One Fine Day

1321 Words
Mungkin kalo hari ini mau dicatat dalam sejarah hidupku, bisa dituliskan 'aku bahagia' walau ini mungkin hangoutku terakhir bersama Owie, who knows? Aku dan Owie akhirnya memutuskan untuk menonton film di PIM 2. Sewaktu akan membayar aku berinisiatif mengeluarkan kartu debitku, anggap aja bayaran les privatku nanti. Tapi ditolak Owie, katanya simpan aja buat bulan depan. "Aku dong yang traktir kamu nonton." "Kan kamu akhir bulan bayarin aku nonton, ini masih pertengahan bulan." "Nggak bisa dicicil dari sekarang?" "Nggak, sekarang aku yang bayar...kan aku yang ajak kamu." "Yaudah, nanti popcorn dan minum aku yang bayar ya," pintaku. "Iya ... kamu emang suka popcorn yang mana?" "Asin manis, minumnya air mineral biar nggak seret tenggorokannya," jawabku. "Pilihan yang bagus, tapi belinya nanti aja ya pas udah mau masuk." Aku mengangguk setuju. Lalu kami berkeliling melihat poster film yang akan tayang beberapa minggu ke depan. "Nanti kita nonton ini ya... keren kayaknya." Aku menunjuk film romantic drama yang akan mulai tayang bulan depan. "Ya boleh." "Eh lima menit lagi masuk, aku ke toliet dulu ya." "Yaudah, aku nunggu didekat pintu theater tiganya ya," jawab Owie. "Oke.". Setelah menyelesaikan hajat di toilet, aku menyempatkan memberitahu mama bahwa aku sedang nonton sama Owie dan baru akan pulang Maghrib nanti. Aku melihat Owie sudah memegang satu bucket Popcorn dan dua air mineral di depan pintu masuk theater. "Kok udah di beli? Kan ini bagianku." "Udaah...tadi lagi nggak ngantri, jadi aku beli aja. Tuh lihat sekarang mau beli aja antri," ucapnya sambil menunjuk counter makanan yang hanya diantri satu orang. "Terserah kamu aja deh, yang enak aku ini" sahutku setengah kesal. Owie tertawa menanggapi omonganku. "Jadi cewek jangan suka ngambeg-ngambeg. cepat tua nanti." "Nggak ngambeg ... cuma ngerasa kalah cepat aja dari kamu." "Yuk masuk," ajak nya sambil merangkul bahu ku. jangan Ge er...siapa tau dia takut Aku salah masuk theater dan nggak dapat Popcorn yang sudah berpindah di tanganku. * Kami sampai di rumahku sudah hampir jam tujuh malam. Mama sudah ada di rumah. "Assalamualaikum ma..." " Waalaikumsalam, ayo masuk pada sholat dulu, sebentar lagi maghribnya abis." Mama menjawab salamku. "Iya ma ... ini Owie temen sekelas ma, temen duet juga." Pengennya duet hidup juga ma. "Ayo masuk Owie." "Wie..kamu wudhu dulu ya, aku siapin sejadahnya disana, aku sholat di kamar." "Iya," jawabnya. Aku masuk kamar setelah meletakkan sejadah buat Owie. Aku menyempatkan mandi dulu secepatnya lalu melaksanakan sholat. Ketika aku keluar dari kamar tampak Owie dan Mama sedang ngobrol didepan TV. "Kata Owie mau belajar bareng ya Dek?" "Iya ma ... Selasa kamis aku mau diajarin Owie, sabtu baru latihan.". "Kenapa sampe pake diajarin Wie? Anak tante ini pemalas ya?" Tanya mama sambil bercanda. "Jarang bikin PR tante, nyontek terus." "Astaga dek....kamu malu-malu in amat sih!" Aku cuma nyengir. "Tapi kan aku nggak pernah tinggal kelas ma. Nggak buat PR juga nggak dimarahin guru, abisnya dicontekin terus sama Owie." "Harusnya kamu nggak kasih contekan ke dia Wie, biar sekali - sekali dihukum guru." "Nggak tega tante." Ya ampun baaang..baru beberapa menit lalu diShalawatin, udah ngefek aja nih. "Enak banget kamu punya temen kayak Owie dek ... Owie nya yang apes." "Aku bimbel sama Owie ma, bayarannya traktir nonton akhir bulan .. .murahkan?" Mama hanya geleng-geleng melihat kelakuanku. "Yaudah deh belajar dan cepat bikin PRnya supaya Owie nggak kemalaman. kasihan capek dari pagi belum pulang. " "Iya ma.". Mama meninggalkan kami dan masuk.ke kamarnya. "Mama kamu asyik, nggak banyak basa basi." "Kayak anaknya nggak?" Owie mengernyitkan dahi. "Anaknya emang asyik?" "Iya dong...bener nggak?" "Nggak." "Issh ... kamu yang nggak asyik!" Jawabku kesal. Owie tertawa. "Pengen banget dibilang asyik?" Tanyanya sambil mengacak-acak rambutku. Rambut yang diacak kenapa hatiku yang berantakan ya?. "Walau nggak cantik paling nggak asyik gitu lho Wie," jawabku pelan lebih ke memelas. "Yang bilang kamu ngga cantik tuh siapaa? jangan minder gitu dong." "Astagaaa ... kamu tuh lagi muji apa ngasih info?" "Ngasih info..takutnya kamu nggak tahu," jawabnya yang membuat aku tertawa. "Ternyata Owie itu bawel banget ya." "Ternyata Priska itu tukang ngambeg ya," balasnya. "Issh ikut-ikutan, ayo ajarin aku, ini PRnya sepuluh nih Wie," aku.menyodorkan buku Matematika ke Owie sambil menyudahi pembicaraan absurd yang takutnya membahayakan kondisi hatiku. "Ambilin aku minum dulu dong, seret nih." Owie memegang lehernya. "O iya lupa, sebentar." Aku menuju ke kitchen set dibelakang mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih dari dispenser. "Nih minum dulu," ucapku menyodorkan gelas. "Makasih ya." Owie menerima.gelas dan meminumnya hingga habis. ternyata dia haus beneran. Aku mengerjakan PRku setelah dijelaskan Owie rumus-rumusnya. Sungguh ini sangat membuatku mudah mengerjakannya. "Kamu nggak sekalian ngerjain Wie?" "Aku mengerjakan PR langsung dihari yang sama, soalnya aku nggak mau sampe kepikiran punya PR." "Wah beda banget sama aku yang spesialis kalo nggak mepet nggak keren ya." Lalu aku mentertawakan diriku sendiri. "Mulai hari ini nggak lagi kan?" "Iya nggak..makasih yaaa, kamu sudah nolongin aku banget" "Iya sama-sama" "Betewe kita tampil dua minggu lagi lho Wie...deg-deg an nggak sih, takut nggak memuaskan penonton," ucapku. "Santai aja, pokoknya kita tampilkan seperti kita latihan biasanya." "Hmm" "Kita udah mau lulusan, nanti kamu harus keep in touch sama aku ya. Soalnya abis ujian aku langsung berangkat, jadi nggak sempat untuk ikut acara-acara sekolah lagi" "Secepat itu?" "Iya, karena aku sudah mulai masuk kelas nya 2 Minggu setelah kita ujian. jadi aku harus berangkat setelah ujian untuk persiapan disana, nyari Apartemen, membiasakan diri dulu dan lain-lain" "Nggak berasa ya waktu cepat banget" "Kamu nanti harus antar aku ke bandara ya." "Boleh gitu?" "Aku kan bilang harus" "Nanti macan kamu ngamuk, takut aku" "Nggak usah dipikirin, kan kita udah nggak sekolah lagi, emang dia mau ngapain kamu?Nggak akan ketemu lagi kan?" "Iya sih.." "Promise ya, sebelumnya kita jalan dulu bareng, Aku pengen kita piknik kemana gitu" "Dufan!" Sahutku cepat. "Ya..itu.menarik. Pulang ujian kita langsung ke Dufan ya, karena dua hari kemudian aku berangkat" "Okeee" "Sekarang aku pulang ya, udah mau jam sembilan" "Iya makasih ya buat hari ini, eh tapi kok kamu nggak ditelpon sama mama kamu dari tadi?" "Telpon Aku matiin." Aku membalasnya dengan senyuman. Pasti karena takut di telpon Luna kan? "Tadi Aku udah kasih tahu Mama kok" ucapnya lagi. "Oowh" "Besok Aku jemput ya, tapi pake motor." "Oowh please jangan Wie, cukup sudah hari ini aku jadi bulan-bulanan Luna, aku biasa juga naik Ojek." "Ya udah," jawabnya tidak bersemangat mirip orang yang lagi kecewa. "Kenapa kayak sedih gitu deh..Ojeknya nggak dapat langganan ya bang?" Tanyaku sambil bercanda. "Tapi kalo mau belajar pulangnya sama aku ya, trus kalo latihan aku jemput, kamu jangan naik Ojek." "Iyaaa." "Aku pulang dulu ya, kamu langsung istirahat jangan drakoran lagi supaya nggak telat besok." "Iyaaa pak guruuu." "Boleh aku telpon nggak sampe rumah?" "Aku pikir kamu nyuruh nggak drakoran memang supaya aku tidur..nggak taunya buat kamu telpon?" "Hmm..yaa bisa dibilang begitu," jawabnya dengan disertai senyum usilnya yang aku suka.Eh. "Tapi kan telpon kamu mati, harus ngecas dulu paling gak satu jam, mungkin jam sebelas malam kamu telpon aku, bisa ketiduran aku kalo nunggu telpon kamu." "Emang aku bilang abis batre? Nih idup," ucapnya sambil memperlihatkan layar hapenya yang sudah menyala dan langsung masuk notif misscall yang lumayan banyak. "Tuh kamu udah dicariin." Aku menunjuk ke layar hapenya yang menunjukkan nama Luna. "Nggak penting," jawabnya agak ketus. "Jangan marah-marah lagi, kan aku sudah menghibur kamu dengan ikut nonton, aku pikir kejadian tadi siang itu wajar, harusnya kamu jemput Luna bukan jemput aku.Kalo aku jadi pacar kamu juga aku ngambeg deh." "Beneran?" "Apa yang beneran?" Tanyaku agak heran. "Yang kamu bilang tadi." "Iya bener..wajarkan Luna marah?" "Aku pulang," ucapnya tidak menggubris omonganku. kenapa sih dia, emang aneh ya kalo aku menasehati seperti itu?. "Kamu udah tiga kali pamit kayaknya, keluar pager aja belum, pamit sekali lagi aku kasih teh kotak sama Oreo isi tiga biji lho." Owie tertawa ngakak. "Udah kayak goodie bag ulangtahun anak Playgroup deh." "Abisnya kamu tuh." "Iya...iya..kali ini beneran, bye Pris." "Bye Wie..makasih buat hari ini." "Sama- sama ya. " Duh..boleh nggak sih kalo ngarep dia bilang , sama -sama Sayaaang...kan lebih pas rasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD