Part 18

2029 Words
Part 18 "Jadi selama ini kamu sering diteror? "setelah mendengar penjelasan dari anaknya, Vely memeluk putra kesayangannya dan menangis. " Kenapa baru cerita sama bunda? Kenapa kamu pendam sendiri nak? "tanya Vely dengan nada yang menggebu-gebu. " Devan gak mau nyusahin bunda, bunda sudah bekerja keras untuk kebahagiaan Devan. Devan gak mau merepotkam bunda lagi. " Vely menangkup wajah anaknya lalu berkata," Bagaimana pun juga bunda harus tau nak, bunda gak mau kamu kenapa-napa. Hanya kamu yang bunda miliki sayang. " " Maafin Devan bunda, tapi Devan gak mau kalau bunda juga ikut diteror. " " Nak kita bisa cari bantuan seseorang untuk mengetahui siapa peneror itu. " " Devan juga akan berusaha mencari peneror itu. " " Sini peluk bunda! "Devan pun memeluk bundanya dengan penuh kasih sayang apalagi Vely yang sangat menyayanginya. 'Ini semua gara-gara kamu mas, kamu yang membuat anakmu menjadi makin terpuruk. Aku semakin membenci dirimu. 'jerit Vely dari dalam hatinya. Beberapa menit kemudian... "Masak apa bunda? "tanya Devan yang baru saja selesai mandi dan sekarang laki-laki itu hanya memakai celana boxer serta handuk kecil yang di kalungkan dilehernya. Devan berjalan ke arah dapur dan mendapati bundanya tengah sibuk menata makanan di atas meja makan. " Bunda masak spesial untuk anak bunda yang paling tampan. "Vely tersenyum lebar melihat anaknya yang baru saja selesai mandi. " Wah ada nasi gorang sea food nih? "Devan menatap berbinar makanan kesukaannya dan dengan cepat ia duduk di kursi ruang makan. " Oh ya kamu ulangannya kapan? "tanya Vely pada Devan yang tengah menyantap nasi goreng buatannya. " Minggu depan bun. " " Semua pembayaran buku dan lain-lain sudah beres kan? "tanya Vely lagi sembari membuatkan s**u cokelat hangat kesukaan Devan. " Sudah bun. " " Kamu kalau sekolah punya teman cewek kan? "tanya Vely dengan hati-hati takut jika pertanyaannya sensitif bagi Devan. " Punya bun. "Devan menjawab apa adanya yang mana memang sebagai ketua pmr, ia memiliki teman yang banyak bahkan hampir seluruh sekolahan mengenalinya karena dirinya sangat aktif dibidang kesehatan apalagi jika ada kegiatan yang mengharuskan adanya pmr di kegiatan itu. " Jangan lupa ya, ikut bunda besok ke rumah teman bunda." "Jadi Devan bakal dijodohin bun? "tanya Devan. " Kamu ingin melepaskan temanmu atau tidak? " " Mau bun. " " Turutin kata bunda. Jangan membantah nak! "ucapan tegas dari Vely membuat Devan harus menurutinya. 'Andai Fio masih bisa mengenaliku mungkin aku bisa berubah jadi cowok straight' batin Devan dalam hati. Devan menghela napasnya panjang, dulu saat masa kecil dirinya memang sudah tertarik pada teman masa kecilnya itu tapi ia mengira jika itu hanya perasaan tertarik saja namun lama kelamaan perasaan tertarik itu berubah menjadi cinta. Cinta pertamanya adalah dia, gadis cantik yang dulunya memiliki kedua pipi gembul kini menjadi gadis remaja serta selalu memasang wajah garang ketika berhadapan dengannya. 'karenamu, aku mempunyai keinginan untuk berubah' ... "Fio kemarin lo pulang tiba-tiba kenapa sih? "Resha menghampiri Fio yang tengah sibuk mengerjakan tugas dan itupun menyontek tugasnya. " Emm itu gue bantu orang sakit. " " Tumben lo baik sama orang? "tanya Resha heran. " Emang gue baik salah gitu? " " Ya gimana ya, lo kan selalu jahat sama orang. " " Itu tandanya lo cuman lihat sisi buruk sifat gue."sarkas Fio tanpa menoleh ke arah Resha. "Emm ya maaf, Resha kan cuman ngomong apa adanya. Fio aja pernah bentakin Kenzo gitu. " Hening Kini Resha sesekali menatap jendela kelasnya tuk menunggu seseorang yang katanya akan menghampirinya ke kelasnya saat istirahat tiba. " Kok Kenzo lama ya? "Resha berbicara sendiri saat menatap luar kelas lewat jendela kelasnya. Fio melirik ke arah Resha saat mendengar nama 'Kenzo' terucap dimulut gadis berkaca mata itu. " Mana mungkin tuh cowok sekolah, kalau sekolah? Nekat banget dia, "batin Fio sambil mengedikan bahunya tak acuh. " Kenzo! "pekik Resha senang ketika melihat Kenzo tengah berdiri di ambang pintu kelas. Beberapa siswi yang tau ada sosok kapten basket berada di sini pun memekik kegirangan walau Kenzo hanya memasang wajah yang tak ramah sama sekali. Fio pun langsung menatap ke depan melihat Kenzo yang sok coolnya sambil bersedekap d**a tengah berdiri di ambang pintu kelas dan yang membuat Fio langsung gelapan adalah saat Kenzo menolehkan pandangannya ke arahnya serta tatapan intens itu mampu melemahkan Fio di tempat dirinya duduk. Fio langsung menundukkan kepalanya dan melanjutkan mengerjakan tugas walau sesekali dirinya harus menuliskan kata salah di atas kertas putih bukunya itu. Kenzo mampu membuat dirinya kehilangan kefokusannya. "Kenzo kamu pakai seragam lengan panjang yah? Emang boleh sama guru tatib? "tanya Resha kala melihat pakaian yang dipakai Kenzo tidak seperti biasanya. " Seragam gue belum dicuci. " " Oh gitu, kita jadikan ke perpus? "tanya Resha dengan nada yang riang. Beberapa siswi ada yang merasa iri pada Resha yang bisa berbincang dengan Kenzo apalagi dihampiri oleh Kenzo sendiri di kelas. Kenzo terlihat menganggukkan kepala lalu keduanya pergi meninggalkan kelas ini. Fio menghela napasnya lega saat cowok songong itu sudah pergi tapi tak lama ia melihat layar ponselnya yang diletakkan di atas meja menyala membuat ia langsung mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Kenzo Jam 12, gue tunggu di taman belakang sekolah Fio merengut kesal membaca pesan dari Kenzo, ia sebenarnya sudah tak mau lagi berdekatan dengan cowok itu. "Bodo amat, gue ke sana nelat aja! " ... " Noel! "teriak seorang gadis remaja sedang menaiki anak tangga menuju lantai dua dan berusaha mengejar langkah kaki sosok laki-laki yang tak jauh darinya. Laki-laki remaja berkaca mata itu menghentikan langkah kakinya kala mendengar suara teriakan dari seseorang yang dikenalinya. "Bella? "Noel menatap terkejut pada gadis cantik yang terlihat ngos-ngosan itu. " Haduh, lo kalau jalan cepet banget sih. "Bella terlihat lelah mengejar langkah kaki Noel sedari tadi. " Emang ada apa lo ngejar gue Bel? " Bella menatap sekitar koridor sini yang nampak sepi dan hanya satu dua atau tigas orang siswa yang berlalu lalang di sini. " Kita ngobrol di sana yuk! "ajak Bella menuju tempat duduk depan ruang seni yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. " Oke. " Ketika mereka berdua sudah duduk di tempat itu kemudian Bella langsung mengeluarkan suaranya. " Lo beneran kan suka sama Siska? "tanya Bella yang tiba-tiba wajahnya berubah serius. " Gue... " " Lo kenapa bingung sendiri? Kalau lo memang suka sama Siska, lo gak bakal jawab ragu-ragu seperti ini. " " Bukannya gue ragu cuman Siska gak suka sama gue. Gue gak mau maksa Siska suka sama gue, Bella." "Tapi lo harus berjuang dong buat dapetin hatinya Siska, masak cuman karena Siska gak suka sama lo. Lo nyerah gitu aja sih. "Bella menatap Noel kesal. " Siska itu suka sama kakak tirinya yang mana itu pacarnya sedari dulu. " " Justru itu lo harus bisa dapetin hatinya Siska. " " Lo kenapa sih Bel? Kayak ngebet gitu ingin gue dapetin Siska. " " Sebenarnya ada sesuatu yang membuat gue pengen banget lihat Siska bahagianya sama lo bukan Nico. "Bella tau semua tentang Siska yang mana itu ia adalah sahabatnya. " Sesuatu? " " Ya ini lebih seperti rahasia, intinya gue minta lo harus bisa deketin Siska walau Siska masih belum suka sama lo. Gue yakin Siska akan suka sama lo, temen gue itu gengsinya tinggi El. " " Gue udah tau kok sifat Siska kayak gimana. Oh ya, kata kepsek hanya Siska saja yang diberi hukuman skors selama tiga hari? " " Iya El, padahal gue juga harusnya dihukum malah Siska saja yang dihukum. Tapi gimana lagi ya, gue gak bisa bantah kalau ada bonyok gue di ruang kepsek. " " Gue jadi kepikiran sama Siska Bel, emang bokap Siska segalak itu ya? " " Biasalah kalau orang chinese itu memang tegas orangnya. Tapi gue juga merasa iba sama Siska, dia memang dari dulu ditekan terus sama bokapnya. Harus jadi penerusnya intinya. " " Apa bokapnya Siska itu sibuk Bel? " " Iya, bokapnya Siska itu sibuk banget. Hampir jarang di Indonesia El, gue kasihan sama Siska yang sebenarnya kurang kasih sayang apalagi ditambah dirinya yang ketahuan pacaran sama Nico yang notabenenya sudah jadi kakak tirinya. Mama tirinya makin membenci Siska saat tau akan hal itu dan yang gak gue suka sih Nico Nico ini juga laki-laki b******k El. "kedua tangan Bella terkepal kuat mengingat kekasih Siska alias kakak tiri temannya itu memiliki sikap yang kurang baik. " Kenapa sama kak Nico? " " Lo gak usah manggil dia dengan sebutan Kak deh, kalau lo tau sifat aslinya Nico. Lo pasti bakal punya niatan ingin ngelindungi Siska dari Nico itu. " " Apa ini yang lo maksud, gue harus dapetin hatinya Siska? " " Ya begitulah, tolong ya El. Jangan nyerah sama perasaan, lo harus berjuang dan gue yakin suatu saat kebahagiaan datang menghampiri lo apalagi lo juga sudah lama suka kan sama Siska. " " Gue akan berusaha Bel, terima kasih lo udah buat gue berubah pikiran. "Noel tersenyum menatap Bella yang juga tersenyum menatapnya. " Sama-sama El, good luck ya! "walau hatinya merasakan sakit tapi ini semua demi kebahagiaan sahabatnya. Bella memang menyukai Noel sejak dari dulu namun melihat ketulusan Noel mencintai Siska, ia rela sakit hati demi sahabatnya. Siska benar-benar membutuhkan sosok Noel di sampingnya. " Yaudah gue mau balik dulu ya! " " Oke! " ... " Makasih lho ya, udah mau rekomendasi beberapa novel yang bagus untuk aku. " " Hmm. " " Ishh Kenzo dari tadi kenapa sih diajak ngomong ham hemm mulu jawabannya kan Resha bosen dengerinnya. " " Gak usah didengerin lah, ribet amat! "ucapan ketus terlontar begitu aaja membuat Resha langsung menghentikan langkah kakinya. " Kenzo kok gitu sih sama Resha, "ucap Resha membuat Kenzo pun berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya menatap lurus ke arah Resha. " Kenapa sih lo jadi lebay gini, kemarin-kemarin lo gak gini. "Kenzo nampak risih ketika harus mendengar ocehan tak jelas dari Resha. Ia tak suka dengan kebisingan apalagi ia juga masih belum terbiasa dekat dengan perempuan. "aku lebay gini juga butuh perhatian dari kamu." Sebenarnya Resha ingin menjawab kalimat itu tapi melihat Kenzo yang sedang mode buruk membuatnya tak jadi mengatakan itu. "Yaudah deh Resha minta maaf kalau sering ngoceh. "Resha menundukkan kepalanya sambil menggerakkan kedua kakinya untuk menimalisir rasa gugupnya ketika merasakan jika Kenzo berjalan mendekatinya. Dari kejauhan sana sosok yang dirindukan tengah berdiri dan menghadap ke arah lantai dasar. Kenzo melihat jika Devan sedang berdiri sendiri sambil kedua matanya fokus ke lantai bawah yang dimana memang di koridor ini lantai dua. Kenzo yang merasa penasaran apa yang membuat Devan tersenyum sendiri di sana, langsung menolehkan pandangan ke samping kiri. Di sana di bawah pohon besar terlihat Fio tengah duduk sendiri sambil mendengarkan musik lewat earphone ditelinganya serta sibuk dengan ponselnya. Kenzo kembali menatap Devan dengan kedua tangannya yang terkepal sangat kuat dan mengabaikan rasa linu dilenganya yang masih proses penyembuhan itu. Kenzo menatap tajam Devan, hatinya merasa terluka sangat sangat terluka mengetahui jika Devan ternyata bisa begitu mudahnya move on darinya. Resha mengernyit heran kala merasa jika Kenzo hanya berdiri saja di hadapannya lalu ia melirik kedua tangan Kenzo yang tengah terkepal kuat membuat dirinya langsung mendongak ke atas melihat Kenzo yang tengah menatap lurus ke depan. Resha pun ikut memandang apa yang membuat raut wajah Kenzo sedih dan ternyata sosok yang pernah ia temui tengah berdiri tak jauh dari tempat mereka berdiri. Resha menatap Kenzo kembali dan pikirannya pun melayang atas ucapan Fio yang lalu. "Apa benar yang diucapkan Fio itu bukan khayalan, apa benar jika Kenzo itu lelaki.... "Resha menerka-nerka di dalam hatinya tapi tubuhnya tiba-tiba tersentak ketika merasa tangannya ditarik kuat oleh seseorang yang ternyata Kenzo, orang yang menarik tangannya. " Kenzo ada apa? "Resha panik melihat Kenzo tiba-tiba memeluknya dikoridor yang nampak ramai ini. " Maafin gue yang tadi ya? "Kenzo tiba-tiba tersenyum menatapnya bahkan suara laki-laki juga melembut beda seperti biasanya. " Aku gapapa kok. "jantung Resha berdegup sangat kencang ketika merasakan d**a bidang Kenzo menepel dengan wajahnya. Tanpa diketahui oleh Resha jika Kenzo melakukan itu mempunyai maksud tujuan tertentu. Di sana Devan terlihat melambaikan tangannya pada Kenzo tapi Devan tiba-tiba terdiam walau bibirnya masih melengkungkan senyumannya lebar kala melihat Kenzo memeluk seorang gadis. "Semoga Kenzo memang benar-benar bisa berubah, siapa pun gadis itu yang bisa membuat Kenzo berubah. Gue sangat berterima kasih banget. "gumam Devan dari sana. Kenzo menatap sinis ke arah Devan dan di dalam hatinya ia berkata," lo buat gue sakit hati dan tunggu saja gue bakal buat lo sakit hati seperti apa yang gue rasain saat lo suka sama cewek itu. " Kenzo melirik Fio dari atas dan tersenyum misterius yang pastinya memiliki maksud tertentu. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD