7.

1111 Words
Di sisi lain hutan Ryön Valencia berdiri menunggu Vionel yang sedang mengambil kudanya yang berada di sebelah rumahnya, tak lama Vionel tampak mendekat dengan menggiring kuda hitam yang tampak gagah " Pakai ini " suara pria itu sambil menyerahkan jubah berwarna hitam kepada Valencia " Untuk apa? " Tanya Valencia dengan bingung Pria itu menggunakan setelan berwarna hitam yang tampak rapi tapi tidak menggunakan jubah " Pakai saja " pria itu membantu valencia mengikat jubahnya dan menarik tudung kepalanya menutupi wajahnya, hanya bagian bibirnya yang terlihat " rambutmu terlalu mencolok di ibu kota nanti, tidak ada yang memiliki rambut sepertimu disini " " Benarkah? " Tanya Valencia Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum menampilkan lesung pipinya Vionel menaiki kudanya dan langsung mengulurkan tangannya kepada Valencia " naiklah " Kuda itu mulai berjalan menuju arah selatan dimana Valencia duduk di depan dengan di apit oleh Vionel " Kau sepertinya terbiasa dengan hal seperti ini " suara Valencia meredakan kegugupannya " Tidak.... Ini pertama kalinya untukku, ini terasa sulit " pria itu melirik kearah Valencia yang ternyata sama gugupnya " Aku bisa menunggangi kuda " " Tapi disini hanya ada satu kuda " Valencia menghembuskan nafasnya pelan " apa perjalanannya jauh? " " Cukup jauh untuk sampai di ibu kota jika kita mengambil jalan memutar dari arah selatan " " Apa tidak ada jalan lain? " " Kau ingat jalan yang aku tunjukan kemarin kepadamu? " Valencia hanya mengangguk " Jika kita melalui jalan itu, kita langsung sampai di perbatasan gerbang ibu kota " " Jadi kita akan melewati itu sekarang? " " Tidak " " Kenapa? " Kali ini Valencia menoleh ke arah pria itu untuk melihat wajahnya tapi saat ia menoleh ternyata jarak wajahnya dengan pria itu sangat dekat bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas pria itu. Mata mereka saling bertemu, untuk sesaat pria itu tanpa sadar menarik kudanya hingga berhenti sampai kemudian Valencia langsung memalingkan wajahnya lebih dulu Vionel terbatuk mengalihkan pandangannya dan mulai memacu kembali kudanya " Akan sulit melewati itu jika bersamamu, banyak penjagaan di perbatasan gerbang ibu kota " " Lalu di selatan tidak ada penjagaan? " Vionel menarik nafasnya pelan berpikir wanita ini cukup penasaran " Ada, tapi tidak seketat di ibu kota " Setelah perjalanan yang cukup lama ke arah selatan mereka tiba di jalanan terbuka yang berada lebih tinggi sebelum turun mencapi gerbang utama wilayah selatan. Dari tempat itu terlihat jelas pemandangan kerajaan Tyndomére, luas wilayah itu, pemandangan pemukiman penduduk yang padat, istana yang berdiri kokoh dan megah meski cukup jauh tapi itu adalah bangunan yang paling mencolok. Vionel menghentikan kudanya untuk beristirahat sebentar " Kita hampir sampai " ucap pria itu " Aku tidak menyangka akan melihat tempat seperti ini " indah kota yang makmur tapi seperti ada kabut gelap yang menyelimuti tempat itu begitulah di mata Valencia, keindahan itu hanya kamuflase Vionel hanya tersenyum entah apa yang pria itu pikirkan tapi sorot matanya menandakan kesedihan dan kebencian. " Apa itu istananya? " Tanya Valencia Wanita itu menunjuk bangunan tinggi yang berdiri kokoh di ujung selatan yang tidak jauh dari mereka " Tidak, itu istana kedua namanya kastil Varóus " " Istana kedua? Berapa tempat ini memiliki istana? " Tanya Valencia penasaran ia baru tahu satu wilayah kerajaan memiliki dua istana besar " Hanya ada dua istana " pria itu menunjuk sebuah bangunan besar dan megah di ujung utara yang berada di atas dataran yang sedikit lebih tinggi dari tempat sekitarnya meskipun terlihat jauh tapi bangunan itu paling mencolok " itu istana utama milik raja Tyndomére " " Lalu siapa yang tinggal di istana kedua? " " Seseorang yang di percayai raja terdahulu, namanya Duke Geoffrey Tórez. Awalnya kastil itu di bangun oleh saudara kembar raja Tyndomére II, tapi setelah ia meninggal kastil itu di ambil alih oleh keluarga cabang " " Kenapa tidak di wariskan kepada anaknya? " Vionel tersenyum " itu karena... saudara raja menikah dengan seorang pelayan bukan keluarga bangsawan ternama jadi anaknya di anggap tidak pantas mendapatkan hak itu " " Sepertinya cukup rumit " " Memang begitulah kerajaan " pria itu masih tersenyum " ayo kita lanjutkan " pria itu menarik kembali kudanya berjalan menuju gerbang selatan. Ada beberap orang yang lewat dari jalan utama menuju gerbang perbatasan di antaranya menggunakan kereta,dan ada beberapa pedagang yang menarik gerobaknya menuju kota, beberapa kesatria hanya berdiri diam memperhatikan orang-orang yang masuk Setelah memasuki gerbang ,banyak orang tampak berlalu lalang. Valencia menghembuskan nafasnya pelan mengurangi kegusarannya, perasaannya tidak nyaman ketika melihat banyak orang yang berkeliaran di depan matanya " Ada apa? " tanya Vionel kepada wanita di depannya ketika merasakan kegelisahan Valencia " Aku .... Aku memiliki trauma ketika berada di tengah keramaian " ucapnya pelan. Meskipun bayang bayang masa depan seseorang tidak terlihat lagi di matanya tapi kekhawatiran itu tidak bisa ia hilangkan. Ini belum berada di pusat kota tapi orang-orang sudah banyak berkeliaran di daerah ini membuatnya mencengkeram jubahnya erat " Tidak apa-apa aku disini bersamamu " pria itu meraih pinggang Valencia memeluknya dari belakang untuk menenangkan wanita itu Rasa nyaman menjalar di seluruh tubuhnya ketika merasakan tangan besar melingkari perutny, tanpa memikirkan situasi sekarang Valencia hanya diam merasakan kegelisahannya yang mulai mengikis Vionel memacu kudanya menuju ibu kota Tyndomére, beberapa orang melihat kearah mereka dengan penasaran dimana seorang pria menunggangi kuda dengan seseorang yang berada di depannya menggunakan jubah hitam yang menutupi seluruh kepalanya Mereka tiba di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar yang terletak di ujung perbatasan ibu kota dengan wilayah selatan. Vionel turun dari kudanya terlebih dahulu lalu pria itu mengulurkan tangannya membantu Valencia turun " Dimana ini? " Tanya Valencia melirik sekitarnya " Kau akan tahu sebentar lagi " pria itu merapatkan jubah Valencia membuat beberapa orang yang tidak jauh dari mereka dengan terang terangan melirik kearah mereka berdua Vionel mengetuk pintu rumah itu dua kali hingga beberapa saat kemudian pintu itu terbuka menampilkan pria paruh baya berdiri disana " Tuan muda, selamat datang kembali " sapa pria itu tersenyum senang sambil membungkuk hormat Vionel hanya tersenyum ia menarik tangan Valencia mengajaknya masuk ke rumah itu. Setelah pria paruh baya itu menutup pintunya kembali pria itu melihat seseorang lagi yang datang bersama tuannya " Tuan muda, siapa yang kau ajak ini? " Tanya pria itu memperhatikan Valencia yang menggunakan jubah yang menutupi kepalanya Mendengar pria itu bertanya Valencia membuka tudung jubahnya yang sedari tadi menutupi kepalanya menampilkan wajahnya yang cantik " Selamat Siang, aku Valencia " jawab Valencia dengan senyumnya Pria itu ternganga melihat penampilan pihak lain yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata ini pertama kali untuknya melihat wanita dengan rambut platinum keemasan yang bercahaya, mata hijaunya seolah membekukan dengan semburat biru pirus yang langka. " Ini.... Tuan muda?... " *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD