Part 1

1022 Words
Pagi seperti biasanya, cahaya dari balik jendela mengusik Izzam yang sedang terlelap diatas kasurnya. Berulang kali Izzam menutupi wajahnya dengan selimut, namun hal itu tidak mampu menutupi cahaya marahari yang semakin memanas masuk kedalam kamarnya. Dengan kesal dan melempar-lemparkan kakinya ke sembarang arah, Izzam berusaha mendorong dirinya untuk bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Izzam menyapu air ke seluruh wajahnya dan berganti pakaian, saat itu juga telepon Izzam berbunyi dan pria itu mengeceknya. "Pulanglah kerumah, hari ini Abangmu pulang dan makan malam bersama keluarga. Ingat jangan terlambat." "Kenapa aku harus dibutuhkan dikeluarga ini sebagai figuran saja? tidak bisakah Mereka menghapusku dari daftar keluarganya juga?" Gumam Izzam sambal mengenakan baju kaos polos berwarna putih. Dengan berat hati, mau tidak mau Izzam tetap harus kembali kerumah untuk makan malam keluarga. Namun, Izzam tidak langsung menuju rumah, Izzam memutuskan untuk ke perpustakaan yang biasa dia kunjungi dulu, karena kemarin dia mendapat kabar dari teman nya bahwa buku baru yang dicarinya itu akan datang di perpustakaan hari ini. Baru saja keluar dari kamarnya, pandangan mata dari para tetangga sudah mampu mengintimidasi Izzam, padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun. Yang membuat nya menjadi pandangan para masyarakat, hanya karena dia pengangguran, beban keluarga, tidak hidup teratur seperti kebanyakan anak muda yang bekerja di kantor dan menjadi pegawai negara. Hanya karena dia ingin hidup sendiri dan jauh dari keluarganya, dia dianggap sebagai sampah masyarakat karena tidak menunjukkan bakat apapun dalam kehidupan nya. "Lihatlah dia, dia benar-benar tidak berguna dimana pun, aku sangat kasihan dengan orang tuanya, apa dia tidak bisa menjadi anak yang berbakti?" "Siapa yang perduli, dia masih beruntung karena orang tuanya masih menghubunginya dan pulang setiap akhir bulan, kalau aku, aku tidak akan mau mengurus anak seperti dia." Begitulah gumam para tetangga yang mampu didengar oleh Izzam dan sering kali kedalam telinganya. Izzam hanya menghela nafas berat dan berjalan menuju simpang hgang untuk mencari angkot agar bisa menuju perpustakaan. Yang benar saja, setibanya di perpustakaan Izzam benar-benar seperti kerasukan karena senangnya setelah mendapatkan buku kesayangan nya. Izzam meletakkan kopi yang dibelinya diperjalanan diatas meja dan membuka buku tercinta itu dengan penuh kasih saying dan senyuman di bibirnya. Satu halaman, dua halaman, Izzam terlihat sangat menikmati cerita dari buku yang dibacanya itu. Sampai akhirnya, seorang gadis tidak sengaja menyenggol meja Izzam dan membuat kopinya terjatuh dan membasahi buku dan jaketnya, Izzam langsung berdiri agar kopi tidak mengalir ketubuhnya dan mengangkat buku kesayangan nya itu agar tidak menjadi semakin basah. "Ah, maafkan aku, aku tidak sengaja, biarkan aku membersihkannya untukmu." Ucap seorang Gadis sambilk berusaha menggapai Izzam agar bisa membantu Izzam membersihkan tubuhya. Namun, Izzam menjauh dan tidak ingin gadis itu menyentuhnya. Izzam hanya menunduk dan menarik jaketnya, dia enggan berbicara dan langsung pergi meninggalkan gadis itu. Karena suasana hatinya sudah terganggu, Izzam akhirnya mengembalikan buku dan berangkat menuju rumah keluarganya itu. Setibanya dirumah pun, bukan membuat hati Izzam membaik tapi semakin sakit. Tidak seorang pun dari keluarganya sadar kalau dia tiba dirumah itu. Dengan menarik nafas berat, Izzam berjalan menuju kamarnya dan menenangkan dirinya didalam kamarnya. Izzam hanya sibuk bermain game yang ada didalam Hpnya. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Abrar yang merupakan Abang Izzam tiba dirumah dengan membawa berbagai ole-ole untuk keluarganya. Semua keluarga terlihat bahagia dan anatusias menyambut kedatangan Abrar. "Dimana Izzam? Kenapa dia belum juga dating disaat Abangnnya yang jauh-jauh sudah tiba dirumah?" Ucap Ayah. "Aku disini." Sahut Izzam yang sudah berdiri dibelakang keluarganya. "Kenapa kamu tidak bersuara padahal sudah berada dirumah?" Gumam Ayah. Mereka langsung menuju meja makan dan makan bersama. Semua orang menanyakan kabar dan bagaimana pekerjaan Abang Izzam itu, hanya Izzam yang diam tanpa mengatakan apapun dan fokus pada makanannya. "Kapan kamu akan berhenti melakukan hal bodoh dan tinggal di gubuk tua itu? Kapan kamu akan membanggakan aku? Kamu tidak berkuliah, tidak bekerja dan hanya berdiam diri di gubuk tua mu itu." Ucap Ayah. "Benar, jika kamu tidak punya pekerjaan, pulang saja kerumah dan jaga orang tua kita, aku akan memberimu uang saku asalkan kamu bersikap baik." Sahut Abrar. "Apa aku terlihat membutuhkan uangmu? Aku bisa menjaga diriku sendiri dan berhenti menghakimi ku seakan kamu manusia tersukses di dunia." Jawab Izzam kemudia berdiri dan menarik tasnya. "Apa begini caramu bericara dengan Abangmu? Dimana sopan santunmu hah?!" Teriak Ayah. Izzam tidak menjawab dan hanya berjalan pergi meninggalkan rumah, perkataan Mereka terlalu menyakitkan untuk didengar. Izzam pulang dengan perasaan yang hancur, dia tahu bahwa dia akan mendapatkan cacian jika pulang kerumahnya, namun anehnya dia selalu saja pulang untuk menghargai orang tuanya yang setudaknya masih mengingatnya. Izzam menatap suasana diluar melalui jendela bis kota yang dinaikinya. Bahkan disaat seperti itu, dunia ikut menangisi nasib yang dialami Izzam. Izzam berlari kecil keluar dari bis untuk masuk menuju gang menuju rumahnya. Izzam menutupi kepalanya untuk menghindari dirinya dari terpaan gerimis yang berjatuhan dari langit. Disaat berada di gang itu sambil berlari kecil, Izzam sempat menghentikan langkahnya saat seorang pria berjalan melewatinya, Izzam menghentikan langkahnya sejenak kemudian kembali berjalan. Didalam gang itu, Izzam menemui seorang gadis kecil yang duduk di tepi jalan dengan berbagai aksesoris yang ada di hadapan nya. "Hai tampan." Teriak Gadis itu kepada Izzam. Izzam menghentikan langkahnya dan melirik disekitarnya untuk melihat apakah ada orang lain yang dipanggill oleh gadis kecil itu. "Aku?" Tanya Izzam kepada Gadis kecil itu. Gadis itu langsung mengangguk sambil tersenyum. "Kenapa? Apa yang kamu butuhkan?" Tanya Izzam kepada gadis itu. "Ambillah, gelang ini terlihat cocok untukmu." Ucap gadis itu sambil memberikan sebuah gelang berwarna coklat muda. "Tidak usah, tidak ada apapun yang cocok denganku." Jawab Izzam. "Tidak, ambillah ini karna gelang ini memang untukmu." Izzam menatap cukup lama kepada gelang itu, kemudian mengambilnya karena merasa kasihan melihat gadis itu. "Ambillah ini, hanya ini yang aku punya." Ucap Izzam sambil memberikan uang lembaran bernilai Rp. 20.000. "Terima kasih, sebenarnya gelang ini ada 2, tapi gelang yang satunya sudah diambil oleh seseorang yang baru saja lewat." Ucap Gadis itu. "Gelang ini ada 2? Wah apa-apaan ini? Kenapa harus pria yang mengambilnya? Aku merasa menjadi couple an dengan nya." Gumam Izzam sambil tersenyum geli. Izzaam langsung berjalan meninggalkan gadis itu setelah mendapatkan gelang itu. "Ingatlah untuk terus memakainya!!" Teriak Gadis itu yang masih mampu didengar oleh Izzam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD