ADC EPS 1 - COWOK GANTENG

1129 Words
Perkenalkan namaku Arjuna Ganteng Paripurna. Eits, jangan salah sangka. Aku bukan menasbihkan diriku sebagai lelaki tampan dan rupawan tetapi ini benar adanya. Namaku seperti itu sejak orok hingga sekarang usiaku beranjak 16 tahun. Anak lelaki pertama dari Ayah yang tampan dan ibu yang sangat cantik, tentu saja menghasilkan anak dengan genetik luar biasa sepertiku, bukan maksud sombong. Nama tentu saja mewakili penampilan fisikku. Proporsi wajah tampan, tinggi dan rambut lurus berkilauan ngalahin iklan shampo. Aku harus mengucapkan syukur yang tiada terkira akan kesempurnaan yang aku miliki ini. Selain tampan, aku juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata, maaf untuk yang satu ini boong hehehe. Otakku hanya otak dengan kapasitas menengah ke bawah. Gak pinter gak oon juga, masih bisa dimaklumi. Bukankah kata orang memiliki wajah tampan akan membuat setengah pekerjaan menjadi lebih mudah. Sekarang aku menjadi siswa kelas 10 jurusan IPA sekolah menengah atas. Tentu saja bersekolah di sekolah yang baru menjadi sesuatu yang menarik juga membuatku bersemangat. Terlebih lagi mata akan semakin dimanjakan dengan banyak cewek cantik di sekelilingku dengan tatapan memuja. Hal itu sudah biasa terjadi padaku. Ibarat nasi, udah menjadi keseharianku. “Juna ma braderrr!” aku tau suara siapa yang manggil. Dua sahabat karibku sejak sekolah dasar. Syailendra dan Aditya. Kami bertiga udah terkenal sebagai geng cowok ganteng dan mempesona dan menjadi pujaan para cewek di luar sana. Tapi hingga saat ini, kami belum ada yang pernah berpacaran. Jomblo akut garis keras lintas benua. “Apa lo!” balasku ketus. “Wuih!!! Woles ma bro!” Syailendra yang terkenal ngomong dan tengil merangkul bahuku. Berbeda dengan Aditya yang lebih kalem dan dewasa diantara kami bertiga. Citt!!! Suara motor matik diiringi rem yang mendadak berhasil ngalihin pandanganku. Aku lihat seorang cewek mengendarai motor, memakai celana training olahraga mungkin aja untuk nutupin kakinya yang memakai rok sekolahan. Penasaran? Tentu saja enggak. Sejak kapan aku penasaran sama seorang cewek. Bentar lagi dia yang akan terpesona. “Ke kelas yuk!” ajak Aditya, aku dan Syailendra kompak mengangguk dan berjalan bersama. Hari pertama di sekolah kami udah disuguhin dengan tatapan melongo satu sekolahan melihat kami bertiga berjalan bersama. “Astaga ganteng banget!” aku denger cewek-cewek saling berbisik menatap geng kami. Sudah biasa. Aku tidak peduli malahan. Di sekolah baru ini, aku lihat banyak pemandangan indah. Tentu saja bukan dalam artian taman yang indah tapi bagiku pemandangan yang indah adalah cewek cantik di sekolahan. Di kamusku, aku yang tampan harus mendapatkan cewek yang cantik. Seperti nyokap dan bokapku. Keduanya tampan dan cantik jadi aku gak boleh kalah dari mereka berdua dong. Keturunanku harus menjadi bibit unggul menjadi anak yang cerdas dan sebagai sumber daya manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Astaga bahasaku ketinggian banget ya. Kabar yang sedih menghampiriku, Aku dan Sya nama panggilan Syailendra berada di kelas yang sama, Kelas 10.1 IPA, sedangkan Aditya berada di kelas sebelah kelas 10.2 IPA. Aku sih ngarepinnya kami bertiga bisa di kelas yang sama karena apa, tentu saja kami membutuhkan kecerdasan Aditya untuk menjawab tugas sekolahan. Aku dan Sya yang punya otak dengan kapasitas menengah ke bawah selalu meminta tolong Adit. Toh Adit juga gak masalah. Di kelas 10.1, aku duduk semeja dengan Sya. Posisi yang sangat aman menurutku. Tempat duduk paling belakang dan sudut. Cukup aman buat memantau seluruh kelas. “Hai!” sapa seorang cewek cantik, putih dan rambut panjang kecoklatan menyapaku. Berdiri dua cewek di kiri dan kanannya. “Hai!” balas Sya yang selalu bersemangat tiap ada cewek yang mendekati kami. Aku hanya mengangkat alis, menatap singkat kemudian sibuk dengan handphone-ku. “Kenalin namaku Michelle, ini temenku Nindy dan Greta,” cewek yang di tengah memperkenalkan diri. Astaga, nih cowok ganteng tapi diem aja bikin penasaran dan salah tingkah. Tuh kan, aku bisa tahu apa yang dibenak saat cewek menyukaiku. Masa iya gue harus ngalah sama Michelle. Suara Greta kali ini. Berbeda dengan Nindy, aku tahu dia tidak menyukaiku. Malahan saling tatap-tatapan alay dengan Sya. Semoga kali ini Sya bisa melepas status jomblo akut diantara kami. “Gue Syailendra dan cowo samping gue ini Arjuna,” balas Syailendra yang untungnya berinisiatif untuk menjawab. Tit…tittt… Bel sekolah menyelamatkan kami dari pertanyaan para cewek-cewek itu. “Perkenalkan nama saya Bonar Sirait, saya akan menjadi wali kelas kalian. Pertama-tama, saya akan absen lebih dahulu agar saya dan kalian saling mengenal teman sekelas kalian,” ucap pria paruh baya yang menyebut dirinya wali kelas kami. Tampangnya galak, serius, dengan rambut belah tengah dan berkaca mata. Sepertinya aku harus berhati-hati dengan wali kelas kami ini. Jangan pernah membuat masalah dengannya, bisa gak naik kelas aku nanti. “Arjuna Ganteng Paripurna?” suara wali kelas mengabsen namaku, aku lihat beberapa kali dia mengerjapkan matanya melihat absen sebelum memanggil namaku. Semua murid di kelas tentu saja serentak menoleh kepadaku. Namanya unik, tapi emang ganteng. Gak salah sih. Semua cewek hampir berpikiran yang sama. Komentar bernada pujian. Berbeda dengan teman cowok sekelasku yang sekuat tenaga tidak menghamburkan tawanya. Aku tahu namaku pasti terkesan narsis dan alay, tapi namaku sesuai dengan wajah bukan. Apa peduliku. Setelah namaku menimbulkan kasak kusuk di kalangan teman sekelas, Pak Bonar kembali mengabsen murid yang lainnya. Kami mulai saling mengenal nama. Lumayan lah. Banyak cewek cakep di kelas ini. Pelajaran pagi ini diawali dengan Biologi, Bahasa Indonesia kemudian dilanjutkan pelajaran kesukaanku jam istirahat. “Semakin tinggi sekolah pelajaran kok makin sulit ya Jun,” keluh Sya dan menungguku untuk berdiri. “Iya mana gue harus sekelas bareng lo lagi, lebih terasa sulit hidup gue,” tambahku dan Sya sontak menoyor kepalaku gak terima. “Eh bangke lo! Gue juga pengen bareng Adit kali. Lo gak guna1” ledek Sya. “Gue tampan!” sanggahku. “Iya sih bagian itu yang menyelamatkan kita. Lagian tampang lo bisa kita gunain buat para cewek yang muja lo buat bantu ngerjain tugas kita kan,” ide licik Sya yang tentu saja sangat cemerlang bagi kami. “Yoi ma bro!” jawabku dan kami ber-tos ria kemudian tertawa terbahak-bahak. “Ayok kita liat si Adit, ngapain aja dia, Si Mr. serius.” Julukan Aditya yang memang selalu serius terhadap apa pun. “Hei!” aku memanggil Adit yang berjalan di belakang cewek yang tampilannya gak banget menurutku. Rambutnya pendek sebahu, memakai behel dan astaga gaya apaan pake celana training dalam rok. Hal yang kemudian hari ternyata membuatku berada pada kejadian absurd. Lihat kan, cewek itu berbalik dan tersenyum ke arahku. Aku dan Sya berpandangan, kami takut cewek itu mungkin saja salah paham, dia ngira kami manggil dia. Cobaan apalagi ini ya Tuhan. “Hai!” sapanya dan sekali lagi aku memindai penampilannya dari atas ke bawah hingga berkali-kali. “Nama kamu siapa?” Oh astaga, dengan percaya diri dia mengulurkan tangannya. “Kenalin namaku Cinta Cantika Putri,” ucapnya. Dia menatapku dalam, aku merasakan bulu kudukku berdiri. Kenapa harus ketemu cewek modelan kayak gini sih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD