Gedung Sanggar Seni Momoa(SSM)..
“Ahh.. akhirnya.” Seru Febby.
“Kantin yuk.” Ajak Karina pada ke tiga sahabatnya itu, Febby, Anggun dan Ruby.
“Ayok lah.. cacaing-cacing diperutku sudah protes nih.” Balas Febby mendekat kearah Karina di depan meja Ruby dan diikuti Anggun kemudian mereka keluar ruangan menuju kantin kantor.
***
Sesampai kantin 4 sahabat itu menggambil tempat untuk menikmati hidangan yang akan tersaji.
“Selamat siang kak, mau pesan apa?”
“Seperti biasa ya.” Jawab Karina.
“Maaf kak, disini sekarang ada menu baru. Kaka semua tidak mau coba menu baru disini?”
“Menu baru?” tanya Anggun yang diangguki oleh waiter itu.
“Iya kak. Ada menu makanan khas Jepang. Okonomiyaki, Kari Seafood, Ramen dan ada Takoyaki juga.” Ucap Waiter itu.
“Wah ternyata disini selain makanan Indonesia udah ada makanan khas Jepang juga ya, dan semua seafood aku suka.” Ucap Anggun dengn wajah berbinar dan terlihat antusias ingin mencobanya..
“Biasa saja tante mukanya.” Jawab Febby.
“Syirik aje lo tong.” Sungut Anggun.
“Jadi rindu kampung halaman.” Ucap Febby.
Ya! Febby salama ini tinggal ditanah kelahirannya, Jepang. Hingga 3 tahun yang lalu dia memutuskan untuk sepakat dengan tawaran papanya.
Febby sedari SMA memiliki cita-cita berkecimpung didunia seni dan sebagai Penulis n****+. Tetapi selalu ditentang oleh papanya, karena papa Febby hanya ingin anak lelakinya fokus pada dunia perbisnisan, menjadikannya sebagai penggantinya kelak. Jadi, wajar saja jika Febby menyembunyikan identitasnya sebagai penulis yang hasil karyanya selalu dinanti-nantikan penggemarnya dan selalu dielu-elukan khalayak ramai.
Selain seorang penulis dan pendiri Children’s Home, tentu Febby sekarang merupakan CEO di Perusahaan cabang milik papanya di Indonesia. Karena kesepakatan yang Febby dan papanya amil 3 tahun yang lalu. Saat papanya akan menjadikannya CEO di Jepang dan papanya akan pindah mengurus perusahaan di Indonesia, tapi Febby lebih dulu mengajukan keinginnnya yang ingin tinggal di Indonesia lagi seperti pada saat usianya 12tahun Febby yang pernah tinggal selama 6bulan. Keinginan papa Febby dari dulu agar anak lelakinya bisa menjadi penerusnya yang dapat diandalkan. Menunggu pertimbangan papanya yang buka suara ingin menjadikannya CEO, Febby mengajukan syarat bahwa dia akan menjadi CEO tapi bukan di Jepang melainkan di Indonesia.
Febby dapat masuk dan bekerja bersama mereka karena memiliki bayak sertifikat penghargaan yang dia miliki saat SMA dan Kuliah dulu dia pernah ikut group Teater yang terkenal di Jepang, dengan pertimbangan akhirya dia diterima bekarja di Sanggar. Tentu saja bukan tanpa alasan karena dia ingin lebih dekat dengan Lily Delima atau Ruby Dianty. Hanya Ruby juga yang tahu, Febby seorang penulis.
“Ya udah balik sana ke planet lo, dan jangan muncul lagi.” Sungut Anggun.
“Apaan sih lo Angle.” Dengus Feby.
“Emh.. Bagaimana kalau kita pesan Ramen saja dengan toping ceker ayam?” aju Ruby.
“Boleh.” Jawab Karina.
“Ramen Toping ceker ayam level 10 dan es lemon masing-masing 4porsi.” Ucap Karina pada waiter itu.
“What?!” pekik Febby, Ruy dan Anggun bersamaan. Karina tersenyum menunjukkan deretan giginya.
“Kita buat challenge.” Ucapnya.
“Challenge?” tanya Febby bingung akan buat challenge seperti apa.
“Ya.” Jawab Ruby singkat.
“Tapi, aku yang harus menentukan challengenya, oke?” ucap Karina meminta persetujuan.
“Oke.” Jawab Febby,Ruby dan nggun bersamaan.
“Oke, jadi challenge nya, jika kalian tidak sanggup menghabiskan semangkuk Level 10 itu artinya tahun baru kalian harus berlibur denganku kelilingi Lampung.” Ucap Karina antusias sambil berdiri dari duduknya dengan tangan kiri di pinggang dan tangan kanan memutar.
“Hanya itu?” tanya Febby
“Tapi selama satu minggu. Jadi, Ruby tidak ada pulang ke Benkulu, dan Febby ke Jepang dan Anggun berlibur tahunan dengan keluarga. Tidak ada. Bagaimana?” tayanaya.
“Aaagh.. licik diantara kita berempat siapa yang sanggup makan pedas?!” seru Anggun.
“Wah.. ini pemaksaan. Haha!” tambah Febby.
“Tapi, aku harus pulang ke Bengkulu Bee.” Ucap Ruby.
“Tidak bisa! Kalian berempat temani aku berlibur.” Tolak Karina. “Febby laporan tahunanmu pada papamu sudah selesaikan?” tanyanya pada Febby.
“Ya sudah sih.” Jawab Febby.
“Jadi kau setuju ikut denganku?” tanya Karina memastikan.
“Tergantung.” Jawab Febby.
“Maksudnya?” tanya Karina bingung.
“Jika Ruby dan Anggun ikut aku juga.” Tegas Febby.
“Ruby.. Anggun..Pleace!!” Mohon Karina merengek.
Waiter pun datang menyajikan Ramen dan Es Lemon yang mereka pesan dan menyajikannya diatas meja. Anggun meneln salivanya. Sepertiya dia lupa tadi Karina memesan level 10. Wkwkwk.
“Aku pesan Kari Seafood saja deh.” Ucap Febby yang hendak berdiri untuk memanggil waiter. Tapi langsung ditahan Karina yang terlihat nyengirdi depan wajahnya. Febby berdecak dan duduk kembali.
Febby masih mengaduk-aduk Ramennya sambil mengamati Ruby dan Karina memulai menyuapkan Ramen perlahan kedalam mulutnya, dan Anggun tampak antusis dan bersemangat menyuapi Ramennya.
Tepat saat suapan pertama masuk kedalam mulut Febby, saat itu lah suapan ke tiga Anggun tersenti dan terlihat meringis dan mata yang dipenuhi air yang sepertiny tidak ingin berhenti, meski pemilik tidk menginginkan air itu menglir.
“Huuuaaaa....” Anggun meringis. Aduh jelek sekali wajah Angle Anggunia sekarang.
Karina dan Ruby ikut meringis melihatnya, dan Febby dia terlihat meringis dan sedikit menyunggingkan senyumnya. “Enak Angle?” tanya Febby kemudian.
“Pelan-pelan saja Angle.” Ucap Ruby.
“Menyerah saja jangan di teruskan.” Ucap Karina bersemangat.
“Tidak! A..aku sanggup. Masih sanggup. Kau tahu aku dari dulu tidak mudah meyerah.” Elak Anggun.
“Bagus. Lanjutkan saja.” Ucap Febby sambil menyuapkan kembali ramennya. Karina tampak senang dan tersenyum sambil mencomot ceker ayam dan memakannya. Karina sangat yakin teman-temannya tidak ada yang akan sanggup. Ruby? Dia leval 2 saja sudah merasa pedas lihat saja sekarang, menyuapinya hanya sedikit dan suapan pertama belum habis dari mulutnya. Febby? Meski dia lelaki tetap saja dia sedari kecil tidak bisa makan pedas. Dia benci ketika harus menahan sakit perut lama. Lihat saja sekarang berulang kali menyeruput es lemonnya. Anggunian? Meski sedikit ceroboh. Sama saja tidak menyukai pedas. Lihat saja mukanya sudah merah, keringat sebesar biji jagung bercucuran dan air mata yang mengalir dengan sendirinya. Aku sendiri santai dengan menyeruput es lemon ku setelah menyantap ceker ayam itu.
“Sudah. Jangan diteruskan.” Ucap Ruby tiba-tiba melihat Angle Anggunia yang menghirup dan mengeluarkan udara dari mulutnya.
“Karina.” Pekik Anggun. Karina mengangkat kepalanya begitu juga seisi kantin melirik kearah Anggun. “Kau.. kau sangat jahat sekali. Makanan seenak ini kau beri sambal leval sepuluh.” Protesnya samil meringis kepedasan.
“Namanya juga challenge.” Kilah Karin yang menyunggingkan senyumnya. “Jangan teriak-teriak lagi nanti kau kehabisan Energy. Lihat wajahmu sekarang, sangat jelek.” Lanjutnya.
“Aku tidak peduli.” Rajuk Anggun. Memanggil waiter dan menyuruh waiter itu untuk mengganti mangkuk Ramennya.
Febby berdecak. “Aku tidak mu merusak usus dan lambungku.” Ucapnya kemudian dan melakukan hal sama dengan Anggun. “Kau hrus bayar 2 mangkuku.” Imbuhnya.
“Mangkukku juga. Kau harus bayar. Aku tidak bisa memakan ini. Ini sudah bukan makanan. Apa masih ada level selanjutnya?” tanya Anggun.
Karina mengedikkan bahu acuh dan mendorong mangkuknya dan mangku ramen milik Ruby. Tepat ketika waiter datang. Mereka memesan ramen ulang dengan level masing-masing.
“Lain kali jangan seperti ini untuk memaksa.” Omel Febby.
“Ihh kan aku sudah bilang. Namanya juga Challenge!” kilah Karina. Ruby menghela nafas.
“Ya sudah. Kita sepakat ikut kamu untuk berlibur.” Sela Ruby.
Seketika itu juga mata Karina berbinar.
“Tapi, kau yang menanggung segala kebutuhan kami bertiga.” Ucap Angle Anggunia final yang diangguki Febbydan Ruby.
“O.. oke oke. Tidak masalah. Kecil hanya soal itu mah.” Ucap Karina. “Jadi kita sudah sepakat ya. Fix?” Karina memastikan.
Febby, Ruby dan Anggun mengangguk pasti dan..
“FIX.” Kompak mereka bertiga pada Karina tersenyum sumringah.
***
Disaat 4 sahabat itu sedang menikmati Ramennya. Terdengar jeritan yang meminta perhatian dari sang pemilik, Karina. Tentu saja sebuah gawai. Sigap Karina mengangatnya hingga terdengar sebuah suara lembut dari seberang.
“Halo Te..” sapa Karina.
“Halo, Assalamualaikum Karina sayang.”
“Ya. Walaikumsalam.”
“Karin sayang. Bisa sepulang kerja mampir ke Vila Tante sayang?” tanya Rani.
“Bisa Te. Karina akan mampir ke.” Jawab Karina.
“Oke. Terima kasihsayang. Tante tungu ya.”
“Oke Te.”