Episode 3

1720 Words
Berjalan dengan sempoyongan dan juga kelelahan, tak ada satupun murid yang melihat apa yang telah Baz dan kawan-kawannya lakukan itu kepada Randy untuk melapor kepada guru atau orang dewasa setempat. Mereka juga tampaknya sama-sama ketakutan jika memang Baz akan mengincar mereka selanjutnya nantinya. Karena berjalan terlalu pelan layaknya seekor kura-kura, Randy bahkan tak sadar kalau dia masih berada di wilayah sekolah untuk saat ini. Matahari sudah tidak menunjukkan muncungnya, hanya lampu pijar dan juga beberapa penerangan kota sajalah yang menemaninya ke dalam jalan setapak yang sunyi itu. Dengan kondisi yang bau, menjijikkan, dan juga kesakitan, Randy tak tahu apakah masih bisa datang ke dalam pesta milik Camelia dengan tepat waktu untuk sekarang ini. Randy serasa lupa kalau dirinya sendiri sedang berada di dalam kesulitan. Hanya satu kalimat yang terus dia dengungkan sepanjang jalannya keluar dari sekolahan. “Pesta... Camelia... Pesta... Camelia...” Tangannya menempel ke tembok sebagai sandaran tak cukup bagi Randy untuk bisa berjalan dengan benar. Sampai-sampai pandangannya yang kabur, membuatnya terjatuh ke dalam kubangan lumpur. Entah kenapa, Randy enggan untuk bangkit sekarang ini. Dia menangis ke dalam kotoran dan juga pilihan yang begitu buruk tersebut. Meratapi sendiri nasibnya yang begitu malang. Dia bertanya kepada dirinya sendiri, dosa apa yang telah dia lakukan sehingga bisa bernasib seperti ini? *** “Apa kau baik-baik saja nak?” Suara seorang pria membangunkan Randy dari pingsannya. Dia melihat ke area sekitarnya, banyak sekali peralatan-peralatan kimia di sana. Sampai-sampai Randy sadar kalau dia sedang berada di dalam ruang praktek kimia sekolahnya sendiri. “Siapa kau! Apa yang kau ingin lakukan denganku!” Teriak Randy ketakutan dan juga marah sekarang ini. Namun pria dengan janggut dan juga rambut serba putih itu tersenyum. Dia memberikan kartu namanya kepada Randy. “Perkenalkan, namaku adalah Prof. Strabo. Aku di sini datang untuk menolongmu...” “Menolong? Menolong apa?” Tanya Randy kebingungan. Pria tua itu pun menunjukkan jam tangannya, “Aku melihat sebuah kertas undangan yang sudah kau bawa semenjak tadi. Kau benar-benar gigih sampai-sampai aku sulit untuk melepasnya dari tanganmu. Namun, pesta yang akan kau hadiri tidak akan bisa kau datangi jika kondisimu masih seperti ini. Aku bisa memperbaikimu, jika kau memang memiliki waktu untuk melakukan itu kepadaku nantinya...” “Waktu? Waktu apa?” Randy masih kebingungan dengan pernyataan pria itu. “Aku bisa mengubah fisikmu dengan sekejap. Mengubahmu menjadi versi terbaik dari dirimu nantinya...” Sebuah alat yang mirip seperti Chemoport tiba-tiba ada di dalam ruangan kimia ini. Randy bingung, apakah alat itu sudah ada di sana dari dulu atau pria itu yang membawanya ke sini. Pria itu pun menekan-nekan alat tersebut dengan benar-benar hati-hati. “Aku tidak mau kau melakukan apa pun yang kau lakukan sekarang ini! Aku ingin segera pulang!” Turun dari mesinnya, pria beruban putih itu langsung saja memberikan sebuah cermin raksasa yang dia pasang ke arah atas dari Randy. Sehingga bocah itu bisa melihat wajah dan juga kondisi tubuhnya sekarang ini. “Aku tak tahu, bagaimana bocah tadi memukulmu, namun kondisimu benar-benar buruk sekarang. Kau bahkan mungkin tidak bisa berjalan dengan benar untuk sampai ke pesta itu. Kau malah akan diusir oleh gadis yang mengundangmu, menjadikanmu sebagai sebuah lelucon. Aku yakin, kau pasti berharap dengan kau mendatangi pesta ini. Maka kau bisa mengubah hidupmu bukan? Aku datang di sini, untuk membantumu, mengabulkan mimpimu tersebut...” Cahaya mulai keluar dari Chemoport tersebut. Tanda-tanda kalau proses terjadinya eksperimen, ritual, pengobatan atau apa pun itu yang tengah dilakukan oleh Sang pria beruban akan segera terjadi. “Aku tahu kalau kau pasti sedang menggunakanku sebagai objek eksperimenmu. Aku sebenarnya sudah tidak peduli kalau aku mati sekarang. Namun perlu kau katakan, kalau kau telah memilih orang yang salah...” “Hahahah!? Aku Strabo salah? Kau sebaiknya tidak memandang rendah dirimu sendiri dengan terlalu berlebihan nak! Tingkatkanlah percaya dirimu itu sekarang! Maka kau akan mendapatkan apa pun yang kau mau!” Cahaya dari Chemoport itu semakin lama semakin bersinar dengan sangat terang. Sampai-sampai semua benda bergetar, termasuk tabung-tabung kaca yang ada di dalam ruangan ini. “Dengarkan aku nak, proses ini hanya akan berjalan dengan sempurna jika kau pulang tepat jam 12 malam. Selebih itu, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi padamu nantinya!” Teriak Prof. Strabo dengan lantang bersahut-sahutan dengan suara mesin yang juga semakin liar Sekujur tubuh Randy menjadi panas, dia tak bisa mencoba untuk diam. Berteriak kesakitan hanyalah satu-satunya opsi yang dia miliki sekarang. Randy benar-benar pasrah, dia merasa kalau dirinya akan mati sebentar lagi. Hingga akhirnya, Chemoport itu berhenti beroperasi. Prof. Strabo pun turun dari mesin itu. Melihat bagaimana hasil kerja dari eksperimennya sendiri sekarang ini. “Hah? Bagaimana? Kumohon! Semoga ini semua berhasil!” Bisiknya dengan cemas. Tubuh Randy masih tertutup oleh asap dari mesin itu sekarang ini. Tapi tiba-tiba, seorang pria bangun dari meja itu sekarang ini. Dengan tubuh kekar penuh dengan otot di semua lengannya. Dagunya yang tajam penuh terasa kuat. Tingginya yang bertambah secara drastis. Sosok pria yang berbeda dengan bocah yang tadi berbaring di sana pun benar-benar telah lahir sekarang ini. “Tunggu. Apakah ini aku? Apakah ini hanya sebuah halusinasi?” “Ya nak! Ini kau! Hahahaha! Akhirnya eksperimenku berhasil!” Prof. Strabo memeluk pria itu sekarang. “Kau adalah Randy nak! Kau adalah Randy Anthony!” Seorang bocah yang kurus, pendek, memiliki wajah yang tak simetris telah berubah sekarang. Bocah itu, menjadi seorang pria yang selalu dia idam-idamkan sejak dahulu. Dan semenjak saat itu pula, kehidupannya telah berubah... *** “Hei... itu siapa cowok yang jalan kemari? Kenapa aku seperti familiar saat melihat wajahnya ya?” bisik seorang gadis bersama dengan teman-teman yang lainnya. Memegang sebuah gelas minuman yang dingin di tangannya. “Ya... kau benar. Aku seperti pernah melihat pria itu. Apakah dia masih satu SMA dengan kita?” Balas salah satu teman yang ada di depannya itu sekarang. Randy masih gugup sekarang. Cahaya gemerlap lampu dan juga musik mengalun keras menandakan kalau pesta yang ia datangi sekarang ini benar-benar sebuah pesta yang meriah. Dia melihat kemeja berwarna hijau tua dan juga celana jeansnya sekarang. Penampilan ini, merupakan penampilan yang tidak pernah Randy kenakan atau gunakan sebelumnya. “Permisi, bisakah kami melihat undanganmu?” tanya salah satu sekuriti di pintu masuk. Dua orang dengan kacamata hitam mirip seperti sekuriti yang berjaga di luar pintu klub malam. Randy mengambil secarik kertas yang sudah lusuh dari kantong di dadanya. Di sana, dia memberikan undangan tersebut kepada dua orang tersebut dengan sangat yakin. “Ini, undanganku...” Dua sekuriti itu melihat surat undangan milik Randy. Dan memang benar, itu adalah undangan yang asli “Baiklah, silahkan masuk. Semoga Anda menikmati pesta ini...” Ujar kedua sekuriti itu mempersilahkan Randy untuk masuk ke dalamnya. Saat berjalan ke dalam. Rumah Camelia yang begitu besar membuat nyali Randy semakin menciut sekarang. Penampilannya yang berbeda layaknya seorang atlit binaragawan dan juga otot-otot besar membuat perhatian semua orang tertuju kepadanya. Randy yang dulu identik dengan seorang bocah yang culun dan juga pengecut, berubah menjadi seorang pria tampan bak pangeran di kerajaan jauh di sana. Randy melihat, kolam renang dipenuhi para gadis yang memakai bikini, para laki-laki bermain basket di halaman belakang, sementara beberapa yang lainnya memasak barbekue hingga asapnya tercium sedap saat lewat di depan hidung. Randy tak pernah masuk ke dalam pesta sebelumnya, dan pesta ini, adalah pesta yang benar-benar membuatnya merasakan bagaimana menjadi seorang remaja. “Tunggu... Randy. Apakah itu kau?” Tiba-tiba, seorang gadis dengan gaun berwarna rose datang. Di atas kepalanya, memakai sebuah tiara terbuat dari platina yang berkilau. Dia tampak seperti seorang putri sekarang. “Camelia... ya... aku Randy. Kau nampak sangat cantik malam ini Camelia...” Jawab Randy masih dengan perasaan gugup. Pertemuan dua orang yang cantik dan juga tampan rupawan itu tentu saja membuat semua orang mengalihkan fokus mereka kepada dua insan tersebut. Malam ini, terasa seperti malam yang benar-benar aneh. Mereka semua seperti lupa bagaimana sosok asli Randy saat berada di sekolah. Tidak ada yang mempertanyakan tentang semua hal itu untuk saat ini. “Ini hanya perasaanku saja, apa kau memang benar-benar berubah Randy?” tanya Camelia. “Eh... benarkah? Aku rasa aku tidak banyak berubah. Aku hanya mengubah penampilanku saat sekolah menuju ke sini. Aku rasa, pemilik toko baju itu benar-benar pintar memilihkan baju untukku...” “Kalau begitu masuklah. Pesta ini tidak akan ramai bila tidak ada dirimu kan...” Randy diantar untuk masuk ke dalam rumah Camelia secara langsung. Dan hal selanjutnya, adalah hal yang biasa dilakukan oleh anak muda saat berada di dalam pesta. Randy mulai menari, mengikuti alunan DJ yang bergema mengelilingi ruangan. Meminum minuman keras walaupun memuntahkannya saat pertama kali meminumnya. Teman-teman yang baru saja dia kenali malam ini entah kenapa bertingkah dengan sangat baik dan sopan kepadanya. Sampai pada akhirnya, pesta mulai sedikit reda. Camelia mengajak Randy untuk pergi ke taman belakang rumahnya itu sekarang ini. “Randy, aku tidak menyangka kalau kau adalah anak yang sungguh sangat asyik saat berada di dalam pesta... Seandainya aku mengenalmu lebih awal...” “Tidak ada kata terlambat untuk mengenalku Camelia. Kau bisa menemuiku dan berteman denganku besok kan?” “Ahh... ya... kurasa...” Tiba-tiba, sebuah alarm berbunyi. Kembang api dinyalakan. Rona api khusus bertuliskan angka 17, tanda kalau Camelia sudah bertambah umur sekarang ini. “Ah... Sudah jam 12 tepat. Selamat ulang tahun Camelia. Aku sangat bersyukur kau telah mengundangku ke dalam pestamu ini...” “Iya sama-sa—“ Sebelum Camelia membalas ucapan terima kasih Randy. Tiba-tiba kepala Randy menjadi begitu pusing. Matanya berkunang-kunang. Suara di sekitarnya juga menjadi terlalu bising. Randy lupa, kalau dia harus kembali sebelum jam 12 malam. Sampai akhirnya, saat Randy membuka matanya, dia melihat darah menempel dengan sangat banyak di tangannya. Dia pun baru sadar, kalau seluruh tubuhnya berubah menjadi penuh bulu. Tangannya berubah menjadi cakar, dan kakinya berubah menjadi kaki mirip seekor hewan Dia melihat, banyak sekali tubuh berserakan di tanah. Bagian tubuh tercerai berai kemana-mana sampai kolam menjadi berwarna merah pekat sekarang ini Randy tak melihat sosok Camelia dimana-mana, bahkan mungkin, tidak ada siapa-siapa yang selamat di rumah ini. Suasana yang seharusnya ramai, menjadi benar-benar sepi. Hanya belalang dan juga jangkrik menemaninya dalam kesunyian itu Malam yang benar-benar mengerikan bagi seorang Randy, berpikir kalau kehidupannya akan benar-benar berubah menuju ke arah yang lebih baik. Namun nyatanya, itu semua berubah menjadi begitu buruk “Cameliaaa!!!” Teriak Randy di rumahnya tersebut. Beberapa serigala di dalam hutan ikut melolong seraya Randy berteriak. Randy, telah berubah menjadi seorang manusia serigala....

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD