Kesempatan kadang datang hanya sekali seumur hidup. Maka, jangan disia-siakan

1148 Words
Lika merebahkan dirinya, setelah seharian berkeliling kota Chiang Rai untuk "Ziarah Idola". Ziarah Idola, merupakan istilah dari para fans berat, merujuk pada mengunjungi semua tempat yang berhubungan dengan idola mereka. Dalam kasus Lika, dia sengaja memilih Chiang Rai, karena ini merupakan kampung halaman Jay. Lika mengunjungi daerah tempat Jay tinggal, mengunjungi sekolahnya saat masih kecil, mengunjungi taman hiburan tempat Jay dulu bermain. Kini Lika sedang berada di hotel tempat Jay dulu pernah menginap. Entah dari mana dia mendapat cerita, dulu sebelum pindah ke Indonesia, Ibu dari Ibunya Jay, alias neneknya yang merupakan orang Indonesia, datang menjemput Jay, dan membawa Jay menginap di hotel ini. Karena keterbatasan dana, Lika tak bisa memesan kamar hotel yang sama saat Jay menginap dulu. Ternyata harganya selangit. Jadi Lika memutuskan untuk mengambil tipe kamar yang paling rendah di hotel ini, setidaknya dia di hotel yang sama, dan itu sudah membuatnya bahagia. Tak jauh dari hotel, ada tempat wisata berupa kuil, yang dulu pernah didatangi Jay. Tapi Lika memutuskan untuk pergi esok hari. Karena hari ini dia sudah terlalu lelah. "Para isteri online Suppasit di luar sana. Hari ini Gua ngunjungin tempat bersejarah suami kita. Fotonya bakal Gua upload kalo udah di Indonesia ya, Gua harus edit dulu, hehehe." #KhunSuppasit #CEOTampan #isterisahnyakhunsuppasit. "Kirim." Lika memperbaharui snapgramnya begitu status tersebut terkirim, pesan bermunculan di kotak masuk Lika. "Jaga kesehatan Phi (kakak)" "Suusuuna Phi (semangat kak)" "Chan rak Phi, Suusuuna! (Aku cinta kakak, semangat!)" *** Jay mempercepat langkah kakinya, sambil berusaha menutupi wajah agar tak terlihat. Tapi percuma saja, Chiang Rai adalah kampung halamannya. Bahkan orang-orang di sana bisa mengenali Jay hanya dengan mencium bau parfum dari tubuhnya. Sejak dari bandara Jay sudah menduga hal ini akan terjadi. Bahkan sejak dari pesawat, penumpang yang lain telah memperhatikan Jay. Bodohnya, untuk merasakan kehidupan sebagai orang biasa, dia malah memesan tiket ekonomi. Hasilnya Jay diikuti dari bandara, higga sekarang, bahkan ada fans yang hampir pingsan karena melihat wajah tampannya. "Sialan, Gua gak bisa ke hotel. Bisa gawat kalo mereka tahu Gua nginap dimana." Jay mempercepat langkah kakinya, niatnya untuk liburan yang tenang hancur sudah. Jay melihat ke belakang. Makin lama, orang-orang di belakangnya semakin bringas. Masing-masing mereka memegang kamera serta ponsel. Semakin lama langkah mereka semakin cepat. Jay yang melihat hal itu, langsung berlari, untuk menghindari mereka. "Aish, Mereka gak ada kerjaan lain apa? apes banget nasib Gua." Jay terus saja berlari, beberapa menit kemudian, buk! Jay menabrak seseorang. Orang itu terpana sejenak, namun setelah melihat kerumunan di belakang Jay yang semakin mendekat, Jay langsung ditarik dan dibawa kabur dengan cepat. Jay menghela nafas lega, setelah berhasil melarikan diri. Kini mereka berada di kamar hotel dengan ruangan yang sudah pasti kelas terbawah dari hotel ini. "Hah, makasih karena ..." Jay terdiam, tatkala melihat kamera ponsel mengarah padanya, ceklek, ceklek, ceklek, entah berapa buah foto yang sudah diambil wanita bergaya aneh tersebut. Jay seperti ditusuk berkali-kali. Jay terkejut tatkala melihat foto di bagian belakang gawai wanita itu, jelas sekali wajahnya terpampang di sana. Pandangan Jay beralih ke gantungan kunci di atas tempat tidur, di atas nakas juga, fotonya terpajang di mana-mana. Yang paling aneh wanita itu juga memakai T-shirt dengan gambar wajahnya yang sangat besar. "L-Lu... Sesaeng fans?" Jay bergidik ngeri. Perlahan dia berusaha untuk kabur. Tapi wanita itu menghadangnya dan terus saja menatapnya sambil tersenyum. "Aku bukan sesaeng fans, Aku Lika Miana." Wanita yang ternyata adalah Lika tersebut mengulurkan tangannya. Jay mundur satu langkah, melihat itu, Lika maju satu langkah. Jay mundur lagi satu langkah, Lika pun maju satu langkah lagi. Jay sudah tidak bisa mundur, karena sekarang dia bersandar ke tembok, menatap Lika yang menurutnya lebih seperti psikopat. "Lu orang Indonesia? L-Lu mau apa? Lepasin Gua, atau Gua laporin Lu ke polisi!" Lika menggelengkan kepalanya, lalu menarik tangan Jay, dan menyuruhnya duduk. "Calm down Khun Suppasit. Aku bukan orang jahat." Lika nyengir kuda. Hal itu membuatnya terlihat cringe. "Kalo gitu Gua pergi dulu." Jay hampir beranjak dari duduknya. "Ow, tidak bisa." Lika menaikkan telunjuknya, lalu menggeleng santai. "Apanya yang gak bisa? lepasin Gua. Penculik Lu ya?" "Adoh, masa udah ditolong, langsung pergi, mana bisa gitu." "Trus Lu mau apa? duit?" Jay merogoh dompetnya lalu mengeluarkan beberapa Bath. "Aku gak mau!" Lika menatap Jay, lalu menggembungkan pipinya, agar terlihat imut, padahal malah terlihat amit-amit. "Lu gak mau Bath? mau rupiah?" Jay menelisik ke dalam dompetnya mencari uang rupiah. "Aku gak mau uang. Karena udah ketemu di sini, Aku mau kita pergi jalan-jalan bersama." Jay terperangah, hampir saja dia mengupat. "Lu manfaatin Gua? tadi Lu bilang, Lu bukan orang jahat, sekarang kenapa malah manfaatin Gua?" "Aku emank gak jahat kok, Aku gak pernah ngerampok, judi, bunuh orang? pernah gak ya?" Lika berpikir sejenak. Jay menggeser duduknya, agak menjauh dari Lika. "Jangan macam-macam ya Lu, Lu tau kan Gua siapa?" "Hehehe, loleen (bercanda), Aku ini fans berat kamu, Khun Supp." "Bukan fans, Elu stalker. Pasti Lu ngikutin Gua dari bandara kan?" "Kagak ih, mana ada." "Sialan, kenapa dia santai banget ngomong ama Gua? trus apaan coba dia ngomong Aku, Aku mulu. Fans atau Orang sinting nih?" Jay menelan ludah, dia tak pernah bepergian sendiri, ini pengalaman pertamanya bertemu orang gila seperti Lika. "Gua gak bisa jalan ama Lu, kalau media tahu..." "No Problem. Lika bakal tanganin semuanya. Mau liburan aman, damai dan tentram kan? Serahin semua ke Lika Miana." Lika menepuk dirinya dengan bangga. Jay melihat celah dan segera mengambil langkah untuk kabur. "Mana ya foto tadi?" Jay terhenti, dilihatnya Lika sedang mencari sesuatu di gawainya. "Mau apa Lu?" "Kalau gak mau jalan-jalan ya udah. Aku mau upload foto Khun Suppasit yang sedang di Chiang Rai. Banyak loh di sini, aduh jadi pusing milih salah satu. Kira-kira kalau di upload bakal tenang gak ya, liburannya?". "Lu ngancem Gua?" Jay meradang, Lika menyipitkan matanya, membuat wajah serius, sesekali dia mengintip Jay yang terlihat kebingungan di depan pintu. "Nah ini deh di upload. Up's, tunggu, kirim ke akun "Isteri Sahnya Khun Suppasit" dulu de, pasti adminnya senang, trus Aku dapet giveaway, yuhu!" "Jangan!" Jay berteriak, wajahnya seketika terlihat tegang, dia berdehem sejenak. "J-jangan kirim kesana. Ok, Gua setuju, kita bakal jalan sama-sama." Lika berlonjak gembira. "Beneran? jangan bohong loh, kalo bohong..." "Gua gak pernah bohong! tapi cuman satu hari. Gak lebih!" "Ok, satu hari ude cakep banget." Lika mengacungkan jempolnya. "Khun Suppasit, mau keluar? tahu jalan gak? biar Aku antar ya." "Gak perlu! Gua bisa jalan sendiri." Jay langsung keluar dari kamar tersebut, menaiki lift lalu keluar ke lobi. Seketika Jay kembali terperangah. "Sialan, ini kan hotel yang Gua booking. Gila banget tuh cewe, pasti stalker kelas kakap tuh dia. Aihhh, sialnya Gua hari ini." Jay mengacak-ngacak rambutnya, sementara di kamar, Lika menari-nari gembira. Dielusnya figura dengan foto jay di dalamnya. Lika berbaring sambil memeluk foto tersebut. "Kesempatan kadang datang hanya sekali. Jadi gak boleh disia-siakan." Ucapnya sambil berguling-guling dan tertawa dengan kencang. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD