Dalam sebuah ruangan yang segaja dibiarkan berpencahayaan redup, seorang pecundang bersembunyi, gemetaran, dirundung rasa takut yang membuatnya tak bernyali menghadapi kenyataan. Untuk ke sekian kalinya Aditya menggelengkan kepalanya dengan kencang, berharap bisa menepis ingatan buruknya tentang wajah hancur Kirana yang melepuh di depan matanya.
“Aarrrgghh! Tidak... Aku tidak mau menikahi wanita buruk rupa!” Pekik Aditya memegangi kepalanya, memukul berulang kali pada jidatnya. Ia berharap semua yang terjadi hanya mimpi, namun keberadaannya di sini sendirian, di kamar yang seharusnya dihuni oleh ia dan Kirana yang menjadi pengantin baru, menampar kesadarannya bahwa ini memang kenyataan. Aditya bahkan masih mengenakan baju kebesarannya, jas putih formal yang kini bukan lagi menampilkan keg
