XIX

2193 Words

“Ha! “ Atreya tersentak dari tidurnya, pupil matanya bergerak kanan-kiri menelaah di mana ia berada. Di kamar. Ya. Di kamar rumahnya? Atreya langsung bangkit. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa ia berada di rumahnya sekarang? “Reya, buka pintunya.” Atreya kembali tersentak, menatap ke arah pintu yang tertutup. Di sana ada dirinya. Ia dirinya, meringkuk di belakang pintu yang tertutup. Matanya sembab di penuhi air mata, beberapa kali ia menghapus air mata, lalu menenggelamkan wajahnya pada dua kaki yang dipeluk erat. “Reya, ayo buka nak.” “Gak! Reya gak mau ke pondok, Ma!” teriak Atreya. “Ini demi kebaikan kamu.” “Kebaikan apa, Ma?! Kalo kalian gak mau Reya di rumah, Reya bakal pergi dari sini! Reya bisa tinggal di mana aja. Mama, papa mau itu kan?! “ “Bukan gitu, Reya ..

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD