25.

1267 Words
Setelah adegan yang menyeret Valencia selesai, Sorazen bersama Vionel bergerak cepat untuk mengejar pelaku yang menembakkan anak panah itu. Suasana di istana masih stabil, tidak ada pejabat yang berkeliaran di istana. Sorazen tidak ingin menyampaikan pesan kepada mereka, pikirannya sekarang hanya tertuju untuk menemukan penjahat itu apapun yang terjadi. Sekitar 30 pasukan elite kerajaan berbaris rapi di depan gerbang istana dengan menunggangi kuda yang di pimpin oleh Zavier bersama Edwin. Sorazen bersama Vionel langsung memacu kudanya melewati barisan pasukan elite menuju jalan utama ke ibukota, setelah barisan terakhir di lewati kini semua memacu kudanya mengikuti Sorazen Suara hentakan derap langkah kuda yang terdengar seperti gemuruh mengalihkan pandangan seluruh penduduk di ibu kota yang sedang beraktivitas, ketika melihat siapa yang berada paling depan semua orang langsung menunduk memberi hormat, Sorazen memacu kudanya lurus ke depan dengan pandangan dingin tidak mempedulikan sekitarnya. Pria itu menggunakan jubah hitam dengan setelan pakaian khusus, sebuah tongkat yang panjangnya sekitar 40cm dengan ukiran naga emas di sisinya dan cakar tiga di ujungnya di genggam di tangan kirinya, itu adalah tongkat kekuasaan turun temurun milik raja Tyndomére, benda itu bukanlah tongkat biasa melainkan sebuah pedang dengan bilah tipis yang mampu menghancurkan apapun, pedang itu terbuat dari mineral terdalam bumi yang telah menyerap panas berjuta-juta tahun dengan di padukan dari batu meteor dan sisik naga yang di temukan oleh raja Tyndomére I Di sebelahnya Vionel Dhaupin menggunakan jubah yang sama tetapi kerahnya berisi lencana yang bergambar naga dan pedang kembar tersilang menunjukkan identitasnya, sebuah pedang tersemat di pinggangnya. Sudah lama Vionel tidak menggunakan jubahnya yang memperlihatkan identitas aslinya, tapi hari ini karena Sorazen Tyndomére dirinya kembali menyematkan lencana itu. Di belakangnya ada Edwin dan Zavier yang menggunakan jubah hitam dan armor diikuti oleh 30 pasukan elite kerajaan, pasukan elite kerajaan dapat di bedakan dari pakaiannya yang menggunakan pakaian khusus berwarna hitam dan emas, pasukan ini memiliki kemampuan tempur di atas rata-rata lebih baik dari kesatria kerajaan dan prajurit biasa Melihat gerombolan yang melintas di tengah ibu kota semua orang tidak bisa tidak menduga jika terjadi sesuatu yang mendesak hingga raja sendiri yang turun tangan, tapi mengingat insiden yang terjadi kemarin malam semua orang mengerti sekarang. Ketika tiba di perbatasan ibu kota menuju hutan Ryön, Vionel membagi pasukan untuk mengambil jalur yang berbeda 20 pasukan di bagi ke selatan yang di pimpin oleh Zavier untuk melewati jalan utama, sedangkan dirinya bersama Sorazen dan Edwin beserta 10 pasukan lagi menuju tengah hutan Ryön, dengan pembagian itu Zavier membantah karena seharusnya lebih banyak pasukan yang bersama raja untuk melindungi keselamatannya di tengah hutan Ryön karena tidak ada yang tahu pasti keadaannya. Tapi Sorazen menolak, untuknya bersama Vionel dan Edwin itu sudah cukup, Vionel Dhaupin menguasai medan hutan Ryön dengan baik. Di tengah hutan Ryön di perbatasan menuju utara Vionel dan Sorazen tiba-tiba menghentikan kudanya Mata emasnya berkilau menelisik sekelilingnya Vionel mengangkat tangannya mengintruksikan kepada pasukan di belakangnya untuk diam " Tahan.. " ucap Vionel kepada Edwin yang sudah menarik busur panah Mata Sorazen berkilat tajam saat suara anak panah yang membelah angin menuju kearahnya, pria itu langsung menepis anak panah itu dengan tongkatnya, dengan cekatan Edwin langsung melesatkan anak panah ke atas pohon di depannya. Seorang pria yang berpakaian hitam dengan kain yang menutupi setengah wajahnya langsung melompat dari atas pohon, pria itu langsung berlari kencang menuju sisi timur " Kejar!... " Teriak Sorazen Sepuluh pasukan langsung memacu kudanya cepat melewati Sorazen untuk mengepung pria itu. ***** Di kediaman istana, setelah di seret ke kamarnya Valencia hanya duduk di atas ranjangnya, perasaannya mulai gelisah. Valencia memejamkan matanya berusaha memanggil apapun yang bisa di panggil melalui pikirannya, ia tidak yakin ini bisa di lakukan atau tidak dirinya hanya mencoba memikirkan sesuatu yang bisa membantunya. Suara pekikan elang terdengar nyaring mengitari bangunan istana dimana Valencia berada, Valencia membuka matanya dan langsung berlari menuju jendela untuk melihat burung elang yang berada di atas menara kini terbang ke arahnya, ia membuka lebar kaca jendelanya membiarkan elang itu masuk dan hinggap di tangannya. Valencia membisikan sesuatu kepada elang itu dan tak lama elang itu langsung mengepakan sayapnya terbang keluar jendela dengan suara pekikan yang keras membuat orang di kediaman panik " Nona apa anda baik-baik saja? " Suara teriakan Mili terdengar di luar pintu Valencia langsung berlari ke arah kamar mandi mencari sesuatu disana Karena tidak ada jawaban Mili dan Navia langsung menerobos masuk mereka meminta penjaga untuk membuka kunci pintu itu " Nona?.. " Mendengar suara Navia, Valencia langsung keluar dari kamar mandi " Nona apa anda baik-baik saja? " " Aku baik-baik saja Mili, bolehkah aku meminta bantuan kalian? " " Tentu nona " jawab kedua wanita itu bersamaan " Bantu aku keluar dari sini " Kedua wanita itu saling pandang, mereka tidak berani melakukan itu " Aku mohon, ini mendesak. Raja dalam bahaya " Karena mendengar nama raja yang di katakan bahaya kedua wanita itu tampak ragu tapi melihat wajah nonanya memohon seperti itu akhirnya mereka menyetujui Dua puluh menit kemudian Valencia sudah menggunakan celana kulit dan baju khusus dengan jubah berwarna hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya. Kedua pelayan itu sangat berhati-hati ketika mengambilkan pakaian itu, entah dimana mereka menemukan pakaian khusus seperti itu yang tidak ada di lemari Valencia Ketika Valencia baru saja melewati pintu kamarnya dua penjaga itu langsung menahan Valencia " Raja dalam bahaya aku harus pergi " dengan kata itu saja dua penjaga itu langsung membiarkan Valencia pergi, kabar bahwa ternyata wanita yang selama ini mereka jaga adalah calon ratunya sudah tersebar di seluruh istana bahkan wanita ini juga yang melindungi rajanya saat terjadi serangan kemarin malam di perayaan musim gugur " Nona kami hanya bisa mengantar sampai disini saja " ucap Navia ketika berada di luar bangunan istana " Istal berada di sebelah kanan bangunan itu nona jika anda membutuhkan kuda " ucap Mili sambil menunjuk jalan di sebelah kanan " Baik terimakasih " Valencia langsung berlari menuju arah yang di tunjukan mili ia membutuhkan kuda sekarang untuk mencapai perbatasan ibu kota dengan cepat Istal itu tampak sepi hanya ada beberapa kuda yang masih terikat disana. Valencia mendekati salah satu kuda hitam yang besar, kuda itu cukup jinak kepadanya, ia langsung menaiki kuda itu dan memacunya menuju gerbang istana tidak banyak penjagaan di istana sekarang Di depan sana Valencia melihat dua orang pria yang menggunakan pakaian cukup megah berdiri di depan gerbang dengan pengawalan masing-masing, Valencia memelankan laju kudanya saat sudah dekat dengan gerbang istana Kedua pria itu sontak menoleh ketika mendengar suara ringkikan kuda yang mendekat, Valencia cukup mengenali siapa yang berdiri disana ,kedua pria itu adalah Perdana Menteri Wilton dan Dimitri Tórez yang akhir ini di kenalkan oleh Vionel kepada dirinya. Valencia membuka tudung jubahnya memperlihatkan wajahnya kepada dua orang itu, ia hanya tersenyum tanpa mengucapkan salam sedangkan Perdana Menteri Wilton menyipitkan matanya ketika melihat Valencia mendekat dengan kudanya, kedua orang itu cukup tahu siapa wanita ini tapi mereka juga masih penasaran dengan asal usulnya, apalagi mereka juga melihat dengan mata kepalanya sendiri saat wanita ini melindungi Sorazen dengan menahan anak panah itu. Tapi yang mereka pikirkan sekarang adalah mengapa wanita ini berada disini menunggangi kuda tanpa pengawal yang menyertainya? Valencia langsung memacu kudanya melewati dua orang penting itu tanpa mempedulikan yang lain lagi, keselamatan Vionel dan pria bermata emas itu nomor satu sekarang " Wanita itu cukup bernyali " ucap Dimitri Tórez saat melihat Valencia sudah menjauh Perdana Menteri Wilton hanya tersenyum menanggapi " Kira-kira apa wanita itu kabur? " Tanya Dimitri lagi " Aku tidak yakin " Perdana Menteri Wilton menoleh ke salah satu pengawalnya " Ikuti wanita itu " Sepertinya mereka tidak bisa membiarkan 'calon ratunya' pergi sendiri atau raja Sorazen akan marah ketika tahu ini ******†******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD