BAB 2MEMERGOKINYA
Karina tak menyangka kini ia ada di depan pintu kamar hotel yang di dalamnya ada calon suaminya dengan seseorang, entah siapa.
Amarah bergemuruh di d**a, namun bukan Karina namanya jika harus bersikap brutal. Sebagai putri yang terpandang pantang baginya meluapkan emosi di depan orang lain itu manner yang ia pelajari selama ini.
Karina mengatur nafasnya yang berpacu cepat karena marah. Ia memencet bel kamar itu. Belum lagi bel ditekan sosok calon suaminya keluar dengan tiba-tiba.
"Ka ka Karina?" Ardi terkejut.
"Iya ini Aku. Dengan siapa kamu di dalam?"
Karina merangsak masuk karena pintu itu belum menutup sempurna. Dilihatnya seorang wanita berambut pirang dengan mata sembab dan baju yang hanya mengenakan atasan longgar sedang duduk di sofa. Ia juga terkejut dengan kedatangan Karina dan Ardi yang mengikutinya di belakang.
"Jelaskan. Apa yang kalian lakukan di kamar ini?"
ucap Karina pada Ardi dan wanita itu.
"Oke, Karina. Pertama ini tak seperti yang kamu bayangkan. Oke aku salah tak memberi tahumu kalau aku bertemu dengan Stevi. Dia temanku-"
"Mantan kekasih tepatnya," sambar Stevi. Ia seperti bisa membaca keadaan apa yang ada di depannya. Rasa kecewa juga sedih ditinggal menikah oleh Ardi akan ia balas pada calon istrinya.
Ardi terpaksa berhenti bicara karena Stevi memotong ucapannya.
"Ooh. Kalian mantan kekasih. Berduaan di kamar hotel sebelum hari pernikahan. Kamu benar-benar ber*ngsek Ardi." Karina mulai mengeluarkan kekesalan pada calon suaminya itu.
"Tidak Karina, kami tak melakukan apa pun tadi. Kamu lihat bajuku masih rapi dan -"
" Tidak untuk tadi, tapi sering saat masih di Ausie."
kembali Stevi memotong perkataan Ardi. Mendengarnya d**a Karina seakan kehabisan napas.
"Diam! Atau kupatahkan lehermu!” ancam Ardi pada Stevie.
"Benar kau pernah tidur dengannya? Berapa kali?" Karina kembali mengintimidasi Ardi sambil memukul d**a calon suaminya itu. Terlanjur ia mengetahui hal menyakitkan ini. Sekalian ia ingin tahu sejelas mungkin tentang masa lalu yang telah Ardi tutupi selama ini darinya.
Ardi menunduk tak menjawab.
"Berkali-kali. Bahkan kita sempat tinggal bareng di Ausie," jawab Stevie dengan nada kemenangan karena berhasil membuat Ardi bertengkar dengan Karina.
"Diam! aku tak bertanya padamu," ucap Karina pada Stevie.
"Benar yang dia katakan? JAWAB DENGAN JUJUR! “ bentak Karina pada Ardi.
"Oke, aku jawab jujur, tapi kamu tenang dulu. Ya aku memang pernah tidur dengannya tapi itu dulu, waktu aku masih kuliah di Ausie."
Pernyataan jujur dari mulut Ardi hampir saja meloloskan air mata dari tempatnya. Namun Karina tak ingin menangis di depan dua orang itu. Lalu untuk apa lagi mereka bertemu menjelang detik-detik pernikahan kami? Apa dia rindu atau tak tega meninggalkan dia yang masih dicintainya.
“Kalau kau masih mencintainya, kita bisa batalkan pernikahan ini,” tawar Karina. Ia tak ingin menikahi pria yang malah mencintai wanita lain.
“Jangan Karina. Aku hanya bertemu biasa dengannya,” kilah Ardi. Karina lebih dulu muak mendengarnya.
"Selamat Nona. Terimalah bekasku." Stevie tersenyum sinis.
"Tak sudi aku menerima bekas ludahmu." Karina berjalan pergi meninggalkan kamar hotel itu.
"Itu kado ulang tahun dariku, sayang," ucap Stevie saat Ardi menatapnya marah lalu berlari mengejar Karina. Stevie merasa sangat puas. Setidaknya ia bahagia bisa melihat Ardi dan pasangannya bertengkar hebat.
"Kita bisa selesaikan ini dengan kepala dingin, oke aku mengaku salah tapi tak semuanya salah seperti perkiraanmu,” jelas Ardi sambil menghadang laju Karina.
"Kalau aku yang kau temukan di kamar hotel dengan pria lain besok, apa kau masih bisa bilang begitu?" jawab Karina. Ardi terdiam tak bisa menjawab seiring dengan kepergian Karina.
Ardi benar-benar gusar. Kecerobohannya pasti berakibat fatal dan mungkin akan menghancurkan pernikahan yang sudah di depan mata.
Pertemuan Ardi dan Karina memang dari ibu mereka. Ardi yang kala itu frustasi karena lamarannya pada wanita yang sudah lima tahun menjadi kekasihnya di tolak. Dialah Stevie. Dengan kekecewaan itu Ardi menerima perjodohan ibunya dengan pasrah.
Begitu juga Karina saat dijodohkan ia baru saja putus karena orang tuanya tak kunjung memberi restu. Ia juga pasrah siapa pun yang dipilihkan orang tuanya.
Singkat kata Ardi dan Karina berkenalan. Satu tahun cukup bagi mereka untuk saling mengenal dan menumbuhkan rasa cinta. Karina adalah menantu ideal bagi Mamanya Ardi, begitu juga Ardi sangat di sukai oleh Keluarga Karina.
Pernikahan dua putra putri konglomerat itu bak sangat dinantikan oleh dua keluarga besar. Pernikahan yang sangat mewah sudah mereka persiapkan. Sebagai adu prestisius di kalangan kelas atas pernikahan ini bisa diartikan penggambaran kemakmuran dua keluarga terpandang dan kaya tentunya.
Bertempat di hotel bintang lima yang di sulap menjadi istana dongeng yang indah dengan dekorasi bunga berwarna biru. Logam mulia juga dihadiahkan sebagai suvenir untuk tamu undangan yang datang.
Tak tanggung-tanggung sebuah gedung apartemen menjadi hadiah pernikahan yang di berikan orang tua Ardi untuk menantunya Karina.
"Persiapan pernikahannya sudah 99% , Nyonya." Seorang pegawai melaporkan pada kedua nyonya besar, Ibunya Ardi dan Ibunya Karina. Dua wanita itu orang yang sangat bahagia dengan pernikahan ini. Semua persiapan pernikahan di kerjakan mereka berdua. Karina yang saat itu juga hadir hanya bisa menatap kosong. Pikirannya berkecamuk, kalau mereka tahu peristiwa Ardi di hotel, pasti mereka tak akan tertawa lebar seperti itu.
Karina memberanikan diri menghampiri dua wanita itu.
"Ma, maaf aku tak bisa meneruskan pernikahan ini. Aku tak bisa terima calon suamiku tidur dengan wanita lain sebelum hari pernikahanku."
"Apa katamu? Dibatalkan? Lihat persiapan sudah rampung, undangan sudah di sebar kamu tak bisa egois begini Karina."
"Tegakah kau mempermalukan kami di hadapan orang-orang."
Lalu ibunya Karina jatuh pingsan di depannya.
"Mbak, Mbak dipanggil Ibu ke dalam!"
Seseorang menyadarkan Karina. Ternyata peristiwa tadi hanya dalam lamunan Karina semata. Ia melihat ke sekeliling orang-orang masih sibuk mempersiapkan dan tak didapati kedua wanita yang tadi pingsan itu. Lamunan itu terasa amat nyata.
"Kamu sakit sayang? Kamu terlihat pucat," ucap Ibunya Ardi menghampiri. Karina tak menjawab hanya tersenyum.
"Jadi pengantin itu harus sehat, Mama suruh dokter periksa kamu, Yah, biar di resepkan obat dan kamu bisa istirahat agar nantinya pas hari H bisa fit."
Calon mertuanya itu sudah sangat menyayangi Karina seperti putrinya sendiri.
Justru kebaikannya itu membuat Karina dilema. Di satu sisi ia ingin membatalkan pernikahan itu, tapi di sisi lain ia tak tega menghancurkan kebahagiaan dua keluarga ini. Karina membaringkan tubuhnya sambil menutup mata yang mulai tak bisa menahan air matanya.
Bagaimana? Apakah pernikahannya berlanjut atau dibatalkan? Di part selanjutnya ya.