2. Bucinda

1019 Words
Meskipun penolakan selalu saja Raguna lakukan, hal itu tak membuat Gika menyerah. Justru, semakin Raguna menolaknya, maka semangat Gika akan semakin membara dalam mengejar cinta Raguna. Gika sama sekali tidak merasa canggung atau malu ketika kembali bertemu dengan Raguna meskipun sempat ditolak cintanya, justru hal itu membuat Gika terang-terangan menunjukkan cinta dan perhatiannya pada Raguna. Meskipun, pria itu hanya menganggap kalau perhatian yang Gika berikan hanyalah sebagai seorang anak angkat pada ayahnya saja, tetapi Gika tidak masalah. Suatu saat nanti, Gika yakin kalau Raguna pasti akan membalas cintanya. Biarkan waktu yang menunjukkan itu semua dan biarkan ia berjuang untuk mengejar cinta daddy-nya. "Lo yakin kalau perjuangan lo akan berhasil, Gi?" tanya Pika yang merupakan sahabat baik Gika. Gika dan Pika berada di kampus dan kelas yang sama, keduanya dekat sejak kelas satu SMA. Sedari dulu Pika sudah tahu kalau Gika tertarik pada teman ayahnya itu, yang bisa Pika lakukan hanyalah mendukung apa yang akan Gika lakukan asal itu masih berada di batas wajar. "Gue yakin, bukannya lo juga baca apa kata pepatah? Cinta datang karena terbiasa bersama, gue yakin banget kalau aslinya Daddy ngerasain hal yang sama kayak gue!" ujar Gika penuh semangat. "Gimana kalo sampai sekarang dia hanya nganggap lo sebagai anak angkatnya aja?" tanya Pika lagi. "Maka dari itu gue harus usaha lebih keras lagi, gue akan tunjukkin cinta gue. Lagian dia udah tahu perasaan gue, jadi enggak perlu ada yang ditutup-tutupi lagi. Tinggal berjuang mengejar cinta Daddy!" Mata Gika penuh semangat membara membuat Pika tidak tega jika harus mematahkan semangat itu. "Gue dukung apa yang menjadi kebahagiaan lo, Gi, asal lo bisa bahagia selalu." "Aaa! Makasih, sahabat gue tersayang!" Gika yang kelewat senang langsung memeluk Pika erat hingga membuat gadis itu tersentak. "Udah-udah, jangan peluk gue. Risih banget deh, kita dilihatin banyak orang tuh. Gue enggak mau dikira lesbong ya!" Pika melepas paksa pelukan Gika, Gika terkekeh pelan mendengar perkataan Pika. "Love you, Pika Sayangku!" Dengan sengaja Gika berkata demikian sambil memberikan kiss bye pada Pika hingga membuat Pika bergidik jijik. "Stop Gika! Jijik banget gue!" Pika bergidik, seakan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Gika tadi adalah sesuatu terjijik sedunia. "Lebay amat sih lo, Pik. Gue cuma bercanda doang kali," ujar Gika sambil terkekeh. "Kalo bercanda, jangan ajak-ajak gue deh, Gi. Ajak aja tuh si Daddy lo," balas Pika. "Daddy Guna mana mau diajak bercanda dengan wajah kakunya itu." Gika cemberut. "Udah tahu orangnya kaku, kenapa juga lo jatuh cinta sama dia, Gika? Kenapa lo enggak jatuh cinta sama si Ardit yang udah ngejar-ngejar lo dari zaman putih abu!" tukas Pika. "Lo pikir jatuh cinta bisa kita atur gitu? Lagian mendingan si Daddy ah daripada Ardit itu, playboy gitu orangnya," balas Gika ogah-ogahan saat membahas satu laki-laki yang sering mengganggunya. "Dia tuh sengaja mau bikin lo cemburu, sayangnya tebakan dia salah karena lo sama sekali enggak tertarik sama dia." "Apapun alasannya, Daddy Raguna tetap nomor satu di hati gue!" ujar Gika. "Dasar bucindu lo, Gi!" Gika mengernyit ketika mendengar perkataan Pika. "Bucindu tuh apaan? Eh ada bahasa gaul baru ya? Kok gue enggak tahu sih?" tanya Gika heran. "Bucindu tuh b***k Cinta Sama Duda!" teriak Pika tepat di telinga Gika. "A-aduh, pengang nih telinga gue gara-gara lo, Pik." Gika mengusap-usap telinganya. "Biarin, biar lo enggak terlalu bucinda sama Daddy lo itu." Gika cemberut mendengarnya, lagipula apa salahnya coba kalau dia terlalu cinta, bucin dan sayang pada Raguna? Raguna sudah menyayangi dan mencintainya sampai usianya sebesar ini, ya meskipun sebagai anak angkat. Namun, ia ingin membalas lebih perlakuan Raguna selama ini, Raguna 'kan membutuhkan istri maka tidak ada salahnya 'kan kalau ia yang menjadi istri Raguna hehehe. "Biarin gue bucin! Nanti juga yang jadi istri Daddy Guna itu gue kok. Calon istri bucin ke calon suami enggak apa-apa 'kan?" tanya Gika sambil menaik-turunkan alisnya. "Kepedean sih boleh, Gi, tapi jangan over kayak lo begini. Jatuhnya kalo enggak tercapai, kasihan gue sama lo." Pika menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ih, gue 'kan cuma ngehayal aja. 'Mengkhayal lah setinggi mungkin sampai kita bisa mengejar apa yang kita khayalkan! Termasuk menjadi bucinda Daddy Guna! Sama sekali enggak masalah!'. Quotes hidup gue tuh, gimana? Keren 'kan? Keren lah orang gue yang bikin juga. Yang penting gue mau halu aja dulu, siapa tahu kayak di dunia novel yang gue baca gitu. Kisah gue sama Daddy Guna akan berakhir bahagia, mempunyai dua anak yang cantik, ganteng, lucu dan imut-imut. Ah indahnya hidup," ujar Gika. Matanya bahkan berbinar-binar ketika membayangkan kebahagiaan yang ia impikan tadi. "Guna dan Gika, nah! Bahkan nama gue sama dia aja sama 'kan! Itu udah jadi hukum alam kalo gue dan Daddy itu berjodoh!" pekik Gika kesenangan. "Gika Sayang, sahabat gue yang masih waras walau otaknya ketinggalan di rumah. Ini tuh dunia nyata ya, Sayangku, bukan dunia pernovelan yang lo baca itu, oke? Jangan terlalu berharap banyak, jangan terlalu naik tangga tinggi-tinggi. Nanti kalo lo jatuh, udahlah sakit, celaka pula ditambah berdarah-darah 'kan serem. Udah ya halu dan bucindanya? Lebih baik balik ke kenyataan kalau saat ini si sugar daddy kesayangan lo menolak cinta lo mentah-mentah dan lebih memilih mbak-mbak sekseh yang selalu bersamanya. Hadapi kenyataan oke?" Mendengar perkataan panjang kali lebar yang Pika katakan membuat Gika memegangi dadanya, berperan ia pura-pura merasa sangat sakit sekali dengan perkataan Pika. "Pika, lo tega, sakit banget hati gue. Padahal, tadi lo bilang kalo mau ngedukung gue. Tapi kenyataannya apa? Kenapa lo ngehempasin gue sampai jatuh ke dasar jurang? Tega lo! Dasar sahabat yang tidak berperikemanusiaan yang adil dan beradab lo!" Pika hanya memutar bola matanya jengah mendengar drama dari Gika. "Udah, jangan ngedrama! Gue enggak lagi bercanda, gue bilang gitu karena gue mau lo tetap waras meskipun mau mengejar cintanya Om Guna. Jangan terlalu berharap, lo harus ikhlas kalau pada kenyataannya nanti dia enggak milih lo." Gika menggelengkan kepalanya. "Gue enggak mau! Lo harus dukung gue seratus persen tentang hubungan gue sama Daddy Guna, titik!" ujar Gika. "Berani berapa lo?" tanya Pika menantang. "Traktir belanja di mall sepuas yang lo mau seharian, gimana?" Mendengar tawaran itu, tiba-tiba saja Pika merasa kalau ia sahabat yang sangat murahan sekali. "Oke deal!" Gika dan Pika saling berjabat tangan seakan mereka tengah menjalankan bisnisnya. Dasar dua gadis aneh!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD