3

937 Words
Setelah seharian belajar dan olahraga bel sekolah pertanda pulang pun berbunyi. Mereka berhamburan untuk segera pulang. Di saat seperti ini jenis-jenis kasta akan sedikit terbaca. Untuk anak seperti Sondia, Lily dan dkk mereka menaiki mobil sendiri atau dijemput oleh supir. Heyla si gadis samaran akhirnya menunggu bus di halte sekolah. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat aland yang berdiri di gerbang sekolah dengan tampang frustasinya. Sepertinya laki-laki itu tidak menunggu sesuatu melainkan memikirkan sesuatu. "Kenapa belum pulang?" Tanya heyla yang sudah menghampiri Aland Meski sang ayah sudah menjanjikan kendaraan Moge untuk aland. Di beberapa hari pertamanya disini ia harus mencari jalan pulang yang lain sampai kendaraannya itu dikirimkan. Meski sebenarnya niat sang ayah agar Aland pernah merasakan kendaraan umum. "Gue nunggu jemputan" "Gak usah bohong. Jelas banget lo gak tahu pulang pakai apa. Lagian supir mana yang membuat majikan nunggu panas-panasan" Aland tidak mengubris penjelasan heyla, ia tidak ingin membenarkan heyla. "Lo tinggal dimana? Kelihatan nya lo gak pernah naik kendaraan umum. Ayo bareng gue naik bus" "Gak, rumah gue kearah Kantor Bupati" "Sama, kita bakalan lewat jalur Khatib. Pemberhentian lo bakalan diluan dapet" Aland bergelut dengan pikirannya sendiri, ia malas bersempit sempitan didalam kendaraan umum. Sedangkan jika naik taksi ia juga agak malas dan tidak tahu menahu jalanan kota. Karena tidak kunjung mendapat respon heyla kembali menuju halte. Bus yang ditunggu pun datang dan orang-orang mulai masuk. Heyla menatap aland yang sedang di ujung kebingungannya. Saat heyla melangkahkan satu kakinya masuk ke bus aland mengalahkan egonya dan mengejar heyla "Ahahaha gue tahu lo akan ikut" ucap heyla saat mereka sudah berada didalam bus. Mereka mendapat bagian pojok, ada satu kursi kosong dan heyla yang duduk disana sementara Aland berdiri. Bus pun melaju ke arah tujuan mereka. Selang beberapa lama heyla kembali membuka pembicaraan. "Gimana rasanya? Pertama kali naik bus kan?" "Sumpek" "Ini karena jam pulang sekolah makanya ramai. Tapi ada asik dan sensasi uniknya kan?" Aland hanya menganggukkan kepalanya Bus kembali berhenti dipemberhentian selanjutnya dan menurunkan beberapa penumpang. Kemudian ada seorang nenek-nenek yang masuk sementara semua kursi sudah penuh. "Disini nek!" Ucap heyla dengan semangat Ia berdiri disamping Aland dan mempersilahlan nenek itu duduk dikursinya. Sang nenek berterimakasih dan mereka saling senyum. Aland memperharikan semua penumpang sejak tadi, ia juga memperhatikan heyla. "Dalam bus ini kita diajari banyak hal loh. Menghormati setiap orang yang lebih tua. Bersabar walaupun sempit dan gerah apalagi disiang bolong, saling menghargai. Seolah di bus ini tidak ada namanya kasta yang mengatur kehidupan. Inilah kehiduan manusia yang sebenarnya. Harus saling respect tanpa memandang kesenjangan sosial. Semua harus berlaku sama disini" Jelas Heyla pada Aland dengan suara yang pelan tapi terdengar oleh Aland Heyla memang sengaja mengatakan hal itu pada Aland. Karena ia pernah merasakan posisi Aland yang tidak mengerti kehidupan sosial yang sebenarnya. Itu sebabnya ia ingin mengajarkan Aland beberapa hal kecil yang sudah ia rasakan semenjak ia memulai kehidupan rahasianya. Mendengar penjelasan heyla itu aland kembali memperhatikan sekitar. Memang jika seperti ini tidak ada orang yang cari perhatian padanya, tidak ada yang berbicara seolah-olah mem bos kan dirinya. Jika di tempat lain jika ada orang yang mengenalnya ia pasti dipersilahkan duduk meski orang yang lebih tua akan berdiri. "Lo berhenti dimananya? Halte sesudah kantor bupati atau sebelum?" "Sesudah" Heyla mengangguk dan mengatakan pada laki-laki yang berdiri dipintu bus. Ia yang akan mengatakn pada supir untuk berhenti dimana. "Lo pasti gak ada kartu bus kan?" "Kartu bus? Maksudnya?" "Untuk membayar ongkos" "Oh... kartu rekening? Gue ada kok" ucap aland sambil mengeluarkan kartu atm nya "Bukan... aduh yaudah gue aja yang bayar ongkos lo" "Gak enggak, gue mau bayar sendiri" "Sistem bayar ongkos di bus transjakarta pake itu pake kartu yang kita isi saldo, bukan kartu atm. Gak papa lagian ongkos lo paling 3000 rupiah" "Semurah itu?!" Ucap Aland yang bisa dedengar orang lain Seketika Heyla terkejut dengan respon Aland. Memang jika naik taksi biaya pulang bisa menjadi 20 ribu, berbeda dengan Bus pemerintah ini. Heyla juga malu dan tertawa menyengir melihat penumpang yang lain. "Ehehe.... bentar lagi sampai land" ucap heyla Aland yang menyadari kesalahannya akhirnya pura pura bodo amat dam ikut diam. Akhirnya halte pemberhentian Aland sudah kelihatan. Bus langsung menepi dan aland turun disana sedagkan heyla tetap melanjutkan perjalanannya. Dari luar bus aland menatap kepergian Heyla yang terlihat dari kaca bus. Sekepergian jenis kendaraan yang pertama kali ia pakai aland pun pergi menuju apartemen barunya. Sebuah tempat tinggal yang minimalis tapi lengkap. Ia harus mengurus dirinya sendiri mulai sekarang. Seperti mencuci baju. Membersihkan rumah dan pekerjaan lainnyam. Masalah makan ia akan membeli keluar dan ia berencana meloundry kan bajunya. Tapi jika membersihkan rumah ia pasti akan melakukan sendiri. Ia tak biasa barangnya disentuh orang lain. "Hahh.... lelahnya" ucap Aland sambil membaringkan dirinya di tempar tidus singlenya. Jika dirumahnya ranjangnya berukuran king size bahkan muat untuk tiga orang maka sekarang ia harus tidur di ranjang kecil. "Halo ma" "Aland, gimana kabarnya nak?" "Baik ma" "Apa semua aman? Kamu nyaman kan disana" "Nyaman ma" ucap aland sedikit berbohong. Ia memang masih belum terbiasa dengan lingkungan dan kehidupan barunya. "Syukurlah, nanti mama telfon lagi" Sambungan telfon pun dimatikan, aland meletakkan handphonenya disamping tempat tidur. "Tidak terlalu buruk. Sabar Aland.... hanya sampai tammat SMA" batinnya berusaha menguatkan diri sendiri Ditempat yang lain heyla sudah pulang kerumahnya. Sebuah babgunan sederhana dan tidak mencolok untuk ditempati. Ia tinggal bersama bibi, paman, dan juga dua anak dari paman dan bibinya itu, jadi ia tidak pernah merasa kesepian. Bibi dan pamannya merupakan seorang guru disalah satu SMP dekat rumah. "Hai bibi, heyla pulang" "Ganti baju baru makan yah" ucap bibi Dija Heyla langsung kekamarnya dan membuka laptop. Ia mensearch tentang keluarga Delbert yang terkenal sebagai pemilik perusahaan teknologi di london. "Ah... benar, meski foto anak-anaknya gak di paparkan namanya ditulis dengan jelas" ucap heyla Ia kembali membaca semua artikel tentang keluarga Aland. Sepertinya alasan aland pindah memang benar. Hanya mencoba sekolah di Indonesia untuk terakhirkali sebelum mewarisi bisnis keluarga. "Emang dia gak mau kuliah? Masa sih? Mereka kan kaya dan ayahnya juga sehat kan?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD