1

1244 Words
Di sebuah penthouse yang sangat mewah tampak seorang laki-laki sedang melakukan olahraga di tempat gym miliknya. Hampir setiap hari laki-laki itu selalu menghabiskan waktunya disana sebelum memulai sekua aktivitas hariannya. Keringat bercucuran di badannya yang atletis. Apalagi ditambah dengan wajahnya yag bak aktor hollywood. Wajar saja ia bisa mendapatkan tubuh yang atletis seperti ini karena hasil kerja kerasnya work out setiap harinya. Tidak hanya olahraga ia juga berlatih beladiri untuk menjaga dirinya dari para musuh yang selalu mengincar nyawanya. Sebagai ketua mafia dan pebisnis sukses dari Ritz coorporite tentu saja banyak sekali musuh yang ingin nyawanya berakhir. Dan laki-laki sempurna itu adalah William Ritz. "Kak Liam," teriak seorang gadis dari arah pintu masuk gym milik kakaknya. "Ada apa kamu pagi-pagi gini udah teriak-teriak." William yang terlihat sangat seksi karena ia bertelanjang d**a sedang melihat ke arah adiknya. "Kakak gak akan lupa kan sama janji kakak ke aku. Nanti sepulang aku kuliah bakal jemput aku dan kita makan siang bareng." Luna tampak menatap sang kakak dengan penuh harapan. "Apa harus hari ini? Hari ini kakak sibuk. Ada beberapa meeting yang harus kakak ikutin," kata William bernegosiasi dengan sang adik. "Kakak mau bantalin janji lagi. Ini udah kesekian kalinya kakak batalin makan siang bareng sama aku. Ok kalau gitu terserah kakak aja. Aku benci sama kakak." Luna berteriak sambil meluapkan kemarahannya pada sang kakak. Luna pun pergi meninggalkan William dengan wajah yang marah. Untuk kesekian kalinya sang kakak membatalkan janjinya dengan dirinya lagi. Dan itu membuat Luna sangat marah dan kecewa dengan sang kakak. Walaupun Luna tahu kakaknya sibuk dengan segala bisnis yang ia jalankan demi kebaikan dirinya setidaknya kakaknya menyempatkan sedikit waktunya untuk dirinya. "Rossy kamu jaga Luna baik-baik. Jika perlu nanti siang kamu ajak Luna ke mal dan biarkan dia belanja apa yang ia mau," perintah William dengan tegas. "Baik tuan," Jawab Rossy yang merupakan bodyguard pribadi Luna. "Tuan seharusnya tuan menepati janji tuan dengan nona Luna. Karena sudah beberapa kali tuan membatalkan janji dengan nona Luna. Nona Luna hanya ingin sedikit menghabiskan waktunya dengan tuan. Jadi sebaiknya tuan sedikit menyisihkan waktu untuk nona Luna," kata Xander memberi saran. "Luna harus bersikap dewasa sekarang. Dia seharusnya tahu jika kakaknya sekarang bukan seperti kakaknya yang dulu. Kakaknya yang sekarang memiliki tanggung jawab untuk membangun bisnis keluarga Ritz jadi lebih maju." William menerawang jauh ke arah. "Maaf tuan jika saya lancang," kata Xander merasa tidak enak. "Apa jadwal saya hari ini Xander?" tanya William dengan tatapan yang dingin. "Hari ini tuan harus menghadiri acara pembukaan apartemen baru milik tuan Dany Elton. Dan tuan juga harus memeriksa luka yang ada di perut tuan," kata Xander mengingatkan. "Ok nanti saya akan ke tempat Dany Elton. Dan soal luka ini, hanya Luka biasa. Panggil dokter Raul untuk memeriksa luka saya setelah saya selesai berolahraga," perintah William pada Xander yang kembali berolahraga. "Apa tuan tidak membalas apa yang telah kelompok Christo Xalim lakukan pada tuan." Xander  penasaran kenapa tuannya tidak membalas dendam dengan Christo Xalim. William menghentikan kegiatan olahraganya dan menatap kearah Xander dengan tatapan yang tajam khas tatapan seorang William Ritz. "Kita tidak perlu membalas dengan cara yang kekanak-kanakan. Cukup kita ambil semua peluang bisnis yang dapat kita ambil dari tangan kelompok Christo Xalim. Kita tahu sendiri beberapa tahun terakhir kelompok Christo Xalim selalu kalah dari kita. Dan tugas kita untuk terus mengalahkan seorang Christo Xalim. Apalagi saat ini Christo Xalim bukan orang penting dalam kelompok Xalim. Karena masih ada Russel Xalim yang merupakan ketua mafia kelompok Xalim," kata William dengan tenang. "Baik tuan saya mengerti. Saya akan selalu mengikuti semua hal yang tuan lakukan."  Xander pun selalu saja patuh dengan semua hal yang diperintahkan tuannya. Xander begitu berhutang Budi kepada William Ritz. Dulu ketika usianya masih 15 tahun ia sudah hidup di jalanan dari ia berumur 10 tahun. Kalau bertanya soal orang tua Xander tidak begitu mengenal orang tuanya karena sedari kecil ia hanya tinggal bersama neneknya hingga sang nenek meninggal dunia. Dan di suatu malam yang mencekam saat itu Xander hampir di bunuh oleh kawanan preman karena gak memberikan setoran kepada mereka. Dan saat itu mobil William melintas di jalan yang sama dengan Xander. Dan entah bagaimana William sudah meminta Xander untuk masuk ke dalam mobilnya dan pergi untuk menghindar dari para preman. Hingga akhirnya William membawa Xander ke rumahnya dan memberikan kehidupan yang layak hingga saat ini. Hingga Xander berjanji akan mengabdi kepada William sampai akhir hidupnya. "Xander apakah sudah dapat info tentang perempuan di malam itu?" tanya William serius. "Saya sudah mendapatkan informasinya. Dia bernama Eliza Zachri seorang gadis berusia 20 tahun yang bekerja di sebuah toko roti. Sekarang ia tinggal bersama pamannya, bibi, dan sepupunya di rumah peninggalan kedua orang tuanya. Orang tuanya sudah meninggal sejak gadis itu berusia sangat kecil,"  kata Xander menjelaskan. "Sebelum kita berangkat ke acara Dany Elton kita temuin dia. Akhirnya setelah menunggu lama saya bisa bertemu dengan gadisnya. Jadi Xander persiapkan semuanya."  William pun memberikan perintah kepada Xander. "Baik tuan. Saya akan laksanakan semua perintah tuan," jawab Xander dengan paruhnya. Xander pun meninggalkan William yang kembali fokus dengan rutinitas olahraga sebelum ia akan sibuk seharian ini. Sementara itu di sebuah toko roti tampak Eliza sedang sibuk melayani beberapa konsumen yang datang silih berganti. Toko milik Bu Nina ini memang selalu ramai di kunjungi oleh para pembeli. Selain rasanya yang enak harganya juga tidak terlalu mahal sehingga membuat banyak konsumen yang selalu datang ke toko roti ini. "El kamu makan siang dulu sana biar toko aku yang jaga. Kasihan dari tadi kamu belum sempat makan siang," kata Indi partner kerjanya. "Yang bener Ndi. Ok deh aku makan dulu ya. Udah lapar juga soalnya. Nanti kalau kewalahan kamu tinggal panggil aku aja." Eliza terlihat senang karena akhirnya ia bisa beristirahat sebentar. "Ok siap. Udah sana makan dulu," Kata Indi yang menyuruh Eliza untuk makan. Eliza pun segera pergi ke belakang untuk memakan bekal yang ia bawa tadi dari rumah. Eliza selalu membawa bekal untuk dia makan di tempat kerja. Selain enak karena dia yang masak tapi ia juga dapat berhemat. Di dalam rumah itu hanya Eliza saja yang bekerja. Sedangkan Tante dan sepupunya tak begitu Eliza pikirkan. Yang penting gaji yang ia dapat ia tabung dan untuk biaya hidupnya dan omnya saja. Karena istri dan anak dari sang om sudah tidak memperdulikan om Rudi lagi. Eliza menyantap bekal makan siangnya dengan lahap. Karena ini sudah lewat jam makan siang karena tadi ia tidak sempat maka siang karena toko roti sedang ramai. Ketika sedang santai sebentar tiba-tiba Indi masuk dan memanggil dirinya. "El di depan ada yang nyariin tuh," kata Indi memberitahu. "Siapa Ndi?" tanya Eliza balik. "Aku gak tahu. Tapi cowok ganteng dan keren banget. Kalau dari penampilannya sih orang kaya. Tapi kok agak seram ya. Soalnya dia bawa banyak bodyguard gitu," kata Indi dengan mimik muka yang aneh. "Siapa sih Ndi. Kayaknya aku gak kenal dengan cowok kayak gitu deh," kata Eliza merasa gak kenal. "Udah sana kamu temuin dulu." Indi pun meminta Eliza untuk menemui laki-laki diluar sana. Eliza pun bangkit dari kursinya dan melihat siapa yang ingin menemuinya. Dan ketika sampai di depan ia kaget ketika melihat siapa orang yang ingin menemuinya. "Kamu?" Kata Eliza kaget "Hai baby long time no see." Kata William yang sudah berjalan mendekat ke arah Eliza Ingin rasanya Eliza pergi dari sana dan kabur untuk menghindari laki-laki yang 6 bulan terakhir berusaha Eliza lupakan tapi sekarang ia ada di depannya. Laki-laki tampan dengan ekspresi yang menyeramkan bak iblis bila sedang marah. "Mau apa kamu kesini?" Tanya Eliza dengan suara yang bergetar "You not remember baby. I say to you if I Will found you. And now I found you baby," kata William berbisik di telinga Eliza. Mendengar kata-kata dari William membuat Eliza takut. Ia tahu setelah ini hidupnya tak akan pernah bisa bebas lagi. Happy reading...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD