Totally s**t

209 Words
Paul dan seorang wanita paruh baya bergaun merah di pojok ruangan tengah berdansa berdua dalam jamuan makan malam gratis dan sambutan dari beberapa artist lokal ternama dari Estonia. Aku yang sedang merasa tak baik-baik saja hanya berdiri bersama segelas wine di tanganku tepat di samping Sofia. Ah tidak, tepatnya di tempat dimana Sofia berada dan aku berjalan mengikutinya. Kalian bisa membayangkannya seperti anak bebek atau ayam bersama induknya. Lucu sekali, tapi ternyata tidak. Aku mengikutinya karena tak mengenal siapapun disini, kecuali seorang manusia bersama Edward yang berdiri tak jauh dariku. Ia memandangku sedari tadi, tak pernah lepas. Aku.yang mulai kesal hanya pura-pura tak tau dan mengabaikan keberadaannya. Sungguh, aku sangat membenci Edward. Lelaki itu, dan David adalah lelaki yang pernah membuatku sengsara semasa kuliah di universitas. Oh, jangan lupakan ia pernah membuang puntung rokok padaku hingga kulitku melepuh. Mereka adalah lelaki yang berubah menjadi monster. Padahal dahulu, semasa SMA, mereka adalah pria baik. Bicara tentang kelanjutan hidupku pasca penyiksaan, tak ada habisnya. Aku dan semua yang ku alami dalam hidupku adalah sebuah memoar menyedihkan. Beberapa orang mengatakan bahwa hidupku sangatlah beruntung dengan kedua orang tua yang penyayang dan sangat menyayangiku. Mereka tidak tau saja skenario apa yang sedang aku hadapi. Aku akan sedikit bernostalgia dengan kelanjutan cerita kala itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD