Selamat Datang Kelam.

693 Words
Jarum waktu bergerak sangat cepat, semua berlangsung dalam proses yang sangat singkat, acara pernikahanku bersama mas Arshangga baru saja selesai. Samara meminta Mas Arshangga datang ke kamarku saat dia masih sibuk dengan teman-temannya di luar, aku mendengar ketukan pintu kamar saat di kamar mandi namun aku berpura-pura tidak mendengarnya. Betapa aku Ingat ucapan yang begitu menyakitkan saat setelah ucapan sakral itu tadi berlangsung. Mas Arshangga menekankan jangan pernah berekspektasi tinggi atas dia yang menikahiku, jangan pernah bermimpi ini akan menjadi sebuah pernikahan yang indah, dia bersumpah tidak akan pernah mencintaiku, bahkan dia mengatakan sejujurnya lebih memilih hidup berdua bersama Samara tanpa keturunan seumur hidup dari pada harus menikahi wanita lain seperti ini. Air mataku lolos tidak tertahankan, dadaku sakit dan sesak, apa dia fikir aku menyukai semua ini, aku juga datang sebagai korban, korban ibuku yang bertahun-tahun bekerja di keluarga Adito Suryo ini dan saking sayangnya ibu pada keluarga ini, dia berbohong memintaku datang dan mengatakan akan menguliahiku. Hari itu beberapa hari di hari kelulusan sekolah menengah atas ibu menghubungi meminta aku untuk segera datang ke Jakarta, aku menyambut baik tawaran ibu, mimpiku didepan mata, aku akan bisa melanjutkan kuliahku dan merubah nasib kami lebih baik. Tapi sial tidak dapat di tolak, kehadiranku menjadi sebuah hadiah terbaik di ulang tahun pernikahan Mba Samara dan Mas Arshangga. Setelah mereka baru saja gagal melakukan IVY hingga Surrogate mother di luar negri dengan meminjam rahim wanita lain demi bisa mendapatkan keturunan, kini Samara meminta suaminya menikahi wanita lain dari orang yang dia percayai yaitu ibuku, ibuku yang begitu menyayangi keluarga ini. Aku merasa langit runtuh kala itu, ibu menjebakku, ia bahkan menangis dan memohon agar aku mau, dia juga mengulur selembar kertas untuk aku menulis kampus terbaik mana yang aku akan pilih. Jelas saja aku memberontak dan menolak semuanya, ini tentang hidupku namun ibu pun murka, dia mengungkit-ungkit semuanya, semuanya perjuangan dia di kota demi aku dan bapakku di kampung yang baru meninggal 6 bulan ini. Aku tidak lagi bisa mengelak semua hal begitu cepat terjadi, aku menyetujui dengan terpaksa, mbak Samara mengulurkan aku sebuah perjanjian di dalamnya semua hal-hal yang akan mengikatku kurang lebih 1 hingga 2 tahun ini setelah nanti saat pemeriksaan aku sehat dan siap mengandung. 1 Hari setelah aku mengatakan setuju, mereka segera memeriksakan kesehatanku dan hasilnya menyatakan aku sehat dan siap mengandung Tanpa mempedulikan perasaanku dan tanpa menunggu sore hari pernikahanku pun di berlansungkan dan aku sah dalam beberapa menit menegangkan sah menjadi istri Mas Arshangga. Menegangkan? Ya, hanya aku yang tegang sebab harusnya pernikah adalah sebuah hal yang aku harap terjadi 1 kali dalam hidup namun tidak untuk mereka semua termasuk Ibuku, mereka melihat ini seperti ajang mencari keuntungan dan aku adalah si mesin produksi. Setelah acara mbak Samara langsung memintaku ke kamar yang sudah ia persiapkan dan aku dengan malas membaca peraturan-peraturan yang sudah ia berikan malam sebelumnya tapi aku enggan melihatnya sebab semua akan tetap merugikanku apapun itu. Aku baca secara garis besar disana, aku akan terikat selama anak yang mungkin kandung lahir setelah itu aku wajib pergi, selama proses menunggu aku mengandung Mas Arshangga akan tidur di kamar ku 3 kali seminggu, setelah aku mengandung dia tidak perlu lagi menyentuhku namun boleh memperlakukan janin kami seperti suami lain yang mencintai kehamilan istrinya demi kesehatan psikologisku. Aku juga di minta benar-benar bisa menjaga diri, kesehatan dan memberikan semua yang baik untuk janin yang aku kandung. Aku tidak boleh kemanapun tanpa izin dan seluruh fokusku hanya tertuju pada janin. Lain dengan permintaan mba Amara lain pula dengan mas Arshangga, dia meminta beberapa hal yang aku rasa itu tidak sulit namun cukup sakit jika di fikir-fikir, tidak boleh menatap, bersentuhan tanpa izin, dan menutup wajah saat berhubungan. Dia juga mengatakan tidak akan pernah ada cinta saat melakulan atau hal apapu itu jadi aku harus sadar diri. LUCU KAN? Dia fikir aku mau semua ini? Tangisanku semakin pecah di kamar mandi, hingga aku sulit membedakan apakah aku sudah mecuci wajahku apakah ini air mata dan atau air yang sudahku basuh kewajahku. "LILA! Keluarlah, tidak ada malam pertama yang indah, saya hanya butuh segala proses segera berlangsung lalu selesai dan saya tidak perlu menyiksa istri saya lagi dengan hal-hal seperti ini!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD