Buah Aneh

1048 Words
Pangeran Air menyipit melihat sebuah gubuk kecil di ujung sana. "Ada gubuk di sana," ucap Pangeran Air. "Sementara, kita tidur di sana dulu." Pangeran Air mempercepat langkahnya. Setelah sampai di gubuk itu. Pangeran Air menurunkan Putri Api. Gadis itu langsung duduk di dalam gubuk itu. "Terus, kita mau makan, apa?" tanya Putri Api. Perutnya sudah meraung minta diisi. Pangeran Air hanya diam, perutnya juga sudah lapar. Ke mana mereka mencari makanan? "Tidak adakah warga di dekat sini?" tanya Pangeran Air menggeledah tempat dengan matanya. Tampak sepi, seperti tak ada kehidupan. "Empu Eyang mindahin kita ke mana, sih. Huft, dosa apa, sih, yang sudah aku perbuat!" ujar Putri Api mengembuskan napas gusar. "Kau tenang di sini. Aku akan mencari makanan," ucap Pangeran Air bangkit. "Heh, terus aku ditinggal sendiri?" tanya Putri Api. "Kaki kau, kan, sakit. Tetap di sini saja!" jawab Pangeran Air. "Oke." Pangeran Air mengangguk singkat, lalu segera pergi meninggalkan gubuk itu, Putri Api tinggal sendiri. "Eh, nanti jika dia ternyata kabur ninggalin aku bagaimana?" Putri Api mulai cemas dibuatnya. Putri Api melupakan sesuatu. Ia, kan, mempunyai kekuatan. Putri Api bisa melihat Pangeran Air pergi ke mana. Ya, kemampuan penglihatannya bisa digunakan sekarang. Putri Api mulai memejamkan matanya, lalu menelisik ke mana pergi Pangeran Air. Tampak pria itu sedang memanjat sebuah pohon dan memetik beberapa buah. Putri Api tersentak, ia lalu tersenyum. "Ah, ternyata pria itu benar-benar mencari makanan." Hari tampak sudah berubah warna, senja sudah menghilang. Malam pun tiba, semuanya perlahan gelap. Putri Api ketakutan, ia harus menerangi tempat ini. Lagi dan lagi Putri Api bersikap bodoh. Ia melupakan jika dirinya adalah Putri Kerajaan Van Vuur. "Aku kan bisa menghidupkan api di sini," ucapnya menepuk dahi pelan. Tangan Putri Api mulai membakar ilalang yang ada di depan gubuk. Namun, api-nya tak bertahan lama. Perlahan api itu padam dan Putri Api tak bisa menghidupkannya lagi. "Argh, sial! Kenapa api-ku tak sebesar dulu," ucapnya kesal. Putri Api menatap sedih ke arah tangannya. Ke mana hilang kekuatannya? Bukannya api adalah teman baiknya sejak kecil. Putri Api melengos, ketika air malah keluar dari tangannya. "Heh, air! Aku tak menginginkanmu. Gara-gara kamu, api-ku hilang begitu saja." "Air! Kau pergi saja, aku tak suka denganmu. Aku tak ingin memiliki kekuatan air. Aku mau punya kekuatan api saja!" Air semakin deras dari tangan Putri Api. Namun, air itu tak terjatuh ke bawah. Ya, hanya mengenang di tangan Putri Api. "Sudahlah! Kau pergi saja!" bentak Putri Api meremas tangannya sendiri. "Kau mengusirku?" tanya seseorang. Putri Api gelagapan tak menyadari jika ada orang. Ia langsung menyembunyikan tangannya ke belakang. "Eh, ti-tidak." Putri Api gugup. Sejak kapan pria itu datang? Apakah dia mendengar semua ucapan Putri Api? "Lalu, kau berbicara dengan siapa?" tanya Pangeran Air mengangkat sebelah alisnya. "Ber-berbicara sendiri," ucap Putri Api. "Hah?" "Lupakan. Mana buahnya? Aku sudah lapar." "Dari mana kau tahu, kalau aku mengambil buah?" tanya Pangeran Air. Putri Api mati kutu dibuatnya. "Hei! Kau, lupa? Ini hutan. Makanan apalagi yang bisa kau ambil, jika bukan buah?" elak Putri Api. Pangeran Air hanya diam, ia mengeluarkan dua buah dari dalam sakunya. "Buah apa ini?" tanya Putri Api. Ia seperti tak pernah melihat buah itu sebelumnya. "Entah, makan saja!" suruh Pangeran Air. "Heh, kalau buah ini beracun, bagaimana? Apa kau ingin tanggung jawab jika aku keracunan?" "Buahnya aman. Aku sudah melakukan percobaan," jawab Pangeran Air santai. "Percobaan ke siapa? Kau sudah memakannya?" tanya Putri Api. "Bukan aku." "Terus, siapa?" "Tadi aku lihat, musang memakannya. Musang itu baik-baik saja." Putri Api melotot tak percaya. Apa maksud pria itu? "Hei, jadi kau mengambil makanan musang?" "Tidak." "Kau menyamakanku dengan musang, ha?" "Tidak." "Lalu, kenapa kau mengambil buah ini? Buah yang dimakan musang!" kesal Putri Api memutar bola matanya malas. "Hanya ada buah itu di sini. Aku tak tahu mencari di mana lagi," ucap Pangeran Air. "Lalu, apakah kau yakin memberikanku buah ini?" tanya Putri Api tak yakin. Buah itu bewarna ungu, bulat tapi dibelah dua. Satu belahannya berisi, satu belahan lagi kosong. Buah aneh yang baru ditemukannya. "Yakin. Jika tidak, kau mau makan apa?" Putri Api menghela napas panjang. Lalu, ia mulai menghirup buah itu, tak berbau. "Makan saja!" suruh Pangeran Air santai. "Eh, kau tak makan?" tanya Putri Api. "Tidak." "Terus, kau mau mati kelaparan?" "Aku tidak lapar." Tentu saja Pangeran Air berbohong. Ia tentu saja lapar. Akan tetapi, Pangeran Air lebih merasakan haus sekarang. Ia lebih memilih tidak makan daripada tidak minum. "Serius, kau tak merasa lapar?" "Aku hanya sedikit haus," jawab Pangeran Air. Putri Api menatap Pangeran Air kasihan. Ia lalu menatap tangannya yang masih bergenangan air. Ingin sekali Putri Api memberikan air-nya kepada Pangeran Air. Putri Api mendapatkan ide. Ia mengambil belahan buah aneh tadi yang kosong tidak ada isinya. Gadis itu lalu menyurahkan air di tangannya ke dalam buah itu, tanpa sepengetahuan Panheran Air. "Nih, minum!" ucap Putri Api menyodorkan belahan buah aneh yang sudah berisi air itu. "Dari mana kau mendapatkan air?" tanya Pangeran Air heran. Ia saja tak menemukan sungai tadi. "Hmm, sudahlah! Minum saja." "Jangan bilang, ini air keringatmu?" Putri Api memukul Pangeran Air keras. "Heh, aku olahraga apa bisa memgeluarkan keringat sebanyak itu? Aku sejak tadi hanya duduk diam di sini." "Lalu, air ini darimana?" "Tadi hujan sebentar di sini, aku memgumpulkannya," alibi Putri Api. "Buah ini, kan, baru aku berikan padamu, tadi menampung air hujannya dengan apa?" tanya Pangeran Air yang banyak sekali tanya-nya. Putri Api yang sudah kesal, menyodorkan paksa air itu ke mulut Pangeran Air. Gadis itu menyuapkan pria itu agar meminum airnya. Pangeran Air terpaksa menelan air itu. Air itu berhasil melepas dahaganya. Tak peduli air itu berasal dari mana. Pangeran Air menatap mata Putri Api yang juga menatapnya. Mereka bertatapan cukup lama. Sampai akhirnya, keduanya tersadar lalu berubah salah tingkah. "Terima kasih," ucap keduanya bersamaan. Putri Api mengulum senyumnya. Pangeran Air juga tersenyum kecil yang tampak samar. "Terima kasih buahnya," ucap Putri Api. "Terim kasih airnya," ucap Pangeran Air pula. "Sama-sama," jawab keduanya kembali bersamaan. Mereka kembali tersenyum salah tingkah. Ada apa dengan mereka? Tiba-tiba Pangeran Air merasakan gejolak dari dalam tubuhnya. Apa yang terjadi? **** Hallo, Guys. Semoga ada yang baca, ya. Bagi yang baca sampai part ini, ayo komen dong beri tanggapan bagaimana ceritanya. Aku butuh saran dari kalian. Terima kasih bagi yang sudah mau baca. Salam, ~Amalia Ulan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD