Windi terbangun dan melihat sekelilingnya. Ada jam di dinding yang berdetak menyapa. Ia kemudian bangkit untuk berwudu dan salat malam. Di kamar barunya Windi bebas melakukan apa pun. Kamar mandi dalam ruangan memberinya akses mudah, tak harus ke mana-mana lagi. Windi kemudian tertegun menyadari kini statusnya sebagai istri. Meski begitu tak ada malam pertama sama sekali, lain dengan ingatan lalu yang muncul mengerikan di kepala Windi. Cepat-cepat Windi mengenyahkan kejadian buruk itu dengan wudu dan salatnya. Syukur Windi tidak hanya sebatas ucapan di lisan dan pengakuan dalam hatinya, tetapi juga ia berusaha merealisasikannya dengan anggota badan. Salat, zikir, dan kepasrahan. Windi akan memanfaatkan segala nikmat yang datang untuk ketaatan kepada Allah semata. Windi turun dari kamar

