bram. Kau tahu bisa saja aku memukulmu sekarang." "Silakan." Dan sebuah belati melayang menuju arah Bram, sayangnya dengan cepat Bram menghindari belati itu dan tertawa terbahak bahak melihat respon Danen. Danen menatap Bram dengan tajam dan meninggalkan Bram dengan bantingan pintu. Danen memasuki mobil Rolls Royce Phantom berwarna biru miliknya. Mengemudi dengan pelan menuju kediamannya. Saat melihat spion depan mobilnya, Danen melihat sebuah mobil hitam mengikuti pergerakannya. Dengan cepat Danen menekan pedal gas dengan dalam membuat mobil yang ia kendarai menjadi berlari cepat. Dan terlihat empat mobil hitam mengikuti mobilnya. "Sialan," Danen menekan nomor satu pada handphonenya yang sudah terhubung dengan hand unit di mobil miliknya. "Bram, empat mobil mengikutiku. Lacak dengan GPS posisiku." "Baik, aku akan datang tak lebih dari dua puluh menit lagi." Dan sambungan telepon pun mati. Satu mobil berjajar dengan mobil Danen. Dengan geram Danen menabrakan mobil miliknya ke mobil samping dan membuat mobil itu sedikit oleng. Belakang mobil Danen mendapat hantaman dari belakang. Dengan geram Danen mengendarai mobil mundur dan menabrakan mobilnya pada mobil di belakang. "Sialan," Maki Danen ketika mendapat hantaman dari samping kanan. Sekarang posisi Danen berada di tengah dari empat mobil. Dor… Satu tembakan meluncur tepat di samping kanan kaca mobilnya saat Danen memasuki jalanan yang sepi. Beruntung semua kaca mobil Danen merupakan kaca anti peluru. Dor… Danen menancap gas dengan kencang sehingga mobil di depannya terseret dengan mobilnya. Terus menggiring mobil di depannya hingga terlihat sebuah parit di depannya. Tepat saat mobil di depannya memasuki parit yang cukup dalam Danen memutar setir. Mobil yang ia kendarai berlawan arah, ia pun menabrakan mobilnya pada mobil yang berada di sampingnya dan beriringan dengan mobil tersebut, satu hantaman mengenai belakang mobilnya lagi. Danen membalas dengan memberi hantaman pada mobil di sebelahnya. Dan Dor… Dor… Danen memberikan tembakan tepat di ban mobil lawannya membuat mobil berhenti seketika. Dua mobil masih menyerangnya dari samping. Kanan kirinya, Danen menabrakan mobilnya pada mobil di sebelah kanannya, terus menerus hingga akhirnya ia membanting setir ke arah kanan dan membuat mobil itu oleh dan terbalik seketika. Tinggal satu lagi. Sebuah mobil jeep mendorong mobil hitam itu terus menerus hingga membenturkan pada pohon besar. Bram. Danen tersenyum senang. Bram datang di waktu yang tepat. "Apa kai tidak apa apa, Danen?" Bram bertanya lewat panggilan masuk. "Ya." "Mau…." "Langsung pulang." Ucap Danen dengan sedikit keras. Syarat akan kemarahan. Dan Bram memahami hal tersebut. "Baik." Keduanya pun meneruskan perjalanan menuju mansion Danen dengan mobil Danen yang terlihat penyok di banyak sisi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD