Bagian 3 - Pulang

1048 Words
Author POV Flashback On Angel berjalan keluar dari pesta. Namun karna merasa haus, Angel memutuskan untuk mengambil segelas air berwarna biru yang terletak di bar bagian luar. Pesta Viona ini menyediakan tempat makanan dan minuman menjadi dua bagian. Bagian dalam khusus untuk teman-teman Viona, sedangkan bagian luar khusus untuk teman Kakaknya Viona. Tanpa pikir panjang, Angel pun meminum minuman itu. Glek glek glek Angel mengernyitkan alisnya, karna merasakan ada yang aneh dari rasa minumannya. Namun karna rasa hausnya, dia mengabaikan rasa itu dan terus meminumnya hingga habis. "Ahh, lumayan lah ngilangin haus". Angel melanjutkan jalannya, menunggu taksi di halte dekat rumah Viona. Merasa semakin pusing, Angel pun mencoba memijit keningnya beberapa kali. Namun anehnya, rasa pusing itu makin melanda, hingga dia kehilangan kesadaran dan berakhir pingsan di halte. Tak jauh dari halte melintas sebuah mobil yang langsung menghentikan lajunya ketika melihat seseorang jatuh tak sadarkan diri. Sang pengemudi pun keluar dari mobilnya untuk menolong. Berjalan mendekat, dia berusaha untuk menyadarkan gadis itu dengan menepuk pipinya pelan beberapa kali. "Hei, bangun, hei". Nihil, Angel tak merespon apapun. Melihat kanan dan kiri, suasana sangat sepi. Akhirnya dia memutuskan membawa Angel ke klinik terdekat untuk memeriksa kondisinya. *** "Apa dia habis dari club atau suatu pesta?" tanya dokter tersebut. "Saya ga tau Dok, saya cuma ngeliat dia jatuh pingsan di halte, itu aja, alasan kenapa dia pingsan itu saya ga tau" jelas Ridwan, pengemudi yang menolong Angel. "Dia ga pa pa kok, cuma kayanya dia ga kuat minum alkohol aja, makanya dia pingsan" dokter tersebut menjelaskan alasan kemungkinan Angel pingsan. "Ini obat untuk menghilangkan pusingnya, minumin kalau dia bangun nanti ya" lanjutnya. "Baik Dok, terima kasih, kalau gitu saya permisi" ucap Ridwan berpamitan. Ridwan yang bingung dengan identitas Angel pun akhirnya memutuskan untuk membawa Angel ke rumahnya. Memang, Angel pergi tanpa membawa identitas dirinya sama sekali, karna memang kartu identitas itu tertinggal di dompet di rumahnya. Sedangkan dia pergi ke pesta hanya menggunakan sling pouch kecil untuk ponsel dan beberapa lembar uangnya. Sesampainya di rumah, tanpa pikir panjang Ridwan langsung merebahkan Angel di kasurnya. Dan karna dia sendiri sudah lelah karna hari yang beratnya hari ini, dia pun ikut merebahkan dirinya di samping Angel dan ikut terlelap. Flashback end. *** Angel POV "Rumah kamu dimana sayang?" tanya Mamah Alena, nama Ibunya Pak Ridwan. "Di perumahan Mutiara Mah" jujur, lidah gue ngerasa aneh manggil orang lain selain Nyokap gue dengan panggilan Mamah. Tapi apa boleh buat, Mamah Alena maksa gue buat manggil dia kaya gitu. "Yaudah, kamu cepetan abisin sarapannya. Abis itu kita langsung berangkat ya sayang" dia ngelus punggung tangan gue dan menatap gue dengan tatapan teduhnya. Gue cuma bisa nunduk dan menganggukkan kepala gue sambil terus ngelanjutin sarapan. Sarapan gue udah abis. Saat gue mau naro piring kotor gue di dapur, Mamah Alena ngelarang gue. Dia bilang biar nanti diberesin sama pembantunya. Akhirnya gue langsung duduk lagi. Ga lama setelahnya Pak Ridwan berjalan mendekati Mamahnya. "Ayo saya anter" ucap Pak Ridwan ke gue datar. Plak "Awh, apaan lagi sih Mah, kenapa Abang dipukul lagi" protes Pak Ridwan karna mendapat pukulan ditangan dari Mamah Alena. "Kamu bisa ga sih ngomong yang lembut sama calon istri kamu" omel Mamah Alena. "Ck, Abang juga ga mau Mah sebenernya nikah sama dia" gerutunya dengan suara kecil, namun masih bisa didengar oleh gue dan Mamah Alena. "Apa kamu bilang barusan?" Mamah Alena menyipitkan matanya. "Ga ngomong apa-apa kok, Mamah salah denger kali" Pak Ridwan berusaha mengelak. "Udah ayo cepetan, keburu siang nanti" ajaknya. Kami berangkat menuju rumahku dengan menggunakan mobil Pak Ridwan, gue baru tau kalo dia punya mobil, karna slama ini dia berangkat kerja slalu pake motor, ga peduli cuaca kaya apapun. *** Kami sampe di rumah sekitar 30 menit setelahnya, karna kebetulan jarak dari rumah Pak Ridwan ke rumah gue ga jauh. Jadi kami bisa sampe rumah dengan cepet, terlebih, jalanan ga macet. Gue turun buat buka gerbang. Dari yang gue liat, kayanya ada orang di rumah. Karna biasanya kalau orang tua dan abang gue ga ada di rumah, pager pasti dikunci sama Bik Inah, art di rumah gue yang tiap hari minggu selalu libur dan pulang ke rumahnya. Tok tok tok Gue mengetuk pintu rumah sambil ngucapin salam. "Assalamu'alaikum, Mah, Pah, Bang, Bik Inah, Azzu pulang nih" gue nyebutin semuanya karna gue ga tau siapa yang ada di rumah saat ini. Gue ngelirik ke belakang, dimana Mamah Alena dan Pak Ridwan berdiri, mereka saling pandang pas denger gue nyebut diri gue Azzu. Ceklek "Azzu, ya Allah sayang, Mamah khawatir banget sama kamu" ucap Mamah gue seraya langsung meluk begitu dia liat yang ngetok pintu itu gue. "Kamu ga pa-pa kan? Kenapa kamu semalem ga bisa dihubungin. Abang kamu sampe marah-marah ke semua temen se-genk kamu karna kamu ga pulang". "Maaf mah, semalem Azzu nginep di rumah guru Azzu" gue ngerubah posisi badan gue dan ngasih tau tentang keberadaan dua orang dibelakang gue. "Bener Azzu nginep dirumah anda?" tanya mamah gue. "Iya bener Sis, Angel semalem nginep di rumah anak saya" Aamah Alena langsung menyela. "Itu juga alasan saya dateng kesini pagi-pagi. Saya dateng buat menikahkan Angel sama anak saya ini" jelas nya. Gue ngeliat Mamah gue kaget sampe akhirnya dia cuma diem aja. "Siapa Mah diluar" Papah ikut keluar rumah, begitu ngeliat gue, dia langsung meluk gue "Azzu, alhamdulillah kamu pulang sayang. Papah khawatir banget sama kamu, dari mana aja kamu. Ehh tunggu, kalian siapa ya?" tanya Papah yang ngeliat Mamah Alena dan Pak Ridwan. "Kenalkan, saya Alena, dan ini Ridwan, anak saya" Mamah Alena menangkupkan kedua tangan didepan dadanya. Papah melakukan hal yang sama, menangkupkan kedua tangannya didepan d**a sambil memperkenalkan dirinya. "Saya Oscar, Papahnya Azzu. Terima kasih sudah mengantar Azzu dengan baik sampai rumah kami". "Sama-sama. Tapi sebenernya saya kesini karna ada maksud lain" ucap Mamah Alena. "Saya kesini ingin meminta ijin kepada kalian berdua selaku orang tua Angel untuk memberi restu kepada Ridwan dan Angel untuk menikah hari ini juga" lanjutnya. Ucapan Mamah Alena ini sukses bikin Papah ga bisa berkata-kata juga. "Tadi pagi saya memergoki Ridwan dan Angel tidur bersama diranjang  Ridwan. Maka itu saya ingin Ridwan bertanggung jawab dan menikahi Angel" lanjutnya. Gue cuma bisa nundukkin kepala gue. Karna gue sendiri masih bingung sama situasi yang ada ini. "Ehm, lebih baik kita omongin semua didalam. Ga enak ngobrolin masalah penting kaya gini didepan pintu. Ga enak juga diliatin sama tetangga nanti" Mamah gue ngasih saran, sekedar berusaha untuk memecahkan suasana yang sedikit tegang karna dari yang gue liat, Papah mulai naik emosinya. Papah memejamkan matanya, menghembuskan napas kasar dan mulai mengendalikan emosinya lagi. "Baiklah, ayo silahkan masuk" ujar Papah gue. "Terima kasih banyak" ucap Mamah Alena sambil tersenyum kE gue dan Mamah serta Papah. Kami pun memasuki rumah dan duduk didepan tv.   tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD