Part 6. Penyelamat hidup atau justru penghancur ?

1020 Words
Tapi botol itu malahan jatuh di belakang lemari seakan sudah tidak diperlukan lagi. Atau, memang ada seseorang yang berusaha menyingkirkan botol itu. Sachi menggeleng beberapa kali. Terlalu banyak misteri dalam peristiwa berdarah itu. Hal yang tidak mungkin terjadi, menjadi fikirannya kini. Sachi tahu, untuk mengungkap kejahatan ia harus memahami otak pelaku itu sendiri. Ia tidak bisa membawa perasaan hanya karena Luke suami-Delia, lantas pria itu tidak mampu membunuhnya. Berapa banyak kasus kekerasaan yang terjadi dan pelakunya adalah orang terdekat korban. Kumpulan orang yang seharusnya jadi tempat berlindung korban. Seperti orangtua ataupun pasangan Ia kembali membalikkan album foto. Benaknya tergelitik untuk berfikir.., bagaimana kalau jalan-jalan sekitar taman yang sepi sesungguhnya bukan keinginan Delia. Tapi ini permintaan Luke. Mungkin Luke mengalami demam panggung jika banyak orang disekitarnya. Dan sebagai istri yang baik, Delia cuma menemaninya. Tapi ada saatnya ia juga bosan ada disana, jadilah foto terakhir yang menunjukkan wajah Delia cemberut Sachi memejamkan mata sebentar, sungguh hal ini sangat menekan bathin dan fikirannya. Supaya tidak berlarut dalam kegalauan. Ia jadi berniat membawa album foto. Tapi baru sampai ambang pintu ia kembali ragu "Tunggu, kalau aku bawa. Yang ada disangkanya aku menghilangkan barang bukti. Dan itu pastinya akan menyulitkan aku," karena fikirannya. Sachi kembali meletakkan album foto itu. Tapi sebelumnya pergi ia menyemprotkan cairan penghilang sidik jari Sachi kembali mengendap. Ia tidak mau sampai para polisi mengetahui aksinya ini. Sesampainya di luar, ia langsung melajukan mobilnya kencang *** Setengah jam kemudian ia sampai di kantornya. Sachi ingin menyakinkan dirinya kalau anggapannya benar. Ia mulai mencari tahu siapa Luke sebenarnya. Sebuah kolom pencarian dipenuhi oleh wajah dan tentang Luke. Tapi sayangnya semua artikel yang tersedia cuma menunjukkan prestasi pria itu. Di ketahui, ia adalah lulusan terbaik di kampusnya. Juga sempat bekerja di salah satu perusahaan dengan kinerja yang amat memuaskan. Luke dicap sudah bisa memajukan nama perusahaan. Namun anehnya tiga bulan setelah berita itu, dikabarkan posisi Luke digantikan oleh orang lain. Bukankah itu aneh? Orang terampil yang dianggap bisa memajukan perusahaan malah di gantikan secepat itu. Mestinya ia jadi salah satu aset perusahaan, bukan? Sachi semakin bingung dibuatnya. Sebenarnya siapa Luke? Apa yang ia tutupi selama ini? *** Sedang Luke kini sedang meringkuk ketakutan. Ia sampai bersembunyi di bawah selimut karena ia merasa hantu Delia bisa mengejarnya sampai sini. Sejak tadi ia terus merancau nama Delia, meminta maaf atas ketidak sengajaannya menikam punggung Delia dengan sebilah belati, dan itu membuat Serin muak. Ia terjongkok di samping Luke Sayang, kita sudah membunuh Delia?" ucap Serin bahagia. Ia tersenyum puas. Perlahan Luke membuka selimut yang menutupi wajahnya "Kita membunuh Delia?" ulangnya. Serin mengangguk yakin. Diambilnya tangan Luke "Kamu menusuknya dengan tanganmu ini," ia memandang jari jemari Luke yang masih bersimbah darah. Seraya memuja, Serin menjilati darah yang masih menempel itu "Ah," Luke menarik tangannya risih. Itukan darah Delia yang muncrat. Mengapa Serin malah menjilatinya Ia bangun, Luke ingin tahu keadaan Delia. Bagaimanapun ia masih menyayangi Delia dan sangat takut terpisah olehnya "Kau mau kemana, Luke?" hardik Serin. Ia tidak suka selalu menjadi nomor dua. Luke bilang, dia mencintai Serin juga. Tapi pria itu tidak pernah menunjukkan rasa cintanya ke Serin. Luke malah terus memperlihatkan rasa sayangnya ke Delia. Sampai ia rela melakukan apapun, bahkan Luke masih punya rasa iba ketika melihat Delia jatuh tersungkur di lantai "Aku.., aku, aku harus melihat Delia. Aku mau minta maaf sama dia. Pasti Delia memaafkan aku," ucapnya dengan tangan bergetar takut. Serin menggeleng lantas menghampiri Luke Ia menyentuh bahu Luke "Delia sudah mati, dia tidak bisa lagi menjawab semua perkataanmu. Jangankan memaafkan, Delia bahkan tidak bisa lagi memelukmu," lirih Serin agar Luke sadar dirinyalah satu-satunya wanita yang akan terus ada di hidupnya. Hentikan fikiran konyol untuk bisa bersama Delia. Karena yang sudah pergi, tidak akan mungkin kembali Tapi Luke menggeleng tidak suka. Tidak, Delianya belum mati. Tadi dia hanya gak sengaja menempelkan pisau itu ke belakang badan Delia. Jadi gak mungkin Delia mati "Aku mau melihat Delia langsung," ucap Luke yakin. Serin menyinggulkan senyum miring. Pria itu ternyata betul-betul gila. Parahnya ia terlanjur mencintai Luke, mencintai lelaki beristri yang membuatnya harus sabar selalu berada di prioritas kedua dalam hidup Luke. Cinta yang membuat ia rela mengikuti semua jalan fikiran Luke. Jika pria itu sedang datang jahatnya, Serin bahkan rela dipecut oleh Luke. Ia tidak akan mengeluh sedikitpun. Cintanya beda dengan cinta Delia yang terus-terusan berusaha membuat Luke jadi berubah. Serin menganggap Delia tidak tulus menerima Luke apa adanya. Delia membutuhkan perubahan sementara ia menerima segalanya, lengkap dengan kekurangannya Seharusnya dengan pengorbanan sebesar itu. Luke akan melihatnya, meninggalkan Delia untuk hidup bersamanya. Nyatanya, Luke tidak pernah membalas cintanya sedalam itu. Ia malah jarang dianggap ada oleh Luke. Luke yang dulu dan kini masih milik Delia, meski raganya terbagi. Tapi hatinya selalu untuk sang istri Serin menarik tangan Luke. Ia murka, marah, kesal dan kecewa. "Kenapa selalu Delia, Luke?" protes Serin hambar. Kalau ini soal anak, ia bisa kok melahirkan anak untuk Luke asal Luke bilang ia menginginkannya saja Luke memandang Serin. Mengapa wanita itu marah, sejak dulu ia,'kan tahu. Dirinya sudah dimiliki oleh orang lain. Waktu itu Serin bilang tidak masalah jadi nomor dua. Tapi kini ia mulai protes. Hm, merepotkan saja Luke mengelus surainya. Ia mulai merasa tidak tahan dengan rengekkan Serin. Tapi Serin seolah tidak mengerti ia terus merajuk agar Luke tetap disini "Kau tahu,'kan. Delia itu licik, ia mau kamu berubah, dia tidak ingin menerima dirimu dengan utuh Luke. Tapi aku," Serin memasang wajah penuh harap Di wajahnya terhias senyum lembut yang terus ia tujukan untuk Luke. Sedang jemari kurusnya menari di d**a Luke "Aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu. Sepenuh hatiku," kata manis itu terucap, semestinya Luke membalasnya dengan rangkulan ataupun kecupan hangat di keningnya. Tapi yang terjadi detik berikutnya justru sangat berbeda. Yah, Luke menampar pipi Serin keras. Membuat kulit sebening zaitun itu jadi memerah. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Serin terpelanting begitu saja mengingat bagaimana kerasnya Luke menampar pipi kanannya "Iisshh," ringisan keluaran dari bibir Serin. Entah ini tamparan berapa puluh kali yang ia dapat semenjak mengenal Luke Sayangnya hatinya juga tidak mampu berpaling. Luke bukan cuma pasangan selingkuh bagi Serin tapi ia juga sudah menjadi penyelamat hidupnya. Yah, setidaknya itu yang Serin rasakan waktu dulu...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD