Part 22

2536 Words
Part 22 "Ternyata Devan telah tumbuh menjadi lelaki tampan ya? "Karin menatap kagum paras wajah Devan, teman masa kecil anaknya itu. " Devan tuh kamu dipuji sama tante Karin, kamu ingat tante Karin kan? "tanya Vely pada sang anak yang masih terdiam. " Sedikit bun. "Devan tersenyum merasa tak enak pada mamahnya Fio. Devan masih tak menyangka tentang semua ini tapi perasaan senang meluap begitu saja hingga dirinya tak berhenti untuk menyunggingkan senyuman lebar dibibirnya sesekali mencuri pandang ke arah Fio yang tengah duduk termenung mungkin Fio berusaha mencerna apa yang terjadi sekarang ini. "Kok kalian diam-diam gini, dulu kalian itu saling ngoceh dan gak bisa diem lhoh. "Karin merangkul Fio yang berada di sampingnya. " Ma, Fio ke belakang dulu ya. "Belum mendapat persetujuan dari sang mamahnya, Fio sudah pergi menuju halaman belakang rumah. " Lhoh ini anak ya. "Karin menggelengkan kepalanya melihat sifat anaknya seperti itu. " Devan kejar sana Fionya, kamu gak kangen gitu? " " Hmm, apa boleh tante? "tanya Devan pada Karin. " Boleh, biasanya Fio suka ke halaman belakang. " " Devan permisi dulu kalau gitu. " Karin tersenyum dan menganggukkan kepalanya melihat Devan berjalan menuju halaman belakang rumahnya. " Gak nyangka ya ternyata kamu nambah lagi,"ujarVely kala tadi sempat melihat anak kecil berusia tiga tahunan yang digendong Karin. "Yahh namanya rejeki dari Tuhan Vel, jadi terima aja. "Karin tersenyum Mereka pun melanjutkan obrolan berdua bersama. Karin mengenal Vely saat dirinya dulu masih tinggal di luar negeri dan hanya Vely lah temannya di sana lalu bertemu lagi dan bertetangga. Karin bahkan tak mengenali suami Vely sebab tak pernah bertemu sama sekali. Sedangkan di sisi lain... Devan mendengar suara seseorang menangis dan itu adalah Fio. Ia melihat Fio duduk di ayunan sambil menangis membuat dirinya tak tega melihatnya. "Fio.. "lirih Devan memanggil Fio namun yang dipanggil hanya melirik sekilas ke arahnya. " Aku gak nyangka kalau aku bisa ke sini. Bundaku hanya bilang jika ingin bertemu dengan temannya dan juga perjodohan"Ucap Drvan sejujurnya. "Gue yakin pasti ini mimpi,"balas Fio yang masih belum percaya tentang apa yang terjadi. "Kenapa kamu masih tak percaya Fi? Jelas-jelas kita sudah berteman semenjak masih kecil dulu. " " Tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati gue. " " Apa Fi? "Devan berdiri di samping Fio yang masih saja memainkan ayunan. " Dan aku pun bingung sama kamu, mengapaa kamu menganggap aku mati? Segitu bencikah kamu kepadaku Fi? "Devan mengingat perkataan Fio kemarin bahkan yang lalu pun juga ingat jika Fio menganggap dirinya tiada. " intinya dulu saat gue masih TK, gue pulang ke rumah dari sekolah dan melihat jika rumah lo kebakaran. Dan katanya ada korban kalau seluruh anggota keluarga di sana meninggal. Gue yakin itu lo karena gue pernah nemuin barang kesayangan lo di depan rumah yang terbakar itu. " Devan mengernyitkan dahinya bingung lalu ia mengingat-ingat sesuatu tentang ucapan Fio tentang masa kecilnya itu. " Gue nangis dan gue juga benci sama Epan, dia ninggalin gue begitu aja. Hiks hiks, gue gak tau gimana lagi saat itu karena kata orang banyak yang bilang kalau itu Epan. Gue sedih sekaligus marah pada siapapun dan namanya juga saat itu gue masih anak-anak dan gak bisa mikir panjang lagi meskipun mama serta ayah gue bilang kalau itu bukan Devan alias Epan. "setelah mengucapkan itu Fio menghentikan ayunannya dan masih duduk termenung di sana. Bibir Devan melengkung ke atas dan membuat bentuk senyuman yang indah menawan pun berkata," Kamu salah paham Fi, itu bukan aku. " Lantas hal itu membuat Fio langsung menoleh menatap bingung padanya. " Saat itu aku sudah pergi, aku juga gak tau dulu rumah kebakaran tapi seingat aku, rumah itu sempat ditinggali oleh pembantuku dan tentang kebakaran itu korbannya adalah keluarga pembantuku di sana. Ada anak kecil juga dan sebelum aku pergi, kuberi dia mainan kesukaanku. Intinya barang-barang ku masih ada di sana. Kata bundaku, memang banyak orang yang mengira itu aku di sana tapi itu anak pembantu aku. " " Lo gak bohong kan bilang seperti itu? "Fio berdiri menghadap ke adah Devan. " Benar yang diucapkan Devan nak, tolong percayalah jika itu Devan. Teman masa kecil kamu dulu. "Vely datang bersama Karin menghampiri Devan dan Fio di belakang rumah. " Ternyata kamu masih memikirkan tentang kebakaran itu ya nak? "tanya Karin menatap sendu pada Fio. Fio mengangguk menatap mamanya yang kini tengah merangkulnya. " Itu penyebabnya kamu belum percaya sama Devan, kamu masih mengingat masa lalumu itu. " " Maklum lah Karin jika Fio masih belum percaya, dulu kan Fio masih kecil pastinya Fio begitu. " Karin menyetujui ucapan Vely yang memang benar. " Sudah sekarang jangan nangis lagi dong, udah besar kok. Yaudah mamah sama tante Vely ke dapur dulu ya, kalian ngobrol dulu kan sudah lama gak jumpa. " " Sebenarnya tante kita satu sekolahan. "Devan angkat bicara. " Sering bertemu? "tanya Karin lagi. " Sesekali mah. "Fio melirik Devan sembari menjawab ucapan mamahnya. " Yaudah yuk Vel, kita ke dapur! "Karin menggandeng tangan Vely berlalu pergi meninggalkan kedua orang yang masih saling merasa canggung. " Kalau kamu masih belum percaya sama aku, aku bisa kasih bukti besok. "Setelah lama terdiam akhirnya Devan mulai membuka suaranya. " Ah tidak usah, mungkin guenya aja yang egois. "Fio tersenyum canggung. " Kamu gak rindu aku gitu? Aku sebenarnya ingin memelukmu,"ucap Devan menatap sendu pada Fio. "Emm lebih baik kita duduk di sana aja. "ajak Devan sambil menunjuk sebuah batu besar dekat dengan kolam ikan. Ketika Devan mulai membalikkan badannya namun saat dua langkah dirinya berjalan, ia merasakan seseorang memeluk tubuhnya dari belakang. " Gue rindu lo, "lirih Fio tengah memeluknya dari belakang. Devan tersenyum lega akhirnya Fio sudah mulai percaya padanya jika ia adalah teman semasa masih kecil dulu. Lelaki remaja itu pun langsung membalikkan tubuhnya dan memeluk Fio untuk menyalurkan rasa rindunya yang mendalam pada gadis itu. "Aku juga merindukan mu. " ... " Apa yang membuat lo yakin kita berteman sejak masih berusia anak-anak? "tanya Fio pada Devan yang duduk di sampingnya. " Lo pernah merasa kehilangan barang? "tanya Devan balik pada Fio. Fio pun berpikir sejenak dan ia menjentikkan jarinya ketika teringat jika dirinya pernah kehilangan suatu barang. " Sepertinya gelang, gue punya gelang terus tengah-tengah gelang itu ada gemboknya tapi saat itu gelangnya terbuka dan gue buat gantungan kunci motor tapi saat gue pulang sekolah, gelang itu hilang. " " Kamu masih ingat kan kalau gelang itu bisa dibuka dan ditutup memakai kunci? "tanya Devan lagi. " Hmn iya, dan kuncinya itu milik lo? Benar gak? "tebak Fio. " Benar, ini gelang milik gue. "Devan merogoh saku celananya lalu memperlihatkan ke depan Fio. " Ah iya, jadi karena ini lo yakin kalau gue Fio, temen lo semasa kecil? " " Bukan itu saja, tapi aku pernah lihat kamu dijemput om Edo dan aku pun pernah saling sapa. " " Ayah gak pernah bilang ke gue. " " Iya karena aku juga bilang ke ayahmu kalau tidak usah bilang ke kamu. " " Jahat! "Fio memukul pundak Devan sedangakn tertawa pelan. " Fi gue gak pernah lihat lo pakai kalung lagi? "tanya Devan saat melihat Fio tak memakai kalung liontin yang dulu pernah ia lihat di supermarket. " Oh itu, gue lepas tadi soalnya adik gue suka narik kalung dan entah berapa kalinya gue benerin tuh kalung kalo copot gara-gara tangan adik gue yang usil. " " Lucu banget sih. " " Apanya yang lucu? " " Adik lo. " " Ishh. " Mereka kembali terdiam lagi mungkin rasa canggung dan devaju bercampur menjadi satu dalam diri dua remaja berbeda jenis kelamin itu. Fio teringat sesuatu tapi untuk bertanya pun ia merasa tak enak pada Devan dan takut menyakiti hati Devan nantinya. Devan melirik Fio yang terlihat cemas membuatnya bingung. "Kamu kenapa? "tanya Devan pada Fio. "eh gapapa kok." "Kamu kayak kelihatan cemas gitu, emang kamu mau bilang apa? " " Emm gak usah deh daripada gue ngomong trus nyakitin hati lo. " " Bilang aja gapapa kok. " Fio pun menghela napasnga tiga kali dan setelah itu ia berkata," sejak kapan lo jadi cowok gay Dev? " Devan tersentak akan pertanyaan Fio namun ia kembali mengulum senyum tipis, Devan sudah menebak jika nantinya Fio akan bertanya seperti ini. " Jujur saja tapi tolong bisakah kamu jaga rahasia? "tanya Devan memohon. " Bisa Van, "balas Fio sambil tersenyum kecil. " Aku akan menceritakan tentang sebagian masa laluku yang pahit. " Flashback on Seorang anak kecil berusia sebelas tahun tengah menutup kedua telinganya dan tubuhnya pun juga meringkuk di samping lemari pakaiannya. Ia merasa ketakutan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya yang memang sering terjadi tapi perasaan takut itu pasti menyelinap di pikirannya. Orang tuanya selalu bertengkar jika berada di rumah dan pastinya bundanya yang akan mengalah dengan memilih pergi meninggalkan rumah ini sambil menunggu ayahnya pulang. Ketika dirasa kondisi rumahnya tak bising seperti tadi, anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu langsung beranjak berdiri dan keluar dari kamarnya. Anak laki-laki itu melihat ayahnya tengah duduk santai di depan televisi ruang di ruang keluarga, pakaian ayahnya terlihat acak-acakan dan benar dugaannya jika bundanya tengah pergi dari rumah. Kala dilihat jika bundanya sudah tak ada di rumah ini. "Ayah? "panggil anak itu pada sang ayah. Lelaki muda itu menoleh manatap asal suara tadi yang pastinya itu anaknya. " Evan? Sini nak! "suruh ayahnya pada anak itu yang bernama Devan. Devan kecil itu tersenyum lebar lalu berlari kecil menghampiri ayahnya dan mengambil duduk di samping ayahnya. " Bunda pergi ke rumah temennya kan yah? " " Bundamu pergi bersama laki-laki lain nak. " " Apa? " " Bundamu selingkuh. " " Emm selingkuh itu kata teman Devan, jahat. " " Iya bundamu menikah lagi sama laki-laki lain selain ayah dan bundamu tidak akan kembali ke sini lagi. " " Bunda pergi jauh? "kedua mata Evan nampak mulai berkaca-kaca. " Iya, bundamu pergi jauh dan tidak kembali. " " Ayah bohong kan? " " Tidak, ayah tidak bohong sayang. " Setelah perkacapan singkat bersama ayahnya namun sangat menyakiti hati Devan kecil itu, kini semuanya telah berubah. Beberapa hari kemudian ayahnya sering keluar rumah walau disaat hari libur dan yang membuat Devan kecil bingung adalah ayahnya pergi bersama seorang laki-laki tapi Devan memikirkan jika itu teman ayahnya. Perlahan Devan mulai curiga ketika ayahnya merangkul mesra seorang laki-laki dan itu sangat tak wajar dimatanya. Saat hari santai, ayahnya ada di rumah dan duduk santai dan saat itulah ia bertanya pada ayahnya agar pikirannya menjadi tenang. "Ayah kok sering sama teman kantor ayah itu? " " Ya, napa emangnya nak? " " Bukankah pacaran itu perempuan dan laki-laki ya? Tapi kenapa kok ayah, pacarannya sama laki-laki? " " Karena laki-laki itu setia sayang, perempuan itu suka menyakiti hati laki-laki. " " Kok gitu? " " Ya nak percayalah sama ayah, ayahkan gak pernah bohong ke kamu." "Iya ayah selalu baik sama Devan dan bunda itu jahat, suka ninggalin Devan. " " Iya nak, kamu pilih ayah aja ya. Nanti ayah yang akan mengurusimu tanpa bundamu. " Hari-hari kian berlalu... " Ayah! "pekik Devan saat ayahnya sedang memeluk seorang lelaki muda berkaca mata itu. " Iya nak, "balas ayahnya sambil tersenyum dan mereka tak jadi berpelukan. " Kata ayah, laki-laki itu setia dan perempuan itu suka menyakiti hati laki-laki jadi Devan memilih laki-laki aja ayah. Soalnya Devan gak mau sakit hati, kata ayah kalau sakit hati itu lebih sakit daripada sakit gigi kan? " " Emang Devan suka sama siapa? " " Devan suka sama Kenzo, jadi Devan mau ajakin Kenzo pacaran. " " Nanti aja ya kalau udah smp atau sma kalian pacarannya. Kalian deket aja dulu. " " Devan juga gak suka sama perempuan yah, di sekolah Devan. Temen Devan yang perempuan itu pada jahat yah, nakal juga. Devan jadi gak suka dan Devan sukanya sama Kenzo karena baik. " " Nah gitu dong, suka sama laki-laki aja, jangan perempuan nanti kalau perempuan itu sama kayak bundamu. Jahat dan suka ninggalin juga. " " Iya ayah, Devan bakal nurutin apa kata ayah. " Dan semenjak itu seiring berjalannnya waktu akibat ucapan dari ayahnya , ia tumbuh menjadi laki-laki yang menyukai laki-laki yaitu teman semasa ia masih SD hingga SMA. Flashback off " Jadi itu yang membuat lo jadi gay? "tanya Fio menatap tak menyangka apa yang dijelaskan oleh Devan. " Benar Fi, itu sebagian kisah ku dulu. Benar-benar membuat dadaku sesak. "Devan memukul dadanya yang terasa sesak namun tangan Fio segera menghentikan aksinya itu. Fio memegang kedua tangan Devan dan menggenggamnya erat. " Jangan sakitin diri lo sendiri, sekarang ada gue Dev. Gue akan selalu ada di samping lo dan yakinlah lo bisa berubah. " " Aku memang yakin dari dulu kalau aku bisa berubah apalagi sekarang aku pun dipertemukan kembali sama kamu, Fi. "Devan menangkup kedua sisi pipi Fio. Fio juga menangkup kedua sisi pipi Devan dan menatap Devan seraya tersenyum manis. " Jangan ninggalin gue lagi ya Dev? " " Iya pasti." Kedua jempol Devan mengusap pelan sisi kedua mata Fio. "Napa? "tanya Fio. " Suka. " " Suka? " " Iya, aku suka mata kamu. Indah. "memang benar yang diucapkan Devan dan itupun tidak hanya cowok itu saja yang mengatakan itu tapi hampir beberapa orang yang memuji keindahan mata Fio ketika melihat mata Fio lebih dalam lagi. " Dulu saat kita masih kecil, lo juga bilang begitu. " " Masih inget ya kamu ternyata. "Fio mencubit pipi Devan gemas membuat sang empu meringis kesakitan. " Tapi tentang Kenzo.. "gumam Fio yang dapat didengar oleh Devan. " Kenapa? "tanya Devan bingung pada Fio. " Kapan-kapan deh gue bilangin, eh yuk kita susul mamah kita. "Fio beranjak berdiri begitupula Devan ikut berdiri saat melihat Fio. " kenapa Fio memikirkan Kenzo? "tanya Devan dalam hati. Dua orang itu pun masuk ke dalam rumah dan menyusul mamah mereka di dapur. " Lhoh sudah selesai bincang-bincangnya? "tanya Karin ketika melihat Devan dan Fio tengah duduk di ruang makan. " Makan dulu ma, laper nih. "rengek Fio sambil memegang perutnya. " Bentar lagi matang kok,"Balas Karin lalu berlalu pergi melanjutkan kegiatan masaknya bersama Vely. "Iyo! "pekik Iko saat mengetahui kakaknya sedang duduk bersama seseorang di ruang makan. " Iko! "Fio pun langsung menggendong adiknya dan menciumi pipi chubby adikknya itu. " Makan apa? "Tanya Fio pada Iko ketika melihat Iko sedang mengunyah sesuatu. " Oty,"jawab Iko lalu matanya melirik pada sosok yang tak asing baginya sedang duduk di samping kakaknya. "Papa tu? "(sapa tuh) Iko menunjuk Devan lalu kembali menatap kakaknya. " Itu kak Devan, kenalan dulu! "suruh Fio sambil tersenyum dan menggerakkan tangan Iko untuk mengajak Devan bersalaman. " Iko! "suara Iko meninggi saat bersalaman dengan Devan. " Kak Devan, "balas Devan sambil tertawa melihat begitu gemasnya tingkah Iko saat berkenalan. " Iko kelas berapa? "goda Devan pada Iko. Iko yang sambil mengunyah makanan itu wajahnya berubah menjadi seperti orang yang tengah berpikir sedangkan Fio terkekeh pelan seraya memukul bahu Devan. " Tua, iga.. Iga, keyas iga? "Iko pun menunjukkan kelima jarinya lalu melambaikan tangannya. " Dia umur tiga tahun Dev,"ujar Fio. Beberapa menit kemudian... "Bun katanya ada perjodohan, Devan mau lho bun." bisik Devan pada bundannya yang tengah menyiapkan makan siang untuknya. "Sebenarnya bunda gak ada niat jodohin kok, bunda nge-prank kamu. " " Yah bunda padahal Devan mau. " " Ah kamu ini, kalau suka sama Fio yang bilang aja sana. Masih sekolah juga jadi gak usah mikir tentang gituan. " " Kata bunda, bunda pengen Devan berubah lebih baik dari sebelumnya. " " Maksud bunda sebenernya sih, bunda ingin kamu punya temen cewek jadi gak kepikiran tentang temen cowokmu itu. " Devan pun tersenyum masam diberi harapan palsu oleh bundanya. Kini mereka tengah menyantap hidangan buatan Karin dan Vely. " Fi besok senin berangkat sekolah bareng aku ya? "tawar Devan pada Fio. " Iya Dev. " " Oh ya Fi, besok kosong kan? "tanya Devan lagi. " Iya, napa Dev? " " Ikut aku yuk besok, jalan-jalan. " Vely menyikut anaknya yang terlalu ngebut ingin lebih dekat dengan Fio padahal keduanya sudah berteman dekat sejak kecil namun karena terpisah tanpa pamit membuat mereka merasa saling canggung saat berumur remaja ini. " Makan dulu Devan! "Vely tersenyum merasa tak enak pada Karin tapi Karin hanya bersikap biasa saja. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD