Liam memulai permainan

488 Words
BAB 17 – LIAM MEMULAI PERMAINAN Grayson memandang berkas di tangannya dengan rahang mengeras. Nama Liam tertera di halaman depan, bersama laporan transaksi mencurigakan yang melibatkan beberapa investor lama perusahaan Walker Corp. Exelina duduk di sofa, menyilangkan kaki dengan anggun. "Sepertinya Liam tidak hanya ingin bersaing di atas meja perundingan. Dia ingin menghancurkanmu, Grayson." Grayson melempar berkas itu ke atas meja dengan gerakan kasar. "Dia tidak akan berhasil." Exelina tersenyum tipis, memainkan cincin di jarinya. "Dia punya banyak koneksi, dan dia cukup pintar untuk bermain di belakang layar. Kau tidak boleh meremehkannya." Grayson berjalan ke arah jendela besar kantornya, menatap kota New York yang sibuk di bawah sana. "Aku tidak pernah meremehkan siapa pun, Exelina. Tapi Liam membuat kesalahan besar jika berpikir dia bisa menantangku dan merebut apa yang milikku." Suara ponselnya bergetar di meja. Tanpa berpikir panjang, Grayson mengambilnya dan melihat nama yang muncul di layar. Liam Aldridge. Tatapan Grayson berubah gelap. Dengan gerakan cepat, ia menjawab panggilan itu. "Apa yang kau inginkan?" Tawa kecil terdengar di seberang sana. "Santai, Walker. Aku hanya ingin berbincang sedikit." Grayson menggeram pelan. "Aku tidak punya waktu untuk permainanmu, Liam." "Permainan?" Suara Liam terdengar penuh ironi. "Aku pikir kita sudah lama terlibat dalam permainan ini. Kau hanya tidak menyadarinya." Exelina yang sejak tadi memperhatikan, kini berdiri dan berjalan mendekat. Ia meletakkan jemarinya di d**a Grayson, menuntunnya agar tetap tenang. "Apa yang kau rencanakan?" Grayson bertanya dingin. "Tidak banyak," Liam menjawab santai. "Aku hanya ingin mengajak Exelina makan malam. Kau tidak keberatan, kan?" Mata Grayson langsung menyipit. Rahangnya mengeras begitu tajam hingga nyaris terdengar suara giginya bergemeletuk. "Over my dead body, Liam." Tawa Liam terdengar lagi, kali ini lebih dalam, lebih menantang. "Kau tahu, Walker, semakin kau mencoba melindunginya, semakin aku tertarik." Sambungan terputus begitu saja. Grayson melempar ponsel ke atas meja dengan kasar. Nafasnya berat, ekspresinya lebih gelap dari sebelumnya. Exelina menatapnya dengan penuh minat. "Sepertinya dia benar-benar ingin memprovokasimu." Grayson menatapnya, matanya penuh bahaya. "Aku akan memastikan dia tidak pernah menyentuhmu, Nonaku." Exelina tersenyum tipis, lalu menyentuh dagunya dengan lembut. "Aku bisa melindungi diriku sendiri, sayang." Grayson menggeleng, mencengkeram pinggangnya erat, mendekatkannya. "Bukan itu masalahnya. Aku tidak bisa membiarkan pria lain berpikir bahwa mereka bisa mendekatimu." "Oh?" Exelina menaikkan sebelah alis. "Jadi ini tentang harga dirimu?" Grayson menatapnya dalam, lalu membisikkan sesuatu yang membuat jantung Exelina berdebar lebih cepat. "Ini tentang obsesi." --- Sementara Itu – Di Tempat Lain Liam duduk di kursinya, memutar gelas whisky di tangannya dengan senyum licik. Ia sudah memperhitungkan segalanya. "Grayson selalu terlalu protektif," gumamnya. "Dan itu yang akan menjadi kelemahannya." Seorang pria lain berjalan masuk ke ruangan Liam, menyerahkan sebuah amplop hitam. "Kita sudah menemukan sesuatu tentang Exelina." Liam membuka amplop itu, membaca isi di dalamnya. Matanya menyipit, lalu senyumnya semakin melebar. "Menarik…" Ia menatap foto di dalam amplop itu. "Sepertinya kau bukan hanya wanita yang menarik, Exelina. Kau juga menyimpan rahasia." Dan Liam akan menggunakan itu untuk menghancurkan segalanya. --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD