6.

1109 Words
Suara ketukan pintu ruangan itu terdengar kembali, Seorang pria dengan pakain pelayan masuk, pria itu membungkuk hormat meletakkan tangan kanannya di d**a kiri, pria itu adalah Lidwin kepala pelayan istana yang juga ayah Edwin " Salam Paduka Yang Mulia.. " Pria di depannya hanya mengangguk " Pejabat istana sudah menunggu bersama Duke Geoffrey Yang Mulia " " Baiklah aku akan pergi " pria itu berdiri yang langsung di hampiri Lidwin yang akan memakaikannya jubah kebesaran Raja Ketika pintu besar itu terbuka menampilkan seorang berjalan dengan arogan dan mendominasi menggunakan jubah berwarna putih dengan ukiran emas di setiap sulamannya dan bros emas bergambar mahkota tersemat di kerah baju hitam yang kontras dengan jubahnya Semua orang yang berada di ruangan itu langsung berdiri dan menunduk hormat pria itu langsung duduk di singgasananya " Salam Paduka Yang Mulia " suara semua orang d ruangan itu meletakkan tangan kanan di jantungnya Sorazen hanya mengangguk melihat semua orang yang berdiri " Yang Mulia ini adalah surat dari utusan kerajaan Grécia " seorang pria yang Berumur kisaran 40an menyerahkan surat yang ia bawa, pria itu adalah Perdana Menteri Wilton Sorazen menerima surat itu dan membacanya ada senyum samar di bibirnya ketika pria itu selesai membaca " Kita semua tahu Dhaupin tidak ada disini " " Aku sudah mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan ini ke kediamannya Yang Mulia " " Dia tidak ada disana " senyum pria itu masih menghiasi wajah tampannya melirik ke arah Perdana Menterinya entah apa yang pria itu pikirkan Semua orang tahu bahwa Vionel Dhaupin adalah salah satu orang yang memiliki hubungan baik dengan kerajaan Grécia selain Rajanya, tapi Sorazen tidak menyangka Perdana Menterinya akan berbaik hati melakukan tindakan lebih dulu " Maksud Yang Mulia? " Tanya seorang pria bertubuh gemuk dengan kumis tipis dan rambut yang dipangkas rapi, pria itu Stenson salah satu pejabat istana Kini Sorazen mengalihkan matanya melihat pihak lain yang bicara, ada 5 orang di ruangan itu selain dirinya " Dia tidak ada di kerajaan ini " " Maksud Yang Mulia dia meninggalkan wilayah ini? " Tanya pria itu lagi " Aku tidak yakin " jawab Sorazen sambil menopang tangannya di sisi singgasananya Melihat berbagai macam ekspresi orang-orang yang berada di depannya pria itu menarik senyumnya tatapannya jatuh kepada Duke Geoffrey Melihat tatapan rajanya mengarah tepat ke arahnya pria itu langsung tersenyum " Yang Mulia.... Aku datang untuk menyampaikan sesuatu " " Apa itu? " Sorazen masih tersenyum hingga semua orang di ruangan itu mengira rajanya dalam suasana hati yang baik " Kami menerima laporan dari beberapa pedagang yang keluar melalui wilayah selatan ada beberapa mayat yang di temukan di perbatasan dan mereka juga pedagang yang membawa bahan obat-obatan dan juga sutera, aku menduga ada perampok dan bandit di sekitaran wilayah selatan " " Aku rasa kau bisa mengatasi ini sendiri Duke Geoffrey? " " Benar, tapi sebenarnya aku datang untuk menanyakan nona Ladora,dia di katakan tidak kembali ke wilayah selatan malam itu, ini menjadi masalah besar di kastil selatan saat ini, aku yakin dia berada di istana waktu itu " Sorazen menaikkan sebelah alisnya " Benar, dia bersamaku. Tapi kau tahu sendiri wanita itu mengatakan akan kembali malam itu dan aku membiarkannya, aku mengutus beberapa kesatria untuk mengawalnya " " Apa terjadi sesuatu dengannya? " Tanya pria yang sedari tadi hanya diam dan mendengarkan, pria itu bernama Albertus " Aku tidak yakin tapi selama beberapa hari ini dia tidak di temukan di manapun " jawab Geoffrey dengan sedikit raut cemas " Jika kau berkata ada beberapa mayat di temukan di wilayah selatan dan kemungkinan ada perampok itu tidak menutup kemungkinan bahwa terjadi sesuatu kepada nona Ladora " kali ini Perdana Menteri yang menambahkan membuat raut wajah orang-orang itu tampak suram " Itu benar " Sorazen mengatakannya dengan wajah tenang " aku akan mengutus beberapa kesatria untuk menemukannya " " Jika kemungkinan terburuk terjadi kepadanya kita harus mencari pengganti Yang Mulia " kali ini Stenson berbicara mengutarakan pendapat " Benar Yang Mulia, kerajaan ini membutuhkan ratu segera dan penerus tahta selanjutnya " suara salah satu pejabat yang sedari tadi hanya diam sebagai penyimak kini mulai mengeluarkan suara emasnya hingga Sorazen mengalihkan pandangannya kepada pria bertubuh jangkung bernama Dimitri yang masih memiliki nama belakang tórez. Pada awalnya semua pejabat mengusulkan agar sang raja segera memiliki ratu, dengan alasan rakyat agar bisa di tenangkan karena selama 6 tahun ini kerajaan Tyndomére tidak memiliki ratu dan alasan para pejabat juga agar sang raja segera memiliki penerus, awalnya Sorazen setuju atas usulan itu entah ia setuju dengan ikhlas atau hanya mengikuti saran dengan terpaksa, tapi siapa yang tahu pejabat pejabat dan para bangsawan mulai menyodorkan putrinya, hingga salah satu bangsawan yang masih memiliki hubungan darah dengan keluarga Tórez di wilayah selatan mengajak putrinya ke istana dan pejabat pejabat itu mulai mengusulkan wanita itu yang terbaik. Sorazen setuju karena pria itu mengenal keluarga wanita itu meskipun pria itu tidak menyukai wanita seperti itu ia mulai memainkan perannya, tapi siapa yang tahu setelah beberapa hari wanita yang bernama Ladora itu tinggal di istana mulai bertindak di luar batas bahkan sebelum ada acara peresmian apapun. Wanita itu mulai dengan berani mendekati rajanya bahkan dengan terang terangan menyentuhnya, karena menganggap sang raja menyukainya hingga setuju menjadikannya istri dan ratu. Pada saat malam itu sebelum gerhana wanita itu benar benar memainkan perannya dengan baik bahkan dengan baik hati menjadi pelayan sang raja dan menyediakan secangkir teh kepada Sorazen, pria itu menerima dengan setengah hati tapi saat teh itu hampir menyentuh bibirnya pria itu menurunkan kembali tehnya, siapa yang tahu saat Sorazen akan tidur wanita itu dengan berani memasuki kamarnya dan mulai menjadi w*************a, Sorazen yang muak akhirnya mencekik wanita itu dan memanggil para kesatria yang berjaga di depan kamarnya untuk memperkosa w*************a itu di depannya. Sampai Edwin datang dan tidak bisa mengalihkan pandangannya kepada rajanya yang duduk sambil menikmati adegan menjijikan itu, pada akhirnya Sorazen meminta Edwin untuk mengurus wanita itu karena sudah bosan dengan tontonannya. Kali ini Sorazen hanya diam, pria itu dengan senang hati mendengarkan pejabatnya sekarang dan akan menunggu wanita mana yang akan di sarankan kepadanya " Kita akan menunggu terlebih dahulu, dan melakukan pencarian kepada nona Ladora, jika memang kemungkinan terburuk terjadi kita akan segera melakukan pemilihan Yang Mulia agar rakyat bisa di tenangkan dan juga para bangawan di wilayah selatan " suara Perdana Menteri Wilton menengahi " Baiklah kita ikuti saran Perdana Menteri " jawab Sorazen pada akhirnya sambil menarik sudut bibirnya membentuk senyum kecil yang tidak di ketahui semua orang. Orang-orang bodoh ini! Semua orang di ruangan itu akhirnya mengangguk tidak bisa tidak berpikir kenapa rajanya tampak tenang saja. Bukankah waktu itu pria itu menerima sarannya dengan baik bahkan menerima wanita itu tinggal sementara di istana. *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD