Kekuatan yang Tertukar?

1238 Words
Pangeran Air dan Putri Api masih sama-sama tercengang tak menyangka dengan fakta baru yang mereka dapatkan. Keduanya terlahir dari dua kerajaan yang berbeda. "Kau Pangeran Kerajaan Air?" tanya Putri Api masih tak percaya. "Dan kau Putri Kerajaan Api," ucap Pangeran Air membalas. Kenapa dugaan mereka salah sasaran. Pangeran Air mengira gadis itu berasal dari Negeri Land Water, sedangkan Putri Api mengira pria itu berasal dari Negeri Vuurland. Padahal yang sebenarnya dugaan mereka yang salah itulah yang benar. Semesta tampaknya sengaja membolak-balikkan kenyataan. Entah sampai kapan rahasia itu terungkap. "Hekhem." Empu Eyang berdeham, menyadarkan keduanya yang malah sibuk berdua mengabaikan sang pemilik daratan itu. "Mohon ampun, Yang Terhormat Empu Eyang," ucap keduanya membungkukkan badan. "Kalian tahu, apa tujuanku membawa kalian berdua ke sini?" Tidak ada jawaban. Empu Eyang, kedua anak itu tampak tak bisa menjawab pertayaannya. "Agar kalian bisa lebih mengenal satu sama lain, karena kalian berdua akan aku tugaskan menjalankan misi besar." "Mohon ampun, Yang Terhormat Empu Eyang. Hamba masih tak mengerti misi yang Empu Eyang maksud," ucap Pangeran Air. "Baiklah, aku akan memberitahu misi yang harus kalian jalankan berdua. Tidak ada satu pun yang berani menolak misi ini!" "Baik, Empu Eyang." "Misi besar itu adalah ... mempersatukan Kerajaan Van Vuur dan Kerajaan Van Water." Mata Pangeran Air langsung membulat sempurna, sedangkan mulut Putri Apu terbuka lebar. Keduanya terkejut dan tenrtunya itu adalah misi yang sangat berat untuk mereka. "Mohon ampun, Empu Eyang. Apakah Empu Eyang percaya pada kami untuk menjalankan misi besar itu? Bukankah banyak risiko nantinya?" tanya Putri Api. Ingin sekali dirinya menolak misi itu. "Kalian berdua adalah pilihanku dan aku tak mungkin salah pilih. Jangan kecewakanku. Misi itu harus berhasil bagaimanapun caranya." "Ta--tapi bagaiman--" "Bagaimana caranya, silakan diskusikan berdua. Ini tugas untuk kalian." "Ba--baik, Yang Terhormat Empu Eyang." "Oh, ya. Satu lagi. Pangeran Air, kau besok akan kubawa ke istana, karena besok adalah hari penobatan kau sebagai Putra Mahkota." "Baik, Empu Eyang." "Dan untuk kau Putri Api, aku akan mengajak kau ke Kerajaan Air. Kau harus merahasiakan identitas asli kau untuk ke sana. Pakailah pakaian yang membuat orang susah mengenalmu." "Baik, Empu Eyang." "Bagus. Sukses untuk besok." "Terima kasih, Empu Eyang." **** Pangeran Air menatap Putri Api yang akan menunjukkan kekuatannya. Gadis itu sudah bersiap menarik napasnya lalu mengarahkan telapak tangannya pada daun-daun kering yang telah dikumpulkan oleh Yaya. Tetapi api Putri Api tak muncul juga. Gadis itu berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap yang timbul malah air membasahi tangannya. Pangeran Air menatap heran, kenapa gadis itu kesusahan mengeluarkan kekuatannya. Bukankah ia seorang putri? "Apakah kau tak bisa membakarnya?" tanya Pangeran Air, karena sudah penat menunggu. "Bisa! Dulu bahkan aku membakar pohon rindang di istana." "Lalu, kenapa membakar dedaunan kering yang sedikit ini kau tak mampu?" Putri Api memanas, ia tak suka direndahkan. Tetapi perkataan pria itu benar. Kenapa dirinya tak mampu mengeluarkan sepercik api saja? Putri Api menghela napas gusar. Ia berteriak kesal, menyalahkan diri sendiri, karena tak bisa mengeluarkan kekuatannya. Pangeran Air mendekati gadis itu, ia menatap kumpulan dedaunan kering yang belum terbakar satu pun. "Mau apa kau? Mau menertawakanku?" ketus Putri Api. "Aku hanya ingin membantumu." Pangeran Air lalu memutar tangannya dan mengarahkan pada onggokkan daunan kering tersebut. Detik kemudian, dedaunan itu hangus terbakar dilahap api tak bersisa. Putri Api melongo dibuatnya begitu pun dengan Yaya dan Mark yang terkejut. Bagaimana bisa Pangeran Air melakukan itu? Darimana pria itu bisa mendapatkan api? "K--au?" "Entahlah," potong Pangeran Air menjawab kebingungan gadis itu. Tanpa disadari, api semakin merebak, membakar akar pohon yang ada di sana. "Astaga, apinya belum padam!" teriak Yaya yang takut terjadi kebakaran. Putri Api yang melihat itu refleks mengarahkan tangannya memadamkan api itu. Dalam sekejap, api itu padan hanya karena setetes air yang dikeluarkan Putri Api. Semua orang di sana tercengang tak percaya. Apa yang mereka lihat ini? "K-kau?" "Aku pun tak tahu," ucap Putri Api. Pangeran Air menatap Putri Api. Mereka seolah berbicara dari mata ke mata, memancarkan tatapan kebingungan yang kentara di wajah mereka. Keduanya sama-sama menghela napas, lalu berkata, "Kenapa kekuatan kita tertukar?" tanya Pangeran Air dan Putri Api serentak. *** Putri Api masih memikirkan kejadian tadi. Ia tak menyangka jika pria itu memiliki kekuatan api. Bukankah Pangeran Air bilang ia berasal dari Negeri Land Water. Lantas, kenapa kekuatannya yang keluar malah api? "Tapi, kalau dipikir-pikir. Dia sama denganku. Aku berasal dari Negeri Vuurland memiliki kekuatan air, sedangkan dia sebaliknya. Masa iya, kekuatan kamu tertukar? Mana mungkin!" "Mohon ampun, Tuan Putri. Hamba berpendapat, bisa saja kekuatan Tuan Putri dan Pangeran Dafta ditukar oleh Empu Eyang untuk menjalankan misinya. Mungkin ini salah satu bagian dari misinya." "Bisa jadi, tetapi apa alasannya? Bukankah aku sudah menguasai kekuatan api-ku, kalau begini caranya. Aku tidak bisa mengendalikan air ini, pasti aku akan gagal menjalankan misi itu." "Mohon ampun, Tuan Putri. Mungkin misinya membuat Tuan Putri juga bisa memiliki kekuatan lain, karena tujuan misi itu untuk mempersatukan dua kerajaan. Tuan Putri dituntut untuk menguasai kekuatan Kerajaan Air, agar mereka tidak bisa semena-mena dengan Tuan Putri." Putri Api menatap Yaya sebentar, benar juga perkataan gadis itu. Tetapi, apakah memang itu kebenarannya? Ah, Putri Api pusing memikirkannya. "Aku lapar. Aku mau makanan dulu ke luar," ucap Putri Api. "Hamba siap menemani, Tuan Putri." "Ayo!" Putri Api dan Yaya pergi ke luar mencari rumah makan. Hari sudah malam, perut mereka belum diisi. Makanan di rumah pun sudah tidak ada. Jadi, Putri Api memutuskan untuk membeli makanan di luar saja. Setelah selesai mengisi perut. Alangkah terkejutnya mereka melihat sebuah cahaya bewarna merah dengan sekumpalan asap yang membuat orang berlari ketakutan. "Kebakaran!" "Kebakaran!" "Kebakaran!" "Hah, kebakaran?" tanya Yaya ikutan panik. Putri Api menghampiri Ibu-ibu yang ada di sana. Ia lalu bertanya, "Apa yang terjadi, Bu?" tanya Putri Api. "Ada rumah warga yang terbakar, Nak." Putri Api melihat rumah itu yang semakin dilahap api. Warga mulai menyiram rumah itu dengan air, tetapi api semakin merebak ke mana-mana. Putri Api sudah tidak tahan, karena kebakaran ini pasti berujung lama jika dipadamkan hanya dengan satu ember sampai lima ember saja. "Eh, mau ke mana, Nak?" pekik Ibu itu khawatir melihat Putri Api berlari ke rumah itu. "Nona, mau apa ke sini? Bahaya. Jauh-jauh, Non." Putri Api tak mengindahkan ucapan bapak-bapak yang menahannya. Ia segera mendekati rumah itu. Api adalah sahabat sejati Putri Api. Ia pasti tidak akan kenapa-napa. Akan tetapi, apakah sekarang api itu tetap menjadi sahabat sejatinya? "Api! Masuklah ke tubuhku! Aku meeindukanmu!" teriak Putri Api. Semua orang yang ada di situ menatap heran atas apa yang diucapkan gadis itu. Banyak juga yang menganggap Putri Api sudah tidak waras. Putri Api merentangkan tangannya merasakan hangatnya api itu yang memancar ke tubuhnya. Putri Api merindukan kehangatan itu. Tiba-tiba seorang pria menarik Putri Api dari situ. Putri Api dibuat terkejut karena pergerakan yang sangat cepat itu. "Bahaya. Kau bisa dilahap api!" tegas seorang pria. Siapa lagi jika bukan Pangeran Air. "Hei, kau lupa? Jika aku adalah penguasa api! Aku Putri Vuurland!" teriak Putri Api. "Mana buktinya? Menghidupkan api saja kau tak mampu." Ucapan pria itu terasa menusuk bagi Putri Api. Tangannya terkepal kuat, lalu beranjak dari situ. Putri Api akan membuktikan jika ia tak bisa direndahkan. Putri Api sekarang kembali mendekati rumah itu. Ia memandang api yang semakin besar. Gadis itu mengembuskan napas pelan, lalu memutar tangannya dan mengarahkan kepada rumah itu. Brush. Apa yang terjadi? **** Haiii. Ketemu lagi sama aku. Up-nya selalu pagi, ya. Hehe. Semoga masih ada yang mau baca. Terima kasih semuanya. Salam, ~Amalia Ulan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD