Part 1

4120 Words
 Kisah ini bertempat di Kota Bandung, kota dengan berbagai lokasi yang mengesankan untuk dikunjungi. Dengan Taman-tamannya yang asri, gedung-gedung yang tinggi, jalanan yang dihiasi berbagai pemandangan indah perkotaan, juga suasana hiruk pikuk nya yang begitu dinamis. Namun dibalik semua suasana dan bangunan-bangunan tinggi yang mewah itu, tidak semua orang memiliki kehidupan yang sempurna, ada berbagai macam kehidupan manusia dengan kondisi dan masalahnya masing-masing.  Kisah ini akan berfokus pada satu orang lelaki yang bernama ‘Agni iskandar’, dia adalah seorang perantau asal Garut yang sudah tinggal di Kota Bandung selama 4 setengah tahun lamanya, umurnya kini 26 tahun. Dia bekerja di sebuah pabrik tekstil, kesehariannya sebagai seorang buruh pabrik hanyalah berangkat pagi pulang malam, di sepanjang minggu.  Postur tubuhnya kurus, dengan rambut sedikit tak terurus, dan raut wajah yang seakan selalu mengantuk karena kurang tidur. Dia tidak memiliki banyak teman, adapun orang-orang yang dekat dengannya hanya akan menghubunginya jika sedang membutuhkan bantuan.  Agni tinggal di sebuah rumah kontrakan yang terletak di pemukiman padat penduduk, dengan akses jalan berupa gang sempit yang berkelok-kelok. Rumah kontrakannya hanya memiliki satu kamar, dapur dan satu toilet, cukup masih layak untuk ditinggali, walaupun setiap saat selalu tercium aroma selokan disana, namun Agni sudah terbiasa dengan hal itu.  Dia tidak pernah mengeluh dengan hidupnya, walaupun banyak permasalahan hidup yang harus dia hadapi dan selalu membebani pikirannya, karena yang penting bagi dirinya hanyalah bisa makan dan minum, serta bisa hidup dengan menjalani rutinitas seperti biasa, berangkat dan pulang dari tempat kerja bersama motor kesayangannya.  Bila dijabarkan, gaji bulanannya bisa dibilang cukup tak cukup untuk makan, karena banyak tagihan yang harus dia bayar. Untuk sewa kontrakan, hutang ke tetangga, hutang ke leasing, belum lagi setiap bulan dia juga harus mengirim uang ke kampung, untuk biaya pengobatan ibunya yang sudah sering sakit-sakitan. Semua itu harus dia hadapi dan jalani dalam kehidupannya, walaupun hidup yang harus dijalaninya itu seakan tidak memberikan kebebasan untuk sekedar bernafas, tapi ada satu pedoman hidup yang selalu dipegang serta ditanamkan dalam pikiran Agni, yaitu “Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.” Kata-kata itulah yang bisa memberinya semangat lagi, walaupun tak selalu.  Pada pagi hari itu, seperti biasa, Agni mengeluarkan motornya, memanaskan mesinnya, untuk berangkat ke tempat kerja. Ketika Agni sedang melakukan hal tersebut, tetangga di sebelah rumah kontrakannya yang merupakan pasangan suami istri tiba-tiba saja berkata.  “Dinas nihh? Ntar bawa pulang duit gede dong.” Dengan nada meledek.  Namun Agni hanya diam dan tersenyum saja menanggapi hal itu, karena hal itu sudah biasa bagi dirinya, setiap hari selalu ada kata-kata ledekan dari tetangganya itu yang menyinggung seputar kehidupan Agni.  Lalu beberapa saat kemudian, tiba-tiba nyonya pemilik kontrakan datang untuk menemui Agni dan menagih uang kontrakan yang sudah ditunggak 1 bulan.  “Nak Agni, uang sewanya sudah ada?”  “Aduhh maaf bu, uangnya kepake buat servis motor ... Nanti saya usahakan minggu depan ya bu.” Jawab Agni.  “Hmm... Okelah, tapi jangan sampe enggak lagi ya, soalnya saya butuh buat bayar uang spp anak saya."  “I- iya bu, pasti.” Ucap Agni.  Lalu tanpa menjawab, si ibu kontrakan segera berbalik dan pergi meninggalkan Agni, sedangkan pasangan suami istri yang ada di sebelah rumah Agni, hanya terkekeh melihat hal itu, sambil berlalu masuk ke dalam rumah mereka.  Agni hanya bisa menghela nafas atas kejadian barusan, setelah itu dia berangkat ke tempat kerja untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Setiap berangkat kerja, ada satu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh Agni, yaitu dia selalu membeli dua bungkus nasi, satu untuk dirinya sendiri dan satunya lagi untuk seorang pemulung yang selalu ditemuinya di pinggiran palang pintu rel kereta.  Singkat cerita, pada siang hari, ketika jam istirahat. Agni menghubungi seorang temannya untuk diajak bertemu, walaupun agak sedikit susah bagi Agni untuk mengajaknya bertemu, namun akhirnya temannya itu bersedia, setelah Agni berkata bahwa dia akan mentraktirnya makan bakso.  Beberapa saat kemudian, akhirnya bertemulah mereka berdua di tempat makan bakso. Teman Agni itu bernama Haerul, postur tubuhnya tinggi dengan rambut cepak tentara, dan dia selalu mengenakan kemeja rapih kemanapun dia pergi. Agni mengajaknya bertemu untuk membahas suatu hal.  Haerul berkata, “Padahal aku ini sedang sibuk lho, tapi demi kamu, aku bela-belain dehh buat datang kesini... Sok atu cerita, ada apa?”  “Eumm, begini rul ... Uang investasi yang aku berikan ke kamu waktu itu, apa boleh kuambil lagi? Aku lagi butuh banget.” Pinta Agni kepada Haerul.  “Eh? ... Eumm, gimana ya? Ya nggak bisa gitu dong. Semua kan ada prosedurnya, uang itu sekarang lagi diproses, kamu sabar aja. Ntar juga kalau keuntungannya udah ada, pasti bakalan aku kasih ke kamu.”  “Tapi, sekarang aku lagi butuh uang buat bayar kontrakan.”  “Kamu pinjam dulu saja uang ke teman-temanmu.” Kata Haerul sambil minum air.  “Kalo gitu aku minjem dulu sama kamu kamu ya.” Ucap Agni.  Lalu tiba-tiba Haerul seakan tersedak oleh air yang diminumnya, dan dia batuk-batuk, maka Agni segera menepuk-nepuk punggungnya supaya batuknya berhenti.  Setelah itu Haerul berkata, “Eumm, sekarang aku lagi ngga bawa uang cash. Kartu atm juga ketinggalan di rumah... Sudah, kamu pinjam saja dulu ke teman-temanmu di pabrik.”  “Sudah, hampir semua orang di pabrik sudah saya tanyai, tapi mereka juga katanya punya banyak keperluan, sehingga mereka tidak bisa bantu.”  “Kamu sabar aja dulu... Kan kamu suka bilang, bahwa Tuhan tuhh tau yang terbaik buat kita, jadi pasti kamu bisa nemuin jalannya.” Ucap Haerul.  “I- iya.” Jawab Agni sambil sedikit menundukan kepalanya.  Usaha Agni untuk mendapatkan uang sewa kontrakan berakhir gagal, selain itu, tanggal gajian masih cukup lama untuk ditunggu. Dia sebenarnya tidak mau jika harus berhutang untuk bayar hutang lagi, karena hal tersebut pasti tidak akan ada akhirnya, tetapi keadaan terus saja memaksa dia untuk melakukan hal itu. Dan sialnya saat ini, tidak ada orang yang bisa menolongnya karena berbagai alasan.  Lalu Agni kembali ke tempatnya bekerja dengan perasaan lesu dan kecewa, sambil berkata dalam pikirannya, “Perasaan waktu dia datang dan menjelaskan tentang bisnis investasi itu, dia selalu menggebu-gebu dan mudah untuk ditemui... Tapi sekarang, selain susah untuk ditemui, dia juga malah banyak alasan??”  Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam benak Agni, namun dia selalu mencoba untuk memberikan jawaban positif atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.  Agni bekerja di bagian melipat baju-baju yang sudah jadi, setiap hari dia selalu berhadapan dengan baju baru yang harus dia lipat dengan rapi lalu diberi label atau merek, dan dia harus melakukan hal itu selama berjam-jam, sambil berdiri. Bersama dengan beberapa pegawai lainnya.  Di tempatnya bekerja itu, sebenarnya ada seorang wanita yang Agni sukai. Dia bekerja di bagian menjahit. Wanita itu bisa dibilang adalah wanita tercantik, yang selalu menjadi pusat perhatian disana. Banyak pria yang selalu berusaha untuk mendekatinya dan ingin menjadi pasangannya, begitupun juga Agni. Namun Agni hanya selalu melihatnya dari kejauhan saja, karena dia tidak berani untuk berinteraksi lebih jauh dengan wanita itu. Dia selalu merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk bisa mendapatkan wanita secantik itu.  Sayangnya Agni benar, karena ternyata, yang hanya bisa mendapatkan wanita secantik itu adalah lelaki paling tampan disana, yang memiliki jabatan cukup tinggi, dan kendaraan yang bisa membawamu melaju dari 0 ke puluhan kilometer per jam hanya dalam beberapa detik saja. Setiap hari, Agni melihatnya diboncengi oleh pria yang memenuhi kriteria tersebut, dan hal itu semakin membuat Agni merasa berkecil hati.  Pada sore hari, Agni pulang ke rumah kontrakannya, dia terlihat sangat lelah dan ingin segera beristirahat setelah seharian bekerja. Namun, baru saja dia duduk selama beberapa menit, pintu rumahnya ada yang mengetuk dan seseorang menyuruhnya keluar.  Ketika Agni membuka pintu, ternyata dua orang pria bertubuh besar dan berwajah sangar sudah berdiri diluar rumahnya, dan sepertinya mereka tidak akan memberikan kabar bagus bagi Agni. Beberapa saat kemudian setelah Agni menemui mereka, ternyata benar saja. Mereka berdua berasal dari leasing tempat Agni menggadaikan BPKB motornya.  Salah satu pria itu bertanya pada Agni, “Saudara Agni, jadi gimana nih? Kapan rencananya mau bayar? sudah terlambat satu bulan lho.”  Seketika itu Agni langsung merasa kebingungan dan tidak tahu harus berkata apa, akibat dari investasi yang dilakukannya bersama Haerul, kini beberapa masalah jadi mulai bermunculan kepada Agni, dari mulai tertunggaknya uang sewa kontrakan, sampai tertunggaknya cicilan BPKB motornya, sehingga membuat Agni jadi merasa bingung sekaligus cemas.  Singkat cerita, setelah berbicara panjang lebar, Pria itu memberikan batas waktu pembayaran kepada Agni, dan jika Agni belum bisa membayar juga, maka terpaksa nanti sepeda motornya akan diambil. Hal yang menjadi beban pikiran bagi Agni mulai bertambah lagi.  Setelah mereka memberikan ceramah yang menjengkelkan, yang intinya hanyalah soal menagih, mereka pun segera pergi dari rumah Agni.  Setelah kejadian itu, Agni kembali menghela nafas, lalu dia segera rebahan di kasurnya dan melamun memikirkan berbagai masalah yang kini sedang membebaninya, ditambah lagi kondisi ibunya di kampung yang saat ini sedang kurang baik. Hal itu membuat Agni jadi bertambah sedih karena dia merasa bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu harus bagaimana, namun dia tidak langsung berputus asa dan tetap berpikiran positif bahwa Tuhan pasti sudah mempersiapkan yang terbaik bagi dirinya.  Lalu dia segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat maghrib. Dan ketika tiba waktunya bagi Agni untuk tidur, tiba-tiba saja dia dikagetkan oleh suara musik yang sangat kencang, dari arah rumah tetangganya yang sepasang suami istri itu. Mereka memang selalu memutar musik dengan speaker active keras-keras di waktu malam, dengan alasan untuk hiburan. Dan Agni yang sangat terganggu dengan hal itu, tidak bisa berkata apa-apa karena dia tidak mau mempunyai masalah dengan orang lain. Jadi, setiap malam, Agni memang selalu merasa kesulitan untuk bisa tidur nyenyak bahkan membuatnya terus terjaga semalaman, sehingga akibatnya wajah Agni selalu tampak seperti orang yang mengantuk.  Hari pun berlalu, pada pagi hari, Agni kembali menjalankan rutinitas seperti biasa, mendapat ledekan dari tetangga, dikejar tagihan, dan bekerja seharian penuh. Namun di hari itu ada yang berbeda. Tiba-tiba saja atasan Agni memanggil dirinya beserta para pegawai lain, untuk datang ke kantor supervisor. Lalu Atasan Agni itu mulai berbicara untuk memberikan sebuah informasi penting kepada mereka, yakni.  “Tuan-tuan, seperti yang kita tahu, saat ini pabrik kita sedang mendapatkan jumlah orderan yang banyak, jadi pihak perusahaan memutuskan untuk menambah jam kerja, dan memberikan uang lembur lebih kepada kalian yang dipanggil kesini sekarang, jadi bagaimana? Apakah kalian bersedia?”  Kemudian, tanpa pikir panjang, Agni dan rekan-rekannya itu langsung saja menyetujui hal tersebut, karena itu adalah kesempatan emas bagi mereka supaya bisa mendapatkan penghasilan yang lebih. Sehingga dengan begitu Agni jadi memiliki harapan untuk bisa membayar segala tagihannya.  Jadi mulai sekarang, mereka harus berangkat kerja dari mulai jam 6 pagi, dan pulang ke rumah pada jam 9 malam, dan upah dari jam kerja yang lebih itu akan dihitung ke dalam uang lembur, dengan nominal yang cukup lumayan, sehingga membuat Agni jadi merasa senang sekaligus bersemangat, karena di awal bulan nanti, dia akhirnya bisa membayar tunggakan-tunggakan nya, dengan uang lembur tersebut.  Hari demi hari Agni lalui dengan bekerja keras, dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan setiap tugasnya, walaupun dalam kondisi tubuh yang kecape’an dan kurang istirahat, dia tetap bekerja keras tanpa menghiraukan rasa sakit, walaupun badannya terasa kurang sehat. Namun dengan penuh semangat semua itu dia lalui, demi bisa memenuhi kewajibannya untuk membayar hutang dan mencukupi kebutuhan hidup. Serta tentu saja yang terpenting bisa mengirim uang untuk ibunya di kampung.  Singkat cerita, setelah tiba waktu gajian. Agni datang ke tempat kerja seperti biasa, dia bekerja seperti biasa dan tidak merasakan adanya sesuatu yang janggal sedikitpun, dia menunggu dibagikannya uang gajian dengan sangat sabar, sampai pada akhirnya suatu pengumuman muncul bak petir di siang bolong.  Isi dari pengumuman tersebut adalah, pernyataan bahwa pembagian upah untuk sementara akan ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan.  Hal itu tentu saja membuat sebagian besar pekerja pabrik murka, mereka tidak terima dengan keputusan tersebut, dan akhirnya memutuskan untuk berdemo. Ada yang kecewa berat, bersedih, mengamuk, dan lainnya, suasana disana benar-benar semrawut dan kacau.  Sedangkan Agni, dia hanya melongo saja sambil terus memperhatikan papan pengumuman tersebut. Dia tidak tahu harus berbuat apa dan harus bagaimana lagi, tubuhnya serasa lemas dan letih. Setelah semua usaha keras yang dia lakukan, rupanya hasilnya tidak pasti, sementara beban yang mengejarnya semakin lama semakin mendekat dan tak bisa dihindari.  Kemudian dia pulang ke rumah dengan nafas yang terasa sesak, pikiran yang seakan berputar-putar, sehingga membuatnya muntah-muntah lalu merasa meriang di sekujur tubuhnya. Pada malam hari itu, dia hanya makan sepotong roti dan minum segelas air disertai obat warung, karena keuangannya yang sudah sangat menipis, dia bahkan harus berpikir dua kali untuk hanya sekedar berobat, sehingga jadinya dia memutuskan untuk tidak berobat. Selain itu hal lain yang membebani pikirannya saat ini adalah, tagihan-tagihan yang akan segera menghampirinya dan terus menghantuinya.  Perasaan yang sedang dialaminya saat ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, dia merasa kecewa, marah, sedih, bingung, sekaligus gelisah. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa atas hal tersebut, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis tersedu-sedu, sembari mendengarkan musik dangdut yang diputar keras-keras dari rumah tetangganya, yang tentunya sangat mengganggu.  Hari-hari berlalu, namun belum ada kabar juga mengenai gaji para pegawai yang ditunggak oleh perusahaan. Selalu banyak alasan yang dikemukakan oleh pihak atasan, dari mulai alasan yang remeh sampai yang tak masuk akal. Yang Membuat para pegawai menjadi semakin gelisah, setiap Agni pulang ke rumah, dia selalu pulang dengan badan yang letih dan perasaan yang kacau. Ditambah, ketika dia akan membuka pintu rumahnya, dari kejauhan ibu kontrakan berteriak memperingatkannya, bahwa jika dalam empat hari lagi dia tidak membayar uang sewa kontrakan, maka penyewa baru akan segera memggantikannya (Atau dalam bahasa kasarnya, Agni akan diusir paksa dari sana).  Saat itu sudah tidak ada lagi pikiran positif di dalam otaknya, dia sudah merasa lelah dan ingin segera mengakhiri hidupnya saat itu juga. Dia sudah tidak kuat untuk menghadapi kenyataan-kenyataan yang selalu mengecewakan bagi dirinya, dan dia ingin segera menghentikan penderitaannya lalu kabur dari kehidupan ini. Walaupun dia sendiri juga tahu, bahwa dengan bunuh diri tidaklah akan menyelesaikan masalah, dan malah akan memberikannya siksaan yang lebih berat lagi bagi dirinya, namun dia sudah tidak peduli lagi dengan hal itu.  Tanpa mau pikir panjang lagi, Dia segera mengambil kain sprei, lalu melilit dan memanjangkannya, untuk kemudian dia kaitkan di plafon atap rumah kontrakannya itu. Dia berniat untuk mati dengan cara gantung diri.  Namun apakah kehidupan yang dia miliki ini hanyalah berisi siksaan saja baginya, tentu saja tidak. Karena Tuhan tidak mungkin mendzholimi hambanya, hal itulah yang sekilas terbesit di dalam pikiran Agni ketika dia akan mulai mengakhiri hidupnya, sehingga dalam sekejap hal itu membuat Agni menjadi ragu, tepat saat sedikit lagi dia akan menggantung dirinya sendiri. Lalu beberapa saat kemudian, Agni mulai menangis dan menyesal, kasih sayang dari Tuhan kepada dirinya jauh melebihi apapun di dunia ini, hanya saja manusia memang selalu berfokus pada masalah dibandingkan dengan nikmat Tuhan.  Lalu beberapa detik saat Agni mulai ragu dan berniat untuk mengurungkan tindakannya tersebut, tiba-tiba saja Handphone miliknya bergetar dan menunjukan sebuah notifikasi. Tanpa pikir panjang, Agni segera turun lalu mengecek notifikasi tersebut yang berbunyi.  “Anda sudah selesai mendownload Aplikasi ‘Finding’ dari Playshop.”  “Apa?? Aku tidak merasa mendownload aplikasi ini?” Kata Agni bertanya-tanya.  Lalu Agni segera membuka dan mengaktifkan Aplikasi tersebut, yang namanya adalah “Finding”. Ketika Agni membukanya, dia merasa bahwa aplikasi itu sangat mirip dengan aplikasi peta, dengan kolom pencarian dan tombol-tombol informasi. Namun untuk membuka kolom pencariannya, Agni harus menukar energy bar menjadi 3 kunci pada aplikasi tersebut. Tanpa berlama-lama, Agni langsung saja menukar Energy bar yang terlihat dalam kondisi maksimal itu dengan 3 buah kunci, yang bisa membuka kolom pencarian untuk digunakan mencari sesuatu.  Agni merasa bahwa dirinya sudah punya aplikasi pencarian semacam itu, yang tidak perlu kunci untuk membukanya, sehingga dia langsung saja memutuskan untuk menghapus aplikasi tersebut dari handphone miliknya, namun ketika dia mencoba hal itu, dia tidak bisa, seakan aplikasi itu menolak untuk dihapus.  Lalu tiba-tiba saja ada notifikasi dari aplikasi Finding, yang berbunyi, “Coba cari tempat yang ingin anda tuju saat ini.”  Maka Agni sempat berpikir sejenak, lalu dia dikagetkan dengan bunyi dari perutnya yang merasa lapar, namun ketika dia melihat isi dompetnya, uangnya hanya cukup untuk jatah makan selama dua hari, dan mengingat bahwa jadwal upah dari pabriknya masih belum tentu, maka itu berarti dia harus berhemat. Jadi dia langsung saja iseng mengetik beberapa kata di kolom pencarian aplikasi Finding.  “Tempat makan paling murah.”  Maka seketika itu juga, pin penunjuk pada peta di aplikasi Finding mulai menunjukan suatu titik lokasi, yang letaknya tidak jauh dari tempat Agni sedang berada saat ini. Aplikasi itu juga menunjukan foto tempat, dan informasi mengenai tempat tersebut, yang menjual nasi goreng murah.  Agni sempat menghela nafas, lalu dia segera bersiap untuk berangkat menuju ke lokasi yang ditunjukan oleh aplikasi Finding. Karena saat itu dia merasa sangat lapar dan ingin makan. Dengan sepeda motornya, Agni berangkat menyusuri gemerlapnya suasana perkotaan pada malam hari itu, dengan perasaan yang masih menyisakan sesak di dalam hatinya, karena masalahnya masih belum selesai, tetapi yang penting saat ini adalah mengisi perut terlebih dahulu  Setibanya Agni di tempat penjual Nasi goreng yang ditunjukan oleh Aplikasi Finding, Agni segera duduk dan memesan 1 porsi nasi goreng, lalu singkat cerita dia sudah menghabiskan makanannya dan siap untuk membayar, namun alangkah terkejutnya dia ketika uang yang harus dia bayarkan hanya sebesar 7 ribu rupiah saja, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga nasi goreng pada umumnya, padahal posrsi yang dia makan barusan lumayan besar.  Lalu Agni bertanya mengapa harganya bisa semurah itu, dan si pedagang menjawab, bahwa saat ini dia sedang merasa bersyukur karena anaknya telah sembuh dari sakit, jadi khusus untuk hari ini, harga nasi goreng yang dijualnya jauh lebih murah dari biasanya. Si pedagang itu berbicara pada Agni sambil tersenyum, dan menyiratkan rasa syukur di raut wajahnya.  Setelah itu, Agni pulang ke rumah untuk tidur. Di perjalanan, dia berkata dalam benaknya, “Wah, aplikasi ini bisa menunjukan tempat makan yang sedang diskon, walaupun tempat makan itu bukanlah tempat makan yang besar dan ternama. Bagus juga.” Agni masih menganggap sepele aplikasi tersebut, dan tidak merasakan adanya kejanggalan.  Keesokan harinya, Agni yang merasa sangat jenuh dan gelisah di dalam rumah, masih selalu berusaha untuk menghubungi Haerul, namun panggilannya tidak pernah diangkat, sehingga membuat Agni menjadi kesal sekaligus putus asa. Selain itu, tagihan uang sewa, dan tanggal jatuh tempo cicilannya juga semakin hari semakin mendekat, sehingga membuat Agni jadi tambah bingung.  Pada sore hari, ketika hujan yang cukup lebat baru saja reda. Agni berniat untuk memasukan motornya ke dalam rumah, lalu dia mendapati bahwa talang air di atas teras rumahnya bocor, sehingga membuat genangan air yang cukup besar di terasnya, maka dari itu dia memutuskan untuk pergi membeli lem paralon ke toko bangunan.  Tak ada kendala yang berarti ketika dia berangkat dan membeli lem itu dari toko bangunan, namun saat dia akan menghampiri motornya untuk kembali pulang ke rumah, tiba-tiba saja dia merasa kaget, karena sepeda motor yang tadinya diparkir di dekat toko bangunan itu, sekarang sudah hilang entah kemana.  Hal itu sontak saja membuat Agni langsung merasa kebingungan sekaligus khawatir, dia menengok ke segala arah, sambil terperangah dan menggaruk-garuk kepalanya, lalu dengan sekujur tubuh yang gemetar, dia mencoba untuk menanyai setiap orang di sekitar sana mengenai sepeda motornya yang kini telah hilang. Namun tak ada yang tahu mengenai hal itu, dan mereka hanya bisa ikut mencari sebisanya di sekitar sana.  Setelah kejadian tersebut, sekujur tubuh Agni langsung merasa lemas sehingga dia tidak bisa bergerak dan hanya terdiam duduk di depan toko, dengan beberapa orang mengerumuni dirinya dan mencoba untuk menenangkannya, juga ada beberapa orang yang menyuruhnya lapor pada polisi.  Tak lama kemudian, Agni yang dilanda rasa kebingungan itu, tiba-tiba saja langsung mendapatkan suatu ide yang terbesit di dalam pikirannya. Dia segera berdiri, mengucapkan terima kasih, lalu pergi dari sana dengan tergesa-gesa, orang-orang yang sedang mengerubungi Agni tidak dapat mencegah Agni untuk pergi dari sana.  Sambil berjalan, Agni mengeluarkan Handphone miliknya, lalu dia membuka aplikasi Finding untuk mencari motornya. Walaupun dia merasa bahwa hal itu adalah hal yang konyol untuk dilakukan, namun dia berkilah bahwa apa salahnya mencoba?  Dia pun segera menggunakan 1 dari dua kunci yang tersisa untuk membuka kolom pencarian di aplikasi finding. Kemudian dia menulis di kolom pencarian tersebut, “Motor milik saya.”  Tepat setelah dia meng’klik tombol pencariannya, tiba-tiba pin langsung saja menunjuk ke suatu tempat yang berada lumayan jauh dari lokasi Agni sedang berada saat ini, namun lokasi tersebut masih bisa dia capai dengan menaiki angkutan umum. Agni merasa percaya tidak percaya dengan hal yang ditunjukan oleh aplikasi Finding, tanpa pikir panjang langsung saja pergi berangkat ke lokasi tersebut, karena dirinya masih diliputi oleh rasa penasaran. Singkat cerita, Waktu sudah mulai memasuki malam hari, pada saat itu. Agni masuk ke suatu kawasan pemukiman padat penduduk yang kurang lebih hampir sama dengan lingkungan tempat tinggalnya.  Sambil berjalan cepat, dia terus memperhatikan layar Handphone miliknya untuk melihat apakah dia sudah dekat dengan lokasi tujuannya atau belum. Hingga akhirnya dia pun berhasil sampai di tempat yang dia tuju, yakni sebuah rumah dengan pagar besi dan ada beberapa motor yang terparkir di teras luar rumah tersebut. Dari luar, suasana dalam rumah itu terdengar cukup ramai, oleh canda tawa para lelaki yang sedang bermain kartu.  Lalu alangkah terkejutnya Agni saat dia mendapati bahwa sepeda motornya sedang terparkir di teras rumah itu, sehingga dia menjadi tambah yakin bahwa orang-orang yang ada di dalam rumah itu adalah komplotan para pencuri motor yang berbahaya. Namun walau apapun yang terjadi, dia harus bisa mendapatkan motornya kembali. Maka tanpa berlama-lama lagi, Agni segera masuk kesana, pertama-tama dia menggeser pagarnya dengan sangat perlahan sambil terus memperhatikan keadaan di sekitar. Aksinya saat itu benar-benar mirip seperti maling yang sedang beraksi memasuki rumah warga.  Sambil mengendap-endap Agni berjalan menghampiri sepeda motornya, dengan sangat berhati-hati dia memutar dan menuntun sepeda motornya itu keluar dari rumah tersebut, tanpa menimbulkan suara sama sekali, karena dia takut ketahuan lalu disangka maling.  Untungnya aksi Agni itu berjalan dengan lancar, sehingga dia bisa membawa sepeda motornya kembali pulang, walaupun ada kerusakan pada kunci kontaknya. Dia tidak peduli apa yang terjadi pada maling motornya setelah benda curian mereka itu berhasil direbut kembali olehnya, karena yang terpenting adalah, Agni bisa mendapatkan sepeda motornya kembali.  Lalu saat Agni sudah berada di rumahnya, dia duduk sambil tertegun memperhatikan aplikasi Finding yang ada di Handphone miliknya, dia merasa takjub sekaligus tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ternyata aplikasi Finding bisa digunakan untuk mencari hal apapun yang ingin ditemukannya, dan hal itu tentu saja merupakan hal yang sangat luar biasa bagi dirinya. Dia tidak menyangka bahwa dirinya telah mendapatkan keajaiban dari Tuhan, berupa sebuah Aplikasi.  Lalu disaat itu, dia dikagetkan dengan bunyi panggilan telepon dari nomor penagih hutang yang sedari tadi sudah memenuhi kotak panggilannya namun tak diangkat. Maka seketika itu juga, di pikirannya mulai terbesit niat untuk menggunakan aplikasi Finding, sebagai alat pencari uang yang mudah baginya.  Dia segera menggunakan 1 kunci terakhir untuk membuka kolom pencarian di aplikasi finding, setelah itu dia menulis di kolom pencarian, “Uang dalam jumlah banyak.”  Dan seketika itu juga, pin penunjuk lokasi mulai mencari dan kemudian menunjukan sebuah titik lokasi kepada Agni. Yang letaknya berada di jalanan daerah Lembang.  Pada malam hari itu, tanpa pikir panjang, Agni langsung saja memakai jaket dan helm nya, untuk berangkat menuju ke lokasi yang ditunjukan oleh aplikasi Finding. Suasana gemerlap perkotaan dia lalui, dengan perasaan yang tegang dan jantung yang terus berdebar-debar, Agni mengendarai sepeda motornya menyusuri jalanan, sambil dipayungi oleh langit malam yang gelap. Setelah cukup lama berkendara, Agni akhirnya sampai di daerah Lembang yang dipenuhi oleh banyak lahan luas, serta pepohonan yang lebat. Agni terus melaju bersama sepeda motornya, hingga ke titik lokasi tujuan. Setelah itu dia berhenti lalu menuruni motornya, untuk mulai mencari barang yang dituliskannya di kolom pencarian aplikasi Finding.  Dia berjalan ke semak-semak, dan memeriksa selokan di sekitar sana namun dia masih belum menemukan juga barang yang dia cari. ketika itu, dia sempat merasa ragu dan mulai berpikir bahwa tidak mungkin dia bisa menemukan barang yang dia tulis di aplikasi Finding, namun dengan bukti sepeda motor yang berhasil didapatkannya kembali, maka dia tetap merasa yakin terhadap aplikasi Finding. Hingga akhirnya, dia menemukan sesuatu yang ada dibalik sebuah pohon di pinggir jalan tersebut. Yakni sebuah tas berwarna hitam, yang berdiam disana tanpa ada siapapun yang menjaganya.  Seketika itu, Agni langsung menengok ke segala arah untuk memastikan bahwa tidak ada siapapun yang sedang memperhatikan dirinya. Lalu setelah memastikan bahwa keadaan aman, Agni segera mendekati dan membuka tas tersebut untuk melihat isi yang ada di dalamnya.  Alangkah terkejutnya Agni saat dia melihat isi dalam tas tersebut, yang ternyata adalah Tumpukan uang yang begitu banyak. Bahkan saking kagetnya, Hal itu sampai membuat Agni tersentak lalu jatuh tersungkur ke belakang karena lututnya terasa lemas, dan sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat.  Dia benar-benar merasa terkejut sekaligus takjub saat melihat tumpukan uang tersebut. Lalu tanpa pikir panjang danbberlama-lama lagi, Agni langsung saja mengambil dan membawa tas itu bersamanya, untuk dibawa pulang ke rumah. Dia mendekap tas itu di pangkuanya, sambil berjalan untuk mengendarai sepeda motornya kembali ke rumah.  Di malam itu, perjalanan Agni menuju ke rumahnya terasa sangat singkat seperti halusinasi, dengan perasaan seakan melayang-layang, saking senangnya dia karena baru saja mendapatkan Jackpot. Rasanya bagaikan terbang di atas awan dan mengarungi luasnya langit biru. Walaupun saat itu adalah malam hari.  Sesampainya dia di rumah, Agni langsung mengeluarkan semua uang itu dan meletakannya di atas kasur, sehingga kini kasurnya jadi dipenuhi oleh uang. Kemudian Agni duduk dan terkulai lemas sambil terus memperhatikan uang-uang itu yang jumlahnya sangat banyak menumpuk di atas ranjang. Agni yang haya bisa duduk berjongkok dengan perasaan lemas, kemudian mulai tersenyum sambil berkata kepada dirinya sendiri di kala itu.    “Wow Fantastic Baby.”   Kira-kira Apa yang akan terjadi pada Agni dengan uang sebanyak itu? Dan apa yang bisa dia raih mulai sekarang? Ikuti kisah perubahan hidup Agni, dan petualangan besar yang akan segera ia hadapi dalam hidupnya, hanya di kisah God Apps.  Berlanjut ke Part 2 ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD