Artificial Insemination

1019 Words
Hari ini aku mengunjungi kediaman bibi Marie. Dia adalah saudari kandung tertua dari ayahku. Usianya sangat tua renta, 95 tahun. Aku tak kunjung masuk ke dalam dan terus berdiam di dalam mobil yang ku tumpangi. Sangat sulit bagiku untuk menjalin komunikasi dengan keluarga ayahku. Pasalnya mereka tak pernah menyukaiku. Tapi, mungkin saja mereka memgetahui hal-hal yang tak aku ketahui. Aku memikirkan kemungkinan apa yang mereka lakukan di dalam sana setelah kedatanganku. Apakah aku akan di banjiri pertanyaan? Atau di sumpah serapahi olehnya? Who knows? Aku yak pernah bertemu dengannya sejak kepergian orang tuaku. Pada akhirnya aku memberanikan diriku untuk keluar dan saat ini aku berada di depan bangunan ini. Di halaman depan, tampak seorang baby sitter tengah menggendong seorang anak perempuan berambut cokelat dan bermata kebiruan. Biar kutebak, mungkinkah itu anak Brody? Brody adalah saudara sepupuku, kami memiliki rentang usia hanya 7 satu tahun. Namun, naas dia dinikahkan di usia belia karena kecelakaan bersama kekasihnya. Darimana aku mengetahuinya? Tentu saja, di rumah ini tak ada orang lain yang tinggal bersama bibi marie selain Brody, Keluarga, dan baby-sitter serta asisten rumah tangga. Aku tersenyum hangat ketika baby-sitter melihat ke arahku. Ah, aku jadi teringat ibuku. Kalau dia masih hidup, mungkin usianya sama sepertinya. "Hai, apakah bibi Marie ada di rumah?" Aku bertanya kepadanya. Dia melihatku dari atas hingga ke bawah seperti orang yang berusaha mengintimidasiku. Bedanya, tatapan tak tajam dan terkesan hangat. "Oh, tentu saja. Dia sedang bermain bersama cucu pertamanya di dalam. Ada kepentingan apa ya?" Tanyanya kepadaku. "Tak apa, aku hanya ingin mengunjungi bibiku. Dia adalah saudara perempuan tertua dari ayahku. Kami sudah sangat lama tak bertemu." "Baiklah, tunggu sebentar biar saya panggilkan" Ucapnya sembari berjalan ke dalam dan menggendong anak Brody. Baby-sitter tersebut kembali ke halaman luar bersama seorang perempuan sebaya denganku. "Astaga, Morella! Kenapa tiba-tiba sekali? Kami tak sempat menjamu kedatanganmu" Dia adalah istri Brody, teman semasa SMA-ku. "Ayo, masuk. Maaf sudah membuatmu menunggu. Ibu ada di dalam, kau ingin bertemu dengannya bukan?" Tanya Angela kepadaku. "Ah, tak perlu repot-repot menjamuku, Angela. Aku hanya ingin menjenguk karena aku baru kembali dari Oregon" "Baiklah, Morella. Ohiya apakah kau akan kembali ke Oregon dalam waktu dekat?" "Aku pikir begitu, tapi urusanku di Warsaw belum selesai. Jadi, aku mempertimbangkan untuk menundanya hingga bulan depan" Setelahnya percakapan kami mengalir begitu saja. Dia bertanya kepadaku tentang apa kesibukanku saat ini, bagaimana keadaan saudaraku. Ya kurang lebih sama seperti kawan lama yang baru bertemu pada umumnya. Aku kemudian berpamitan pada Angela karena kami sudah berada di depan kamar bibi Marie. "Baiklah, aku masuk dulu ya. Terima kasih telah mengantarku ke dalam" Angela kemudian berlalu bersa baby-sitter dan kedua putrinya. Saat ini mereka sudah dewasa saja, ah rasanya baru kemarin anak-anak itu lahir. Anak pertama mereka bernama Abigail, dan anak keduanya bernama Kelly. Angela sempat bertanya kepadaku tentang hubunganku dengan David. Aku lupa memberitahunya bahwa kami telah lama berpisah. Dia sangat kaget mengetahuinya, pasalnya kami adalah pasangan yang dikenal baik olehnya. Aku berjalan ke kamar bibi Marie. Aku merasa sedikit sungkan namun membutuhkan bantuannya. Aku melihatnya berada di kursi-kursi di balik pilar tinggi di dekat tempat tidurnya. Dia melihatku sekilas lalu memintaku untuk duduk berhadapan dengannya. Dia lalu bertanya kepadaku apa maksud kedatanganku setelah lama tak bertamu. "Aku minta maaf kepadamu karena tak permah mengunjungimu. Aku baru saja menyelesaikan studi kedokteran-ku dan baru pulang dari Oregon." Dia melihatku saja tanpa membalas apa-apa. Aku lalu duduk di hadapannya lalu berkata, "Jadi begini bibi, aku ingin mengetahui apakah sesuatu terjadi antara Ayah dan Bundaku di masa sebelum kelahiranku? Pasalnya aku dan kedua saudaraku, Filipe dan Ola, baru saja melakukan tes genetik beberapa hari yang lalu. Kami tak ada hubungan darah dan kami bukan saudara se ayah." Aku kemudian menjelaskan alasan kami melakukan test genetik karena rasa keingintahuanku. Masalah utamanya adaah aku berbeda dari mereka semua. Aku pun tau akan hal tersebut, tapi kenyataan yang mengejutkan keluar dari bibi marie. "Benar, kalian bukan saudara. Aku mengetahuinya" aku tersentak kaget mendengarnya. Sejak kapan dia mengetahuinya? Mengapa tak ada yang memberitahuku dan membiarkanku sendirian dalam pencarian kebenaran tentang jati diriku? Ada sangat banyak pertanyaan di dalam kepalaku. Namun, sebelum sempat bertanya, bibi Marie mengatakan, "Aku tau kau sangat bersusah hati dan bertanya-tanya tentang hal itu. Tetapi, aku sudah menduganya. Kau adalah putri bundamu bukan putri ayahmu." "Apa yang terjadi kepada mereka, bi?" "Bundamu memiliki masalah fertilisasi dan ayahmu tak punya pilihan lain. " "Maksudnya?" "Mereka melakukan inseminasi buatan di Philadelphia. Aku punya perasaan yang kuat bahwa yang mereka masukkan bukan milik ayahmu. Ayamu telah mengalami perlambatan di usianya yang ke 40 tahun." Aku hanya diam menyimak dan menunggu kelanjutan dari cerita bibi Marie. "Bukan cerita yang bagus. Aku memperingatkan kepadamu untuk tak mencari tau lebih dalam." Kata bibi Marie kepadaku. "Apa yang terjadi?" "Seorang dokter kenalan sahabat bundamu, menawarkan kepada kedua pasangan itu untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Philadelphia. Ibumu sangat susah mendapat keturunan karena circle menstruasi-nya telah melambat di akhir usia 30. Begitu pula ayahmu yang mengalami masalah Fertilisasi setelah berpisah dari Istri pertamanya." "Mereka mungkin mencampurnya, atau bahkan tak memasukkan milik ayahmu sama sekali." "Awalnya aku berpikir bahwa kau mengalami kelainan genetik. Tetapi, melihatmu bertumbuh besar, aku semakin yakin bahwa kau bukan putri dari Ayahmu." "Aku sudah mengatakan bahwa ini bukan ceirita yang bagus untuk diceritakan." Aku menarik nafas setelah mendengarnya. Pernyataan itu sukses membuatku lemas tak berdaya. "Lalu, siapa ayah kandungku jika ayahku bukan ayahku?" "Tak ada yang mengetahuinya. Kami bahkan tak mengetahui dimana mereka melakukan proses ini, dan mereka tak bertanya kepada kami sebelum memutuskan." "Aku tau ini menyakitkan bagimu, Morella. Tapi, aku rasa kamu sudah cukup dewasa untuk mengetahui hal ini." Aku terdiam sejenak, lalu melihatt ke arah bibi Marie. "Bibi, terima kasih atas kejujuranmu. Pernyataanmu akan sangat membantu pencarianku." Aku berkata kepadanya bahwa aku ingin mengetahui siapa yang melakukannya dan dimana mereka melakukannya. Tetapi, mereka tak tau siapa sahabat bundaku yang merekomendasikan hal ini. Aku rasa dia banyak mengetahui tentang asal usulku. Aku kemudian berpamitan kepada bibi Marie, merasa bahwa informasi yang kudapatkan sudah cukup dan aku merasa sangat tak berdaya setelahnya. Angela memintaku untuk makan malam bersama. Namun, aku menolaknya dengan dalih bahwa aku ada janji bersama rekanku malam ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD