Prolog

262 Words
Ponsel Rafi terletak di atas meja samping tempat tidur, Andara mengambilnya. Namun ternyata suaminya itu sudah mengganti kata kunci pada telepon genggamnya. Sambil membawa benda itu, Andara ke kamar mandi dan menanyakan kata kunci pada Rafi. “Mas, password hapenya apa? Kok nggak bilang-bilang kalau udah ganti,” seru Andara dari luar kamar mandi. Suara air dari shower yang mengalir langsung berhenti. “Emang mau ngapain, Dek?” sahut Rafi balik bertanya. “Aku mau mindahin foto-foto yang kemarin diambil dari hape Mas.” “Nanti Mas kirim saja ke w******p ya, ini sebentar lagi Mas selesai kok.” “Emang password-nya apa sih?” Tidak ada sahutan, mungkin Rafi tidak mendengar karena dia sudah membuka keran shower lagi. Sambil mengerutkan keningnya, Andara mengembalikan smartphone suaminya ke meja dan kembali ke teras samping. Malam itu Andara tidak bisa tidur. Ucapan lama seorang teman tiba-tiba terngiang kembali di telinganya. “Kalau suami udah mulai main kunci hape mereka, kita wajib curiga. Pasti ada yang dia sembunyikan.” Andara mencoba menanyakan lagi kata kunci ponsel suaminya saat makan malam tadi, tapi Rafi malah mengalihkan percakapan tanpa menjawab pertanyaannya. Sebenarnya dia bisa saja mendesak, tapi dia tidak punya keberanian untuk itu. Meski tidak ada komitmen untuk menghargai privasi masing-masing dengan tidak membuka ponsel pasangan, selama ini dia tidak pernah lancang membuka-buka smartphone suaminya hanya untuk sekadar menyelidiki pria itu. Paling jauh membuka galeri foto. Begitu pun dengan suaminya, dia tidak pernah membuka-buka ponsel Andara kecuali diminta untuk membalaskan pesan. Tapi sebelumnya Rafi tidak pernah mengunci telepon genggamnya. Kenapa sekarang dia menguncinya? Dan sejak kapan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD