DELAPAN BELAS

1062 Words
Dari kejauhan Nara melihat Susan yang sedang mencoba membunuh Finn dengan mencekik leher pemuda itu. Nara memiliki sebuah rencana, ia menambatkan kudanya di batang sebuah pohon dan mengambil sebuah batu besar. Kemudian ia mendekat perlahan sambil bersembunyi di kegelapan malam, lalu melempar batu besar itu tepat ke arah kaca belakang mobil tersebut. Sesuai dengan perkiraannya, Susan melepaskan cekikannya dari leher Finn dan keluar dari mobil itu. Yang mana membuat Nara lebih mudah untuk melawannya, terlebih lagi posisi Finn sudah terpisah dari Susan. “SIAPA?! SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!” pekik Susan, dengan suara sedikit bergetar. Tentu saja Nara tidak akan menjawabnya. Nara bergerak semakin mendekat sambil memantau pergerakan Finn yang masih merangkak menjauh. Tahu Finn sudah menepi cukup jauh dari Susan, Nara mencabut pedang bergagang putihnya perlahan. “Mari kita mulai.” Batin Nara, seolah olah berbicara kepada pedangnya. Dengan gerakannya yang sangat cepat dan lincah, Nara berlari kearah Susan seperti bayangan hitam yang lewat menghantam, Nara menebas tipis betis kanan Susan yang membuat Susan terjatuh. Di depan Susan yang bersimpuh sambil kesakitan karna darah segar mengalir deras dari betis kanannya yang mulus, Nara berdiri menatap wanita di hadapannya dengan nanar. “Kau wanita jalang!” maki Susan. “Lihatlah siapa yang jalang disini.” Balas Nara, menjambak rambut Susan. Susan berteriak sangat keras karna kesakitan ketika Nara menjambak rambutnya semakin keras. Ingin rasanya Nara langsung menebas leher Susan saat itu juga. Tapi, rencananya adalah membawa wanita itu hidup hidup. Baru saja Nara ingin mengeluarkan tali untuk mengikat Susan, tiba tiba Susan mengambil pistol milik Finn yang terjatuh di jok mobil dan menembakan pelurunya ke arah Nara. Beruntung Susan menembak ke arah yang asal dan Nara refleks menghindar dari tembakan itu. Dengan penuh emosi, Nara menendang tangan Susan yang memegang pistol itu sampai pistol itu terlempar agak jauh. “Keras kepala.” Ucap Nara. Tak mau menyerah begitu mudah, Susan menubruk tubuh Nara sampai mereka berdua tersungkur ke tanah dan membuat kepala Nara terhantam ke batang pohon besar. Akhirnya terjadi pergulatan diantara dua wanita itu di dalam kegelapan. Susan tidak bisa bertarung seperti Nara, tapi setidaknya ia bisa membela dirinya dengan apapun yang bisa ia raih. Tanpa sengaja, Nara menjatuhkan pisau lipat kecil dari sakunya yang biasa ia pakai untuk mengupas kulit buah-buahan. Hal itu dimanfaatkan oleh Susan, ia mengambil pisau kecil itu dan menggunakannya sebagai senjata pertahanan diri yang tentu saja tak sebanding dengan Nara yang memakai pedang tempur. Beberapa kali Susan menyabetkan pisau kecil itu ke arah Nara, namun tentu saja bisa Nara tepis dengan pedangnya. Cukup lama kedua wanita itu bergulat dengan senjata yang mereka pegang satu sama lain. Sampai pada akhirnya Nara bisa membuat Susan berada di posisi telungkup dengan leher yang tertahan oleh kaki Nara. Tanpa pikir panjang, Nara melepaskan pedangnya untuk mengambil tali di kantongnya untuk mengikat tangan dan kaki Susan. Tapi saat itu malah dimanfaatkan Susan lagi untuk melepaskan dirinya. Susan berhasil menendang kepala Nara dengan Kakinya yang masih bisa bergerak. Nara yang lengah langsung terhempas lalu dengan cepat, Susan mengayunkan pisau kecil tadi ke arah Nara. Ayunan itu tepat sekali mendarat di mata kiri Nara sehingga menghasilkan luka gores vertikal di mata kirinya yang cukup dalam. Darah mengalir dari mata kiri Nara, sambil menahan rasa sakit di matanya itu, Nara memegangi mata kirinya yang mungkin saja sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Ia masih bisa melihat dengan mata kanannya, ia melihat Susan yang terpincang pincang menjauh dari tempat itu. Seolah olah tak memikirkan rasa sakit di mata kirinya, Nara memungut pedangnya yang tergeletak di tanah dan langsung mengejar Susan. Sementara Susan terpincang pincang, Nara masih memiliki kaki yang normal untuk berlari mengejarnya. Tanpa ragu-ragu lagi, Nara menusukan pedangnya dari punggung Susan sampai menembus ke jantung wanita itu. “Perubahan rencana.” Gumam Nara, sambil menonton darah segar mengalir deras dari lubang di tubuh Susan yang kini sudah pasti mati kehabisan darah. Masih dengan darah yang mengalir dari mata kirinya, Nara mengangkat kepala Susan dengan menjambak rambut pirang wanita itu yang sudah Nara potong pendek sebelumnya. Sangat disayangkan Susan mati dengan ekspresi seperti itu, matanya terbelalak, mulutnya terbuka dan mengeluarkan darah, sangat sangat disayangkan wanita cantik berambut pirang itu harus berakhir seperti itu. Sudah cukup melihat ekspresi kematian Susan yang sedari tadi membuatnya muak. Tanpa ragu, Nara mengangkat pedangnya dan mengayunkan ke leher Susan yang sudah tak bernyawa. Ya, ia memenggalnya. Dalam kegelapan malam di dalam hutan itu, Nara mengembuskan nafasnya. Mata kirinya sangat sakit sampai ia berfikir sepertinya ia memang harus merelakan mata kirinya itu. Selama ia masih bisa melihat dengan mata kanannya, itu artinya sudah cukup bagi Nara. Nara pun berjalan keluar hutan sambil menenteng kepala Susan di tangannya, mencoba untuk mencari Finn yang mungkin masih ada di dekat mobilnya. Nara tahu pemuda agak lemah, hanya dengan dicekik perempuan saja mungkin pemuda itu bisa pingsan. Benar seperti dugaannya, Finn berada tak jauh dari mobilnya, tergeletak dan hampir pingsan disana dengan luka bekas cekikan. Tapi Nara masih bisa melihat pemuda itu bernafas. “Bangun!” perintah Nara, sambil menendang tubuh Finn sedikit. “Maaf.” Ucap Finn lirih. Finn sangat terkejut ketika melihat kepala Susan yang ada di tangan Nara. Ia sedih, wanita yang ia cintai itu sudah tiada dan kepalanya dipisahka dari badannya seperti itu. Tapi Finn lebih menyesal, ia telah mengkhianati keluarganya, ia juga melihat mata kiri Nara yang terluka separah itu, semua salahnya. Ia terlalu egois, ia hanya memikirkan dirinya sendiri. “Pulanglah ke rumahmu sekarang. Akui semua yang sudah kau perbuat malam ini dan beritahu juga kepada kakak kakakmu kemana kau buang mayat mayat tadi.” Ucap Nara, dingin. “Kau tidak akan membunuhku kan?” tanya Finn, takut-takut. “Memangnya kau mau ku bunuh juga?” kata Nara, balik bertanya dengan nada ngeri. Mendengar itu, Finn langsung berlari ke mobilnya dan memutar arah untuk kembali ke mansion. Mungkin kakak kakaknya bukan hanya sekedar menghajarnya kali ini, ia bisa saja dihabisi oleh Atlas karna kekacauan yang sudah ia perbuat malam ini. Ia mengakui bahwa ia sudah melakukan tindakan bodoh malam ini. Entah apa yang merasukinya, tapi egonya sangat bergejolak hari itu. Ia hanya ingin diakui, ia ingin diakui seperti Atlas sebagai pemimpin. Ia juga hanya ingin mencintai wanita yang dicintainya. Tapi semuanya kacau balau, ia sudah terlalu banyak membuat masalah. Terlebih lagi tentang mayat mayat itu. Ia menyuruh seseorang untuk mengirim mayat para mata mata Derry kepada Derry, yang tentu saja tidak terpikir olehnya akan menjadikan sebuah peperangan dalam waktu dekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD