Part 11

2413 Words
Part 11 Suasana di sini kian mulai ramai banyaknya pengunjung yang berdatangan untuk nongkrong sejenak serta berkumpul dengan teman-teman dan sebagainya. Di dekat jendela besar terletak di samping pintu terdapat meja yang berisikan empat orang diantarannya yaitu Devan, Fio, Kenzo dan Resha. Resha menatap bingung pada ketiga orang itu, ia merasa bosan jika diisi suasana hening seperti ini. Lalu ia menatap Kenzo yang tengah menyatap cemilan serta bermain ponsel, Devan juga bermain ponsel tapi sesekali cowok itu melirik Fio sedangkan Fio memakan semua makanan cemilan yang dipesan Devan. "Kenzo! "Jari telunjuk Resha menyentuh pinggang Kenzo pelan berulang kali membuat Kenzo risih dan menepis kasar tangan Resha. "Awshh!" Resha mengibaskan tanganya sambil meringis pelan ketika tangannya merasa panas ditepis kasar oleh Kenzo. Suara Resha membuat Devan dan Fio menatap kedua orang yang duduk di seberangnya. "Lo kenapa Res? "tanya Fio pada Resha. " Eh gapapa kok."Resha tersenyum menyembunyikan rasa sakit tangannya itu. "Dasar alay! "sentak Kenzo tanpa menoleh ke arah Resha tapi Resha tau jika ucapan Kenzo mengarah padanya. " Kalian kenapa? Lo kenapa Zo? "tanya Devan pada Kenzo yang raut wajahnya terlihat kesal, ia tau jika Kenzo tak nyaman di sini. " Van yuk pulang! "ajak Kenzo yang mulai beranjak berdiri. " Lhoh bukannya lo lapar ya? Makan aja, apa gue pesenin lagi? "tawar Devan yang malah membuat mood Kenzo makin hancur. " Iya Zo, kamu kalau lapar tinggal pesen aja. Ngapain buru-buru pulang? Seru lhoh di sini! "pekik Resha senang sambil kedua tangannya direntangkan ke atas. Kedua tangan Kenzo mengepal sangat kuat ketika Devan malah mengabaikannya, kini Devan malah menatap Fio yang tengah tertidur setelah makan cemilan tadi. " Van ayo! "Kenzo berniat menghampiri Devan tapi Resha segera menghalangi Kenzo dengan menarik tangan Kenzo. " Apaan sih lo! "bentak Kenzo sambil mengibaskan tangannya yang dipegang oleh Resha secara kasar hingga membuat Resha terduduk kembali dikursinya. Suara kegaduhan itu membuat Fio langsung bangun dari tidurnya dan maniknya tak sengaja menatap temannya yang tengah menangis melirih. "Kenzo! Jangan kasar sama cewek! "Devan membela Resha karena ia merasa kasihan pada gadis itu yang tengah menangis sesenggukkan. " Resha! "Fio langsung beranjak berdiri dan menghampiri Resha. " Lo jadi cowok jangan banci dong! Mainnya kasar sama cewek! "bentak Fio tak terima sambil menatap tajam ke arah Kenzo. Kenzo yang merasa terpojok pun langsung menatap Devan setelahnya ia pergi dari cafe ini dengan perasaan yang berkecamuk. Devan menatap Fio nampak khawatir pada temannya, ia pun mendekat ke arah dua orang itu. "Pergi lo! Gara-gara pacar lo itu temen gue jadi gini! "teriak Fio dengan suaranya yang lantang tak peduli jika suaranya mengganggu beberapa pengunjung di cafe ini. Hatinya remuk kala mendengar ucapan pedas dari mulut Fio membuat Devan terdiam sesaat kemudian kedua matanya bertemu pandang dengan manik Fio yang tengah menatapnya tajam, ia membalas tatapan itu dengan tatapan datarnya lalu berlalu pergi dari tempat ini. "Lo itu udah dibilangin kalau tuh orang kasar malah lo deketin! "tegur Fio membuat isakan Resha berhenti sesaat. " gapapa kok Fi. "dan lagi jawaban Resha membuat Fio menyerah seketika. ... " Siska? "panggil Ifa saat dirinya memasuki kamar tamu yang ditempati oleh Siska. " Iya tante. "Siska yang tadinya habis menyisir rambutnya langsung menghadap ke arah Ifa. " Wah udah cantik. "Ifa memuji Siska yang nampak segar tapi kedua mata Siska nampaknya sembab sehabis menangis kemarin malam. " Tapi tante mataku jelek hari ini. "Siska menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. " Kamu itu cantik, mau diapain juga tetep cantik kok. "Ifa menyelipkan anak rambut nakal milik Siska ke belakang telinga. Siska tersenyum manis, tapi saat ia teringat tentang kesalahannnya pada Noel membuat dirinya langsung melunturkan senyumannya. " Kenapa Siska? "tanya Ifa merasa khawatir pada Siska. " Tante, Siska mau jujur. "bibir Siska bergetar karena saking merasa gugupnya sambil kedua tangannya juga meremas ujung baju bagian bawahnya. " Jujur apa? "tanya Ifa lagi. " Sebenarnya kalau di sekolah cup- eh maksud saya Noel itu bukan teman Siska. " " Oh kalau bukan teman berarti kalian pacaran dong atau teman tapi mencintai biasa disebut ttm gitu ala anak jaman sekarang. "Tebak Ifa yang malah membuat dirinya senang jika Noel memiliki pacar secantik Siska. " Bukan tante," balas Siska sambil menggelengkan kepalanya pelan. Gue gak mungkin pacaran sama cowok cupu itu ishh, meskipun dia berasal dari keluarga yang kaya raya tapi gue tetap gak mau! - jerit Siska dari dalam hatinya. "Tante sebenernya--"suara Siska terpotong kala terdengar ketukan pintu dari arah luar kamarnya. "Bentar. "Ifa berjalan menuju pintu kamar yang ditempati Siska sedangkan Siska memegang dadanya yang kini jantungnya berdegup kencang saat ia akan mengatakan kalimat jujur namun sayangnya terpotong ketika adanya suara ketukan pintu. " Nyonya, ada yang ingin bertemu non Siska."Ternyata pembantunya yang mengetuk pintu. "Siapa bi? "tanya Ifa heran. " Itu Nya, mereka bilang jika mereka orang tua Siska dan ada seorang lelaki muda yang mengakui jika itu kakaknya Siska." "Oh gitu, bibi udah suruh mereka masuk? " " Sudah nyonya. "setelah itu pembantunya pamit pergi sedangakn Ifa membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Siska yang kini tubuhnya mematung di tempat ia berdiri. " Tante, "lirih Siska yang langsung diangguki oleh Ifa. " Iya sayang, keluargamu datang ke sini. " " Mereka kok tau aku ada di sini? Tante yang memberitahu mereka? "tanya Siska dengan matanya menyipit menatap Ifa. " Iya nak, kalau kamu bersembunyi begini itu malah menambah masalah. Oleh karena itu, tante dan papi Noel pun kemarin mencari alamat rumahmu melalui guru bk di sekolah. " " Tapi Siska takut dibunuh oleh mereka! "teriak Siska ketakutan lalu ia pun berlutut dengan tangannya menjadi sanggahan kedua lututnya. " Enggak sayang, mereka keluargamu. Gak mungkin kalau mereka begitu. "Ifa ikut berjongkok dan berusaha membujuk Siska yang terlihat makin ketakutan. " Siska tetap gak mau tante! "suara parau Siska membuat Ifa terdiam dan menatap iba kepada Siska. Anak ini sungguh sangatlah malang nasibnya. " Yaudah kalau gitu biar tante yang bertemu dengan mereka. Kamu duduk di atas kasur ya, nanti masuk angin. "Ifa menuntun Siska untuk duduk di atas kasur. Kemudian Ifa keluar dari kamar tamu rumahnya yang ditempati Siska itu, ia berjalan turun ke anak tangga setelahnya melangkah menuju ruang tamu. Kedua mata Ifa langsung bertemu pandang dengan sosok pria berumur berpakaian formal dan tak lupa kaca mata tebal di atas pangkal hidung mancungnya. Wajahnya sangat mirip dengan Siska yang diketahui Ifa jika itu adalah ayah Siska. Ifa pun juga melihat seorang wanita yang berumur tapi masih terlihat muda tak lupa pakaiannya yang fashionnable serta seorang lelaki muda berumur sekisar 20an tengah tersenyum ramah ke arahnya. "Mana anak saya? "pertanyaan dengan suara tegas itu mengalihkan pandangannya dan menatap ke asal suara tadi. Terlihat jika sosok ayah Siska tengah berdiri tegap dengan wajahnya yang tak bersahabat sama sekali apalagi wanita yang diketahui mama tiri Siska pun juga begitu. Yang terlihat ramah hanya lelaki muda tadi yang kini juga ikut berdiri bersalaman dengannya. Apakah mungkin ini yang dimaksud pacarnya Siska sekaligus kakak tiri Siska? Dia ternyata tampan juga tapi masih tampan anakku-Ucap Ifa dalam hati. "Silahkan duduk dulu. "Ifa mempersilahkan kedua orang tua itu untuk duduk sejenak mendengarkan penjelasannya tentang Siska. " Tidak bisa! Saya ingin anak saya! Mana? Jangan kau sembunyikan anak saya! "suara sosok dari ayah Siska yang makin meninggi itu membuat Ifa paham penyebab Siska ketakutan. "Apakah Anda bisa diajak berbicara baik-baik?" tanya Ifa santai pada kedua orang tadi yang tengah menatapnya tajam. "Tapi mana anak saya? SISKA KE SINI KAMU! Pulang! "teriak Bram, nama ayah Siska. Sosok pria paruh baya itu tak ada rasa malunya meneriaki nama anaknya di rumah orang. " Apakah Anda benar seorang pengusaha? "tanya Ifa yang sedikit bingung melihat Bram, ayah Siska yang tak punya rasa sopan di rumahnya. " Anda jangan main main dengan saya ya! Saya bisa nuntut Anda jika Anda mencari masalah dengan saya! "Bram menunjuk tangannya tepat di depan wajah Ifa. Ifa sedikit merasa takut tapi tak lama terdengar suara pintu luar terbuka dan suara suaminya terdengar dari arah belakang yang membuat dirinya pun langsung menolehkan kepalanya dan melihat Kayden tengah menatap tajam ke arah Bram. Kedua mata Bram membulat ketika ia mengenali sosok pria berumur tapi masih kelihatan muda itu, lelaki yang terkenal dengan kecerdasan dan pernah dijuluki ceo paling muda dulu. "Pak Radhika? "Bram pun terdiam tapi wajahnya masih terlihat garang, ia meruntukki dirinya sendiri kala tak menyadari jika ini adalah rumah keluarga Radhika yang baru dan perusahaan yang dibangun keluarga Radhika lebih jaya dari perusahaannya. " Selamat bertemu Pak Bramasta,"balas Kayden yang menyebutkan nama marganya untuk memanggilnya. Kayden langsung merangkul pinggang istrinya dan menatap tajam ke arah Bram. "Mengapa Anda berteriak di rumah orang secara tak sopan? "tanya Kayden dengan nada sinisnya, ia tak peduli jika orang itu ikut bekerja sama dengannya tapi ini bukan masalah kantor dan ini adalah masalah di luar kantor jadi tak ada hubungannya sama sekali. " Maafkan saya Pak Radhika, saya hanya ingin menemui anak saya dan mengajak anak saya untuk ikut pulang ke rumah. " " Setelah apa yang bapak lakukan pada putri bapak, dengan seenaknya bapak mengambilnya. Hey pak, anak bapak ketakutan dengan bapak saat ini. Tak mungkin jika anak bapak mau pulang,"ujar Kayden. "Itu wajar kalau saya begitu karena Siska memang anak pemalas! Dia suka buang-buang uang dan waktu. Hasil ujian serta tugas selalu jelek apalagi pelajaran Kimia. Itu membuatku malu dan merasa muak pada anak satu itu! "Bima mengeluarkan unek-uneknya pada dua orang itu. " Saya tau alasannya mengapa Siska bisa begitu."Kayden menghela napasnya pelan. "Anda jangan ikut campur dnegan masalah pribadi saya! Urusi saja kehidupan keluarga kalian! Sekarang, mana Siska! Jangan kalian sembunyikan anakku! " " Pak tenang dulu, sekarang lebih baik bapak dan ibu duduk dulu. Masalah harus diselesaikan dengan kepala dingin, jika begini terus itu percuma."akhirnya Ifa angkat bicara dan memohon pada kedua orang tua Siska menuruti permintaannya. "Iya pak saya mengerti, saya juga akan berusaha membujuk Siska agar dia mau pulang. " " Emang mengapa dengan anak itu? "tanya Citra, mama tiri Siska yang mulai bicara. " Siska tidak mau pulang karena merasa takut pada kalian,"jawab Ifa. "Haihhh! Anak itu benar-benar kurang ajar! "napas Bram nampak memburu karena merasa sangat emosi dengan sikap anaknya yang seperti itu. Akhirnya Bram pun mengalah dan mereka semua pun duduk anteng di ruang tamu ini. Ifa juga menyuruh pembantunya untuk membuatkan jamuanmereka walau di meja ruang tamu sudah disediakan makanan cemilan tapi Ifa masih terasa kurang jika yang berada di meja ruang tamu hanya itu-itu saja. "Saya akan mulai pembicaraan ini yang cukup serius. "Kayden pun meletakkan pinselnya di atas meja dan menatap santai pada orang tua Siska yang nampak malas mendengar ucapannya. " Bicara apalagi pak? Kalau tak membuat anak saya ikut pulang! Anak itu benar-benar bikin malu orang tua saja! "kedua tangan Bram terkepal kuat serta rahangnya terlihat mengeras mencoba tuk memendam rasa emosi yang membara di dalam hatinya. " Saya akan menerangkan bapak tentang psikis anak yang terlalu dikekang oleh orang tua dan juga dampaknya. " " Anda menggurui saya? "tanya Bram sembari terkekeh pelan. "Ingat pak! Saya lebih tua dari Anda, saya hanya memanggil 'pak' ke Anda itu sebagai tanda saya menghormati Anda." ucapnya lagi. "Iya saya tau kalau saya lebih muda dari bapak, tapi saya tidak bermaksud untuk menggurui. Saya berbicara seperti ini pula karena dari beberapa pengalaman, saya juga punya teman yang suka mengekang anaknya hingga anaknya bunuh diri karena merasa terkekang. Itu sebabnya pak, saya tidak mau melihat anak bapak terpuruk seperti ini dan saya juga melihat jika Siska sering menangis sendirian di kamar tamu. Untungnya Siska taat beribadah sehingga tak pernah melakukan tindakan-tindakan yang tak wajar atau aneh. Siska menginap di sini pun juga di bawah pengawasan saya. Ya saya mengerti jika Anda mengkhawatirkan anak Anda tapi tolong mengertilah anak bapak itu butuh pengertian, jangan mengekang dia. Itu menjadi salah satu penyebab jika Siska membantah karena merasa di kekang oleh kedua orang tuanya. " Bram mendengarkan ucapan Kayden dan ia juga terkejut jika ada anak yang bunuh diri karena dikekang oleh orangtuanya. Emosi yang meluap di dalam hatinya akhirnya lenyap seketika dan digantikan rasa takut serta cemas dihatinya kini. Citra mengusap bahu Bran sedangkan sosok laki-laki muda bernama Nicolas alias Nico memegang bahu ibunya. "Ketika anak-anak mulai menjadi remaja, kebanyakan orang tua akan menjadi over protektif kepada anak. Memang bisa dibenarkan sikap demikian karena orang tua mempunyai pendapat dengan mereka bersikap protektif mengatur kehidupan anak, akan membuat anak menjadi seorang remaja yang baik. Tapi sikap over protektif orang tua terkadang menjadi suatu ketidaknyamanan tersendiri bagi anak. Bukan hanya merasa tidak nyaman, sikap over protektif orang tua pun membuat anak merasa tertekan. Akan menjadi tidak baik perkembangan seorang anak jika anak tersebut merasa tertekan dengan situasi dan keadaan. Mereka merasa bahwa hidupnya selalu dibatasi, tidak merasa diberi kesempatan untuk menikmati masa remajanya. Kebanyakan para remaja tidak betah berada di lingkungan rumah yang penuh dengan tekanan dari orang tuanya, "jelas Kayden panjang lebar. Kini Bima berpikir sejenak lalu memghembuskan napasnya pelan. Perkataan Kayden benar-benar mencubit hatinya. " Baiklah kalau begitu saya pamit pulang, titip anak saya. " Di sisi lain... Tak jauh dari mereka yang berada di ruang tamu, sosok di atas tangga yang tertutup guci besar tengah mendengar pembicaraan mereka. Gadis yang selalu menguncir rambutnya itu pun tersenyum haru mendengar ucapan Kayden yang sangat bijak sekali. Siska menoleh menatap Noel yang tengah duduk di sebelahnya dengan pakaian biasa. "Lo gak sekolah? "tanya Siska bingung. " Lagi males,"Noel tanpa menoleh ke arahnya, maniknya tetap fokus menatap semua orang di ruang tamu. "Ouh."Siska mengedikkan bahunya tak acuh. "Itu siapamu? "tanya Noel sambil menujuk sosok lelaki tampan tengah merangkul wanita paruh baya di sampingnya. " Itu pacarku, kenapa? " Pantes, gak salah lagi-batin Noel. Noel pernah bertemu dengan pria muda itu dan seketika ia teringat karena dulunya pernah tampil menyanyikan sebuah lagu di cafe milik tante nya dan di sana lah ia betemu Siska bersama seorang lelaki tersebut. " Ah gapapa. "Noel tersenyum singkat menyembunyikan rasa sesak di dalam hatinya yang tiba-tiba muncul. " Tapi dia menjadi kakak tiriku, itulah yang membuat gue benci sama mama tiri gue apalagi papa. Mama tiri gue benci gue tapi hanya kakak tiri gue yang memahami gue hingga gue gak mau putus sama kakak gue. Gue juga cinta banget sama dia dan gak mungkin jika gue harus pisah sama dia. "Raut Siska berubah sedih kala orang yang dicintainya malah menjadi kakak tirinya apalagi mama tirinya membencinya kala ia masih berhubungan dengan kakak tirinya. Noel menoleh menatap Siska, sungguh betapa beratnya kehidupan Siska. Ternyata dibalik keangkuhan gadis cantik itu dibaliknya terdapat sebuah luka yang sulit untuk diobati. Aku akan mengobati luka itu-ucap Noel dalam hati. Siska merasa terkejut ketika tangannya merasakan jika Noel menggenggam tangannya di sampingnya. Siska menoleh ke arah Noel yang juga menatapnya, tatapan lelaki itu sangat dalam hingga membuat Siska terkesiap. "Ikut aku yuk!" ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD