Bab 7 Alasan

1559 Words
Pagi ini, aku merasakan mual yang sangat, hingga membuat kepala terasa pusing dan berdenyut. Nenek mencoba membuatkan minuman hangat, dari wedang jahe yang dicampur madu. Nenek selalu menyediakan pemanis alami, dalam kemasan botol. Minuman manis itu, dia dapat dari teman sesama penjual, yang memberinya secara gratis. "Zahra, minum wedang jahenya! Ini bisa membantumu untuk mengurangi rasa mual dan menjadikan tubuhmu hangat," ujar nenek. Segelas teh hangat telah siap untuk diminum, dibawa nenek dalam cangkir stenlis. Aroma jahe tercium, masih terlihat mengepulkan asap panas. "Makasih, Nek. Maaf sudah merepotkan." Nenek tersenyum menanggapi ucapanku. Tidak sedikit pun keluhan dia ucapkan, meski umurnya sudah tua. "Ndak apa, Nduk. Kamu sudah aku anggap cucu sendiri. Sudah menjadi kewajiban untuk menolongmu." "Nek, sepertinya aku ngidam mangga muda dengan bumbu kacang. Dimana bisa didapat mangga muda, Nek?" tanyaku kemudian. "Oalah ... kamu lagi ngidam mangga muda to. Nanti aku carikan ya, Nduk," ucap nenek sembari mengelus perut ini. Walaupun aku bukan cucu dan darah dagingnya, tetapi bisa merasakan, kalau kasih sayang wanita itu sangat tulus. Aku rindu kasih sayang kedua orang tua. Sudah dua puluh tahun, tidak merasakan belaian, dan kasih sayang ayah, ibu. Sejak bayi merah mereka sudah membuangku di panti asuhan. "Ngeh, Nek." "Yo wes, nanti Nenek carikan mangga muda untukmu ya, Nduk. Cicitku harus sehat dan kuat seperti ibunya." Aku tersenyum mendengar ucapan nenek. Ada rasa bahagia yang menyelimuti diri ini. Wanita tua itu, masih kuat bekerja. Setelah berkata demikian, nenek segera berangkat ke pasar. Wanita sepuh yang sudah ditumbuhi uban itu, tidak mengizinkanku untuk ikut menemani, dan membantunya berjualan. Usia kandungan masih masa rawan, takutnya terjadi sesuatu jika memaksakan bekerja. Sudah saatnya, aku harus mandiri dan bekerja tanpa memberatkan beban nenek. Aku harus cari cara, agar punya pendapatan untuk biaya persalinan,dan kebutuhan calon bayi. Bingung dengan ide apa yang bisa aku kerjakan, aku pun akhirnya membuka ide-ide kreatif, untuk buka jualan online. Jangan sampai menyusahkan orang lain. Harus membuat makanan untuk dioder, dan menjajakan keliling, mungkin lewat beranda f******k. Kubuka,dan scroll beranda sosmed dari atas sampai bawah. Muncul postingan dari Mas Raja. Deg. Jantungku berdetak dengan kencang, saat membaca statusnya di sana dengan caption bahagia. Dada ini terasa berdetak dengan kencang, kala melihat Mas Raja mengunggah fotonya, bersama seorang wanita muda, dan cantik. Gadis itu bertubuh tinggi, dan langsing serta mempunyai kulit yang putih bersih. Mereka tampak berpose mesra. Inikah alasan Mas Raja menalakku? Ternyata dia mempunyai wanita lain dalam kehidupannya. Album itu diunggah tiga bulan yang lalu . Itu berarti sehari setelah aku ditalak oleh lelaki itu. Kubuka profil Mas Raja, aku kepo. Apa saja postingan yang dia buat selama ini. Ternyata memang benar, gambar itu diunggah sehari setelah aku pergi dari rumahnya. Mantan suami memakai seragam, sementara wanita di sampingnya memakai gaun berwarna putih. Lelaki itu memberi tanda, bahwa perempuan itu adalah calon istri dunia, dan akhirat. 'Mas Raja, ternyata ini alasan memberikan talak. Kamu mempunyai wanita lain,' gumamku lirih. Air mata jatuh berderai, membasahi pipi saat mengetahui pengkhianatan, yang dilakukan pria itu begitu kejam. Melihat kembali beranda Mas Raja, dari atas sampai bawah. Berbagai kebersamaan kami pun sudah dihapus. Termasuk pertunangan kami, yang diunggah sudah tidak ada lagi tersisa. Sungguh tega dia mengkhianati. "Assalamualaikum." Ucapan salam terdengar dari luar. Aku menghapus jejak air mata, dan segera bangkit menuju keluar. Seorang pemuda berkulit sawo matang sedang berdiri di luar menunggu. Pria tersebut membawa bungkusan dalam kantong plastik hitam, entah apa isinya. "Waalaikumsalam," jawabku. Kubuka pintu, dan bertanya pada pemuda tersebut, ada apakah gerangan ia datang ke rumah. Bukankah nenek tidak ada di rumah. "Mbak Zahra, Nenek menitipkan ini pada saya. Katanya untuk cucunya," ucap sang pemuda sembari menyerahkan bungkusan yang ia bawa tadi. "Apa ini?" "Ini buah mangga muda, Mbak. Tadi Nenek meminta saya buat manjat di kebun. Dan menyuruh saya buat ngantar ke Mbak Zahra," lanjutnya. Aku melihat bungkusan dalam kantong plastik hitam, memang buah mangga muda yang harum. Lelaki berparas manis itu adalah suruhan nenek. Wajahnya cukup manis mempunyai kulit sawo matang. Dia bernama Agus, pemuda desa yang terkenal pendiam, dan tidak banyak bergaul. Nenek sudah lama mengenal Agus, karena lelaki itu sering ke pasar. Membantu ayahnya untuk berjualan ayam potong. "Makasih, Mas. Maaf sudah ngerepotin," kataku sambil tersipu malu. Buah mangga yang dikirimkan nenek masih sangat segar, dan baru dipetik dari pohon. "Ngeh, Mbak Zahra. Kalau gitu saya permisi pulang mau lanjutin pekerjaan," ucapnya sembari berpamitan. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Agus segera berlalu mengendarai motornya. Aku melihat kepergian pria itu, sampai menghilang di balik tikungan. Kulanjukan kembali membuka status Mas Raja. Dia mengunggah foto pertunangannya kemarin, dengan gadis cantik. Baru tiga bulan, aku berpisah dengannya dia sudah menjalin hubungan dengan wanita lain. Bahkan undangan pernikahan sudah disebar. Mantanku akan menikah minggu depan, di rumah sang gadis. Dari cara perempuan itu berpakaian, memperlihatkan kalau ia dari keluarga kaya. Namanya Medina anak seorang pengusaha rokok yang terkenal. Mereka tersenyum dengan bahagia, menunjukan cincin pernikahan. Benda bulat yang dipakai Medina adalah cincin pernikahan, yang sempat kupakai kemarin dengan Mas Raja. Aku mengembalikan benda itu. Memakainya hanya membuat hati ini sakit. Ada yang terasa nyeri di dalam d**a. Teganya Mas Raja mempermainkan hidupku. Dia bukan pria sejati yang bertanggung jawab. Sementara besoknya, bertunangan dengan seorang gadis. Tangisku kembali pecah m*****i pipi. Sesakit ini dikhianati oleh orang yang dipercaya. Bukankah dia tahu, kalau seorang perwira polisi itu tidak bisa menceraikan istrinya dengan asal. Saat akan menikah dengannya, aku sudah menjalankan beberapa tes termasuk tes keperawanan. Namun, inilah alasan yang sebenarnya, mengapa dia dengan tega membuangku. Rupanya ada wanita lain yang disembunyikan. Aku menemukan jawaban, sekaligus alasan mengapa Mas Raja menjauh. Kuketahui dari membuka akun instagramnya. Di beranda itu, aku juga melihat dia menandai dokter Regan--adiknya. Kubuka story Regan, dan melihat apa saja yang sudah diposting di sana. Lelaki itu banyak memasang curhatan-curhatan tentang gadis pujaannya. Dia memberi caption patah hati, dan tak bersemangat. Kembali jantungku berdetak kencang. Ada satu seorang perempuan, yang ditutupi dengan stiker, dan memberinya tanda sedih. Gadis pujaanku menikah dengan pria lain. Aku terlambat mengutarakan isi hatiku. Begitulah kalimat yang dibuat Regan. Tidak begitu jelas nama yang di, karena wajah sang wanita wajahnya tertutup. Aku tidak menyangka, di balik sikap diam pria itu, ternyata mempunyai kekasih. Entah siapa yang beruntung, mendapatkan Regan seorang pria tampan, dan cerdas. Sifatnya jauh berbeda dengan Mas Raja, bagai langit dan bumi. Dokter itu mempunyai sifat pendiam, dan sedikit bicara seperlunya saja. Sementara Mas Raja sebaliknya. Dia agresif, dan terkenal sering gonta-ganti pacar. Mempunyai jabatan aparat negara tidak menjamin dirinya baik. Tetap saja sifatnya manusiawi. Inginkan kebahagian dunia tanpa memikirkan akhirat. Facebook tidak diblokir Mas Raja. Mungkin dia ingin memperlihatkan padaku, kalau dirinya kini bahagia tanpa kehadiranku *** Hari ini aku mulai menjual barang dagangan, lewat **, dan story w******p. Ku posting aneka kue yang dibuat sendiri. Tampilannya cantik biar pembeli tertarik. Aku membuat kue yang tahan dua hari, agar tidak mudah basi, kalau tidak habis dijual. Membuat roti donat dengan toping aneka ragam. Mengemas dalam bungkusan plastik transparan. "Nduk, sudah ada yang pesan kue buatanmu?" tanya nenek setelah pulang dari jualan. Dia duduk di balai bambu sambil meluruskan kaki. Nenek melihat kue donat buatanku, yang tampil cantik, dan unik dihiasi toping aneka macam. "Alhamdulillah, Nek. Sudah ada yang memesan sepuluh orang," jawabku. Kutata donat dalam plastik, dan siap untuk diantar ke pemesan. Aku menjual kue dengan seharga sepuluh ribu, isi delapan buah. "Alhamdulilah, Nduk. Nenek doakan semoga jualannya lancar dan murah rezekinya." "Aamiin." Aku mengaminkan doa nenek. Baru hari pertama memposting jualan, aku sudah mendapat pesanan sepuluh orang. Aku mengganti akun dengan yang baru. Aku tidak mau Mas Raja melihatku, lalu menemukan berjualan kue dalam keadaan hamil. Biarlah mereka tidak tahu aku hamil, akan kubesarkan anak ini sendiri. Selamanya akan kusembunyikan, dari Mas Raja dan keluarganya. Mereka juga sebentar lagi akan mempunyai cucu baru, dari pernikahan kedua. "Nek, Zahra pamit mau mengantarkan kue donat ini ke pelanggan. Semuanya ada sepuluh orang." Sebelum pergi, aku minta doa restu pada nenek agar jualanku dimudahkan, dan dilancarkan rezekinya. Aku memberikan nenek donat buatanku, agar mencicipinya. Wanita sepuh itu memuji rasanya yang ternyata enak, tidak kalah dengan hasil toko roti terkenal. "Enak. Donat buatanmu sungguh lembut, Zahra. Tidak kalah dengan toko roti," ucap nenek memberi pujian. Aku tersenyum tersipu malu, mendengar pujian dari nenek. Keahlian membuat donat sudah aku pelajari, sejak berada di panti asuhan. Dulu, ibu panti sering mengajari membuat aneka kue basah, dan membantunya berjualan dengan menitipkan, di warung-warung penjual makanan. Usaha donat kami lakukan sebagai bisnis kecil-kecilan, untuk memenuhi kebutuhan panti. Tidak setiap bulan donatur memberi kami kebutuhan, ibu Ayesha pemilik panti harus putar otak, agar anak asuhnya tidak kelaparan karena tidak punya makanan. "Alhamdulillah, Zahra sudah berhasil membuat kue enak. Makasih Nenek sudah memberiku dukungan." "Nenek, bangga padamu, Nduk. Kamu punya semangat yang tinggi untuk mencari uang." "Doakan, Zahra ya, Nek. Biar usaha Zahra berjalan lancar sampai nanti Zahra melahirkan untuk biaya persalinan." "Pasti, Nduk. Nenek selalu berdoa untuk kebaikanmu." Aku pun tersenyum. "Makasih, Nek." Segera ku pesan ojek online untuk mengantarkanku, ke tempat tujuan para pelanggan. Satu persatu pesanan para pelanggan aku antar, hingga satu pelanggan yang membuat heran. Nama akun pemesan itu ternyata bekerja di rumah sakit. Saat aku menanyakan lewat w******p, ternyata pemesan itu adalah dokter Regan. Dia mengatakan bertugas di rumah sakit besar. Aduh bagaimana ini? Tidak mungkin, aku menemui Regan dalam keadaan seperti ini. Aku tidak mau dia tahu kondisiku, pasti pria itu akan bercerita pada Mas Raja. Kuputar otak untuk mencari cara menghindari, pertemuan dengan Regan *** Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD