Baltic

597 Words
Akhirnya kami tiba di Baltic, kami harus segera bersiap-siap karena esok hari kami sudah menjadwalkan keberangkatan kami ke jalur darat menuju west coast di wilayah utara America melalui ferri Baltic. Berdasarkan perkiraan kami yang belum dipastikan akurat, kami akan tiba dalam 1 minggu. Artinya kami harus hidup selama 7 hati di atas kapal tersebut. Apakah ini hal yang menyenangkan? Oh tentu saja tidak, setidaknya sampai kau mendengar bagaimana Sofia menjelaskan betapa tak nyamannya tinggal berlama-lama di kapal. "Kamar yang sempit dan penuh kotoran hewan, belum lagi pendingin ruangan yang tak berfungsi di siang hari. Oh, jangan lupakan betapa joroknya kamar mandinya, beberapa orang masuk ke dalam kamar mandi tapi saat mereka keluar akan meninggalkan bau pesing/kotoran mereka yang belum benar-benar bersih." Kalau hal yang lain, mungkin bisa aku toleransi. Untuk kebersihan kamar mandi? Oh tidak, aku akan berada di garda terdelan yang mengatakan tidak sekencang-kencangnya apabila dipaksa menggunakannnya ataupun dalam konteks 'tak punya pilihan lain' Aku bisa mengakali hal tersebut. Aku membeli kantung untuk buang air tanpa perlu repot menggunakan wc umum kapal dan menguntungkanku karena tak perlu mengantre panjang-panjang. Bagaimana dengan buang air besar? Ntahlah, menahannya tak baik, tapi akan kulakukan sebisa mungkin agar selama 7 hari aku tak menyentuh WC tersebut. Persoalan kamar mandi saja aku sudah repot tujuh keliling. Meskipun ku akui aku cukup higienis dalam menghadapi segala sesuatu. Aku tak pernah melewatkan mandi malam, jadwal perawatan yang teratur. Jadi, tubuhku harus beradaptasi dengan kebiasaan baru yang mungkin saja mengubah jadwal mandiku menjadi 1 atau 2 kali dalam satu minggu. Baiklah, calm down. Bagaimana dengan Paul? Ia lemas tak terkira dan telihat sangat nelangsa dengan kehidupan barunya. Aku hanya bergumam 'Welcome to the Wild World'. Dunia memang kejam, tapi akan lebih terasa kejam jika kau seoramg manusia modern yang terbiasa dengan segala fasilitas mewah kemudian bepergian ke alam bebas. Tak heras, tak banyak kaum konglomerat yang bepergian menggunakan jalur darat atau bahasa kerennya, hiking. Mereka lebih memilih menggunakan jalur transportasi udara untuk menghemat waktu dan energi. Mengapa kami tak memilih untuk menggunakan jalur udara? Bukan hiking namanya jika seperti itu, mari kita sebut sebagai travelling. Perasaan saat travelling dan hiking adalah dua hal yang berbeda. Apa yang ditemui dalam proses perjalanannya entah itu dilakukan secara solo atau bersama rombongan atau kerabat dekat adalah dua hal yang berbeda. Apa yang kami rasakan, kesulitas, kesenangan, adalah kehidupan yang sesungguhnya. Singkatnya kami ingin berinteraksi dengan alam. Alam itu menyimpan terlalu banyak misteri, tetapi jangan lupa bahwa manusia berteman baik dengan alam. Manusia tumbuh dan dibesarkan oleh nenek moyang yang hidup berdampingan dengan alam bebas. Jaman sekarang? keluar rumah adalah sesuatu yang langkah. Anak-anak akan sangat sibuk dengan gawainya, saat merasa lapar, orang-orang tinggal melakukan sentuhan jari pada gawai mereka untuk mendapatkan makanan siap saji tersebut di depan rumah dengan ongkos yang sangat murah. Wajar apabila manusia terlena akan sesuatu yang instant. Manusia di era ini adalah manusia yang sibuk dengan segala kesibukannya. Mereka yang sibuk menata masa depan, pendidikan, mencari pasangan,.mencari pekerjaan, atau bahka survive dari kehidupannya yang mematikan dan tak sehat adalah tipikal manusia modern. Jaman dulu tak seperti ini. Saat kami kecil, orang tua kami mengajak anak-anaknya cara membakar api unggun, cara menggosok batu agar mengeluarkan api di musim dingin, bagaimana cara merahut syal,memasak pancake saat teman sekelas kami ulang tahun adalah sesuatu yang hampir tak bisa kau temukan pada manusia modern. Kebutuhan mereka dan kebutuhan manusia yang tinggal di pedalaman adalah tak sama. Mereka menggunakan alam untuk menggaet keuntungan sebesar-besarnya untuk hidup yang layak dan menjadi yang terhormat tanpa.memikirkan bagaimana makhluk lain yang bersahabat dengan alam bisa survive akibat perbuatan manusia-manusia yang tak.brtanggung jawab.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD