Part 1

1045 Words
Raisya Ratu Vexia adalah seorang siswi yang sudah duduk di tingkat akhir high school. Ia memiliki wajah yang sangat cantik serta memiliki pesona yang sangat kuat. Ia biasa dipanggil Raisya oleh teman-temannya. Memiliki banyak teman karena sifatnya yang tidak sombong meskipun dianugerahi wajah yang menawan. Ia baik, asal orang baik kepadanya. Baginya, kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan. Sebab ia bukan lah gadis lemah yang mudah ditindas begitu saja seperti di cerita-cerita fiksi remaja atau fantasy yang sering dibacanya. Selain itu, gadis cantik tersebut memiliki sebuah kemampuan khusus yang tidak diketahui oleh siapa pun. Semua orang selalu menatap ke arahnya dengan tatapan memuja. Dimana pun ia berada, selalu saja ia dipuja-puja saking cantik dan memesonanya. Sama halnya seperti sekarang, ia sedang berada di koridor sekolah yang tak pernah luput dari tatapan memuja para siswa. Kala seseorang menyapanya, ia akan balas menyapa atau hanya mengangguk dan memberikan senyuman manisnya, pertanda ia menghargai orang yang memanggilnya. Langkah kakinya terhenti di depan pintu kelas 12 ips 3. "DILA!" sapanya dengan nada suara yang tinggi sembari memasuki kelasnya riang. Gadis yang satu itu memang suka berteriak dan tidak peduli dengan image. "Ya ampun, Sya! Masih pagi udah main teriak aja lo. Lo mau bikin telinga gue budeg, hah?" omel Dila sambil menatap sahabatnya dengan tatapan tajam. Raisya menyengir seraya duduk di kursi. "Hehe... Jangan ngomel dong, Dil. Nanti cepat tua loh..." godanya. "Makanya kalau masuk kelas itu nggak usah teriak-teriak gak jelas, Raisya." nasehat Dila yang dibalas dengan sikap acuh oleh Raisya. "Pagi-pagi udah teriak-teriak gak jelas aja lo. Kenapa sih semua orang suka sama lo yang suka teriak-teriak gak jelas gini?" jengkel seorang siswi yang bernama Vanes frontal. "Kenapa?? Lo iri sama gue?" tanya Raisya balik dengan alis yang terangkat sebelah. "Siapa juga yang iri sama lo! Sebab gue lebih cantik daripada lo." Vanes menjawab dengan penuh percaya diri sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. "NGACA DULU DONG SEBELUM NGOMONG!" teriak para cowok di dalam kelas membela Raisya. Tentu saja mereka membela Raisya karena Raisya adalah idola mereka semua. Raisya yang mendengarkan teriakan para cowok tersenyum penuh kemenangan dan melemparkan senyum mengejeknya ke arah Vanes yang sedang menatapnya dengan tatapan sinis. Kedua gadis itu memang tidak pernah akur. Mereka seperti kucing dan anjing bila bertemu. Sejak dua tahun yang lalu, lagi. "Haha... Kasihan banget sih, gak ada yang membela." cibir Raisya sambil terkekeh. "Makanya kalau sebelum bicara itu ngaca dulu." nasehat Dila bijak. Vanes terdiam sambil menggerutu kesal di dalam hati. Kenapa semua orang selalu membela Raisya sih?! Batinnya kesal. Raisya terkekeh saat membaca pikiran Vanes. Salah satu kemampuan gadis cantik itu adalah bisa membaca pikiran orang. Entah dari mana ia mendapatkan kemampuan itu sebab setahunya, kedua orangtuanya tidak ada yang mempunyai kemampuan seperti dirinya. Bu guru (Bu Ayu) masuk ke dalam kelas Raisya karena bel sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. "Pagi, anak-anak!" sapa Bu Ayu semangat. "Pagi juga, bu." jawab seisi kelas kompak. "Baik lah, sebelum belajar ibu absen kalian dulu." "Adam Efendi?" "Hadir." "Benny Satrio?" "Hadir." "Cantik??" "Hadir, bu." "Cinta?" "Hadir, bu!" Dan seterusnya... Setelah selesai mengambil absen, Bu Ayu mulai menerangkan materi pelajaran. Seisi kelas hanya diam memperhatikan pelajaran yang di terangkan Bu Ayu. Sungguh murid yang baik. Ah ya, Kelas 12 ips 3 adalah kelas yang mempunyai image bagus di mata para guru. Tak terasa 3 jam telah berlalu dengan sangat cepat. "Sampai di sini dulu pertemuan kita kali ini. Sampai jumpa minggu depan." Bu Ayu meninggalkan kelas ips 3 dan pergi ke kelas selanjutnya. Dalam sekejap kelas menjadi heboh. Ada yang bergosip, nobar, mabar, salon dadakan, dllnya. Raisya sendiri memilih untuk membaca cerita di aplikasi w*****d yang terpasang di handphonenya. Mulai membaca cerita. Cerita yang ia baca adalah tentang Vampire dan Werewolf. Hanya tidak sengaja nemu di kolam pencarian. "Ehh Dil, memangnya Vampir itu benaran ada ya?" tanyanya penasaran tapi ia yakin bahwa makhluk itu tidak ada di dunia ini karena mereka hanya sekedar mitos dan khayalan para penulis. "Kayaknya ada sih, kenapa lo tanya begituan?" "Ohh, gue baca cerita tentang Vampir makanya gue penasaran." "Kalau menurut lo gimana?" "Kalau menurut gue sih mereka nggak ada." "Kalau mereka ada, apa yang akan lo lakuin?" "Yang bakal gue lakuin adalah kabur, kalau lo?" "Kalau gue sih mau minta foto bareng biar bisa jadi kenang-kenangan." Dila menjawabnya dengan wajah yang berbinar-binar. "Haha, mau minta foto?? Yang benar saja, yang ada lo malah kehabisan darah karena dihisapnya." Raisya tertawa geli akibat pemikiran konyol sahabatnya. "Ishh, kan nggak semua Vampir minum darah manusia. Kalau menurut cerita yang gue baca sih. Aslinya gak tau deh." cetus Dila sambil menyimpan buku geografi ke dalam tas. "Iya juga sih. Dan menurut cerita yang gue baca, mereka hidup selama ratusan tahun." "Iya, tapi mereka tetap akan tampan." tambah Dila. "Kalau lo menjadi mate Vampir, apa yang akan lo lakuin?" "Ishh, otak lo ini perlu di cuci deh. Kan gue udah bilang kalau di dunia ini nggak ada makhluk yang namanya Vampir." Raisya berucap dengan gemasnya. Gemas pengen nabok Dila. "Kok lo gitu sih sama gue? Kalau gue sih mau-mau aja menjadi matenya bahkan dengan sangat senang hati." Dila berangan-angan serta menangkup pipinya dengan kedua tangannya. "Yang ada, lo nanti malah mati sia-sia karena kehabisan darah." cibir Raisya. "Kan gue udah bilang kalau tidak semua Vampir itu minum darah manusia." sela Dila. "Ya, ya, ya. Terserah lo aja deh, gue mau lanjutin baca cerita aja." kesal Raisya. "Lanjutin aja!" ucap Dila acuh. Akhirnya Raisya memilih untuk tenggelam kembali ke dalam cerita-cerita fantasy yang dibuat oleh penulis. **** Sepulang sekolah Raisya pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki karena letak sekolah cukup dekat dari rumahnya. Setibanya di rumah, ia menyapu pandangannya ke segala ruangan namun sayang, ia tidak melihat satu orang pun di dalam rumah. Mungkin mereka sedang sibuk, pikirnya. Raisya menaiki tangga, menuju kamarnya. Di kamar, ia mengganti seragam sekolah dengan pakaian santai. Setelah itu ia memutuskan untuk pergi ke cafe terdekat karena malas di rumah sendirian. Selain itu, ia juga sangat lapar karena di sekolah ia tidak makan di kantin sewaktu istirahat. Ia mengambil mobil merahnya lalu mengendarai dengan kecepatan sedang. Setibanya di cafe, ia langsung memesan makanan dan menunggunya sambil bermain ponsel, sesekali ia tertawa geli saat membaca chat di grup line kelasnya. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD