Sudah sepuluh menit Ahza mondar-mandir di hadapan rumah sederhana dan minimalis itu, rumah ibunya Fatma nampak sepi, tentu saja mereka semua sedang terlelap tidur siang. Ia ingin sekali mengetuk pintu rumah itu. Namun, bayangan dirinya ketika mentalak dan merampas sertifikat rumah berkelebatan menghentikan langkahnya, rasa sungkan dan malu adalah penghalang yang begitu kokoh. Teriknya matahari yang sangat menyengat tak membuatnya jera, ia masih tetap setia berdiri berharap jika Fatma akan keluar walau hanya mengangkat jemuran, di saat itulah Ahza bersiap menghampiri. Sudah hampir setengah jam, Fatma tak juga keluar menampakkan dirinya, terpaksa ia melangkah walau terasa berat. Pagar setinggi satu meter terbuka sedikit memudahkan dirinya untuk terus melangkah, jemarinya mengepal lalu pe

