30

1186 Words

        Ben memeluk Nana, keduanya berada di dalam hotel. Ben terlihat melamun sedangkan Nana sudah kembali terlelap. Rahasia sebesar itu selama ini di simpan kedua orang tuanya dengan baik. Jelas saja Ben marah, apalagi soal donor jantungnya. Ben semakin mengeratkan pelukannya, Ben tidak ingin kehilangan Nana. "Sesak.." lirih Nana membuat Ben sontak melepaskan pelukannya. "Maaf.." bisik Ben, memeluk kembali Nana dengan hangat. Nana membuka matanya yang sembab, terlihat sudah mulai tenang walau sedih masih saja ada. Sang adik yang mengutarakan isi hatinya lewat Ben sudah cukup membuat jiwanya tenang walau tidak mungkin untuk bisa melupakan rasa sakitnya hari itu. "Ben, kenapa di sini? Kamu berantem sama orang luar?" Ben mengusap rambut merah milik Nana itu dengan senyum kecil. Dia

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD